Pengembangan Sistem Penunjang Keputusan Budidaya Padi Japonica Cultivar Nikomaru (Studi Kasus: Jawa Barat, Indonesia).
Abstract
Di Jepang, produksi berasnya lebih kecil dibandingkan konsumsinya. Pada
tahun 2017, terdapat defisit antara produksi beras lokal dengan konsumsi beras
lebih dari 800 ribu ton. Dengan adanya kondisi tersebut, terdapat kesempatan impor
beras ke Jepang. Akan tetapi, varietas padi yang ditanam di Indonesia berbeda
dengan varietas padi yang di tanam di Jepang yang merupakan padi vaerietas
Japonica. Padi varietas tersebut memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi jika
dibandingkan dengan varietas Indica yang biasa ditanam di Indonesia. Selain itu,
padi varietas Japonica memiliki nilai indeks glikemik yang lebih rendah
dibandingkan dengan varietas Indica. Indeks glikemik merepresentasikan kenaikan
tingkat gula darah dalam tubuh akibat makanan yang dikonsumsi. Makanan dengan
indeks glikemik yang tinggi akan meningkatkan gula darah secara cepat dan
meningkatkan potensi penyakit diabetes melitus.
Dengan adanya potensi tersebut, petani diharapkan bisa menanam padi
varietas Japonica di Indonesia. Namun hal tersebut harus didukung oleh pemerintah
dengan memberikan rekomendasi penanaman yang sesuai. Hal pertama yang dapat
dilakukan oleh pemerintah adalah melakukan studi kesesuaian area. Salah satu cara
yang dapat dilakukan adalah dengan membuat model prakiraan hasil padi Japonica
dengan menggunakan data iklim untuk mengetahui potensi maksimumnya.
Peneltian ini bertujuan untuk membangun model prediksi hasil tanaman padi
varietas Japonica dan menyusun sebuah sistem pendukung keputusan agar bisa
dimanfaatkan oleh pemerintah dan petani untuk membantu menganalisis
kesesuaian penanaman padi varietas Japonica. Pembangunan model prediksi hasil
padi Japonica dilakukan di Provinsi Ehime, Jepang dengan menggunakan padi
varietas Japonica kultivar Nikomaru yang merupakan kultivar yang tahan terhadap
suhu tinggi. Sedangkan sistem penunjang keputusan yang dibangun telah
disimulasikan menggunakan data iklim di beberapa stasiun meterologi di Provinsi
Jawa Barat, Indonesia.
Sebuah sistem penunjang keputusan berbasis web telah dibangun dan
dipublikasikan dalam jaringan yang mampu memberikan rekomendasi tanggal
penanaman berdasarkan pertimbangan prediksi hasil tanam padi dan jumlah air
hujan di lokasi yang terpilih. Sistem tersebut memberikan dua rekomendasi kepada
pengguna yaitu: rekomendasi tanggal tanam berdasarkan potensi maksimum hasil
penanaman padi yang diprediksikan hanya dari faktor iklim, dan rekomendasi
tanggal tanam berdasarkan prediksi harian hasil tanam padi dan jumlah hari kering.
Hasil simulasi dari sistem penunjang keputusan ini menunjukkan bahwa
lokasi terbaik untuk menanam padi di Provinsi Jawa Barat adalah Citeko,
Kabupaten Bogor. Pada lokasi ini, tanggal tanam yang direkomendasikan antara
bulan September dan Mei. Prediksi hasil padinya tidak jauh berbeda pada kedua
tipe sawah. Pada sawah irigasi, petani akan mengapatkan hasil sekitar 7.393 -
10.028 kg dalam 1 hektar sawah. sedangkan pada sawah tadah hujan, petani akan
mendapatkan hasil sekitar 218 - 9.234 kg dalam satu hektar sawah.
Dengan menerapkan penanaman lanjut, kedua lokasi yang terpilih memiliki
potensi yang tinggi untuk budidaya padi Japonica. Di Citeko, petani dapat menanam
dua kali dalam setahun. Sedangkan di Jatiwangi, petani dapat menanam tiga kali
dalam setahun. Citeko memiliki potensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan
Jatiwangi. Hasil padi pada kedua tipe sawah memiliki nilai yang tidak jauh berbeda,
hal tersebut disebabkan oleh tingginya curah hujan di masing-masing lokasi. Pada
lokasi Citeko dan Jatiwangi, penanaman padi dua kali setahun akan mendapatkan
hasil yang serupa dengan lokasi kedua dengan penanaman tiga kali setahun. Di
Jatiwangi, petani membutuhkan sistem irigasi untuk penanaman periode ketiga
untuk mencapai hasil serupa dengan lokasi pertama. Kondisi ini disebabkan oleh
musim kemarau pada periode penanaman ketiga.
Collections
- MT - Professional Master [880]