Pengembangan Indeks Ketahanan Pangan Rumah Tangga Sensitif terhadap Asupan Zat Gizi dan Status Gizi Anak Balita
Abstract
Ketahanan pangan rumah tangga merupakan salah satu faktor penyebab tidak langsung terhadap status gizi individu (Black et al. 2008). Rumah tangga yang tahan pangan secara menyeluruh adalah syarat untuk tercapainya ketahanan pangan di tingkat wilayah (Haddad et al. 1996; Rachman 2010). Perkembangan konseptual ketahanan pangan rumah tangga lebih berfokus pada dimensi akses pangan yang terdiri tiga aspek yaitu akses fisik, akses ekonomi, dan akses sosial (Webb et al. 2006; Badan Litbang Pertanian 2015). Setiap aspek dalam akses pangan rumah tangga tercermin dari beberapa indikator sehingga bersifat kompleks (Hamad dan Khasrum 2016). Pengembangan indeks komposit dari beberapa indikator tersebut merupakan salah satu alternatif dalam menilai status ketahanan pangan rumah tangga. Salah satu kelompok usia yang rentan mengalami masalah gizi akibat kondisi rawan pangan rumah tangga adalah anak balita. Hubungan ketahanan pangan rumah tangga dengan status gizi erat kaitannya dengan asupan zat gizi pangan balita (Godecke et al. 2018)
Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengembangkan indeks ketahanan pangan rumah tangga yang sensitif terhadap asupan zat gizi dan status gizi anak balita. Sebanyak empat desa dipilih sebagai lokasi penelitian yang terletak di wilayah Kabupaten Bangka Barat dengan rincian sebagai berikut: Desa Peradong Kecamatan Simpang Teritip, Desa Tugang kecamatan Kelapa, Desa Sinar Sari Kecamatan Kelapa, dan Desa Tempilang Kecamatan Tempilang. Jenis penelitian adalah observasional dengan desain cross sectional study. Sebanyak 219 subjek terlibat dalam penelitian ini yang terdiri dari anak balita dan ibu dari anak. Keseluruhan data penelitian merupakan data primer. Jenis data yang dikumpulkan subjek rumah tangga terdiri dari: pekerjaan ayah dan ibu, ukuran rumah tangga, proporsi pengeluaran pangan, keragaman diet rumah tangga, ketersediaan pangan, akses menuju pasar, pendapatan, harga pangan, serta pendidikan ayah dan ibu. Jenis data yang dikumpulkan pada subjek anak balita yaitu usia dan jenis kelamin anak, keragaman diet, tingkat kecukupan zat gizi, dan status gizi anak. Data rumah tangga secara umum dikumpulkan melalui metode wawancara dengan kuisoner. Sementara data asupan zat gizi anak dikumpulkan melalui metode recall 24 jam selama dua hari. Data berat badan dan tinggi badan anak dilakukan pengukuran secara langsung.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar anak balita berusia 1-3 tahun (57.5%) dan berjenis kelamin perempuan (54.8%). Jenis pekerjaan ayah dari anak yang paling dominan adalah buruh tani (33.8%). Sementara ibu dari anak secara umum (81.3%) tidak bekerja atau ibu rumah tangga. Sebagian besar rumah tangga (64.4%) tergolong dalam rumah tangga kecil. Rata-rata ketersediaan pangan rumah tangga paling tinggi berasal dari beras yaitu sebesar 1 008 kkal/kap/hari. Sebanyak 47.9% rumah tangga memiliki waktu tempuh menuju ke pasar tradisional dari lima hingga sepuluh menit. Rata-rata pendapatan total rumah tangga adalah Rp 2 750 127 per bulan dan sebagian besar (59.4%) memiliki pendapatan di atas upah
v
minimum regional provinsi. Harga pangan pokok yang diakses rumah tangga terbilang stabil karena masih berada pada rentang nilai harga terendah dan tertinggi provinsi yang bersumber dari Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional. Tingkat pendidikan ayah dan ibu masih tergolong rendah dengan ayah yang sebagian besar (38.8%) hanya lulus dari pendidikan dasar/sederajat, sedangkan 40.4% ibu tidak bersekolah atau tidak tamat dari sekolah dasar sederajat. Sebanyak 63% rumah tangga memiliki proporsi pengeluaran yang kurang (>50%) dengan rata- rata 63.9. Secara umum rumah tangga (90.4%) memiliki skor keragaman diet (HDDS) yang cukup baik. Lebih dari 50% anak balita memiliki status gizi yang baik atau normal berdasarkan indikator TB/U, BB/TB, BB/U. Sebagian besar balita (68%) memiki skor keragaman diet yang masuk kategori baik. Jenis zat gizi yang memiliki rata-rata tingkat kecukupan di atas angka rekomendasi anak balita adalah protein, seng, vitamin B12. Sementara tingkat kecukupan gizi energi, lemak, karbohidrat, kalsium, dan besi pada sebagian besar balita mengalami kekurangan.
Sebanyak enam indikator yang digunakan dalam penyusunan indeks antara lain: ketersediaan pangan (X11), waktu tempuh menuju pasar (X12), pendapatan per kapita (X21), harga pangan (X22), pendidikan ibu (X31), dan pendidikan ayah (X32). Proses transformasi data dan pembobotan indikator menghasilkan persamaan matematis indeks ketahanan pangan rumah tangga (SKTPRT = 0.24X11+ 0.16X12 + 0.21X21 + 0.14X22 + 0.15X31 + 0.10X32). Persamaan indeks tersebut menghasilkan skor total (SKTPRT) bernilai dari 0 hingga 100. Skor indeks dikategorikan menjadi empat kelompok yaitu rumah tangga yang sangat tahan pangan dengan skor 75-100, tahan pangan dengan skor 60-75, rawan pangan sedang dengan skor 50-60, dan rawan pangan berat dengan skor 0-50. Hasil validasi menunjukkan adanya hubungan negatif yang kuat (p<0.01) antara skor indeks dengan proporsi pengeluaran pangan rumah tangga. Selain itu, skor indeks berkorelasi kuat (p<0.01) dengan keragaman konsumsi pangan rumah tangga. Wilayah rentan rawan pangan memiliki rata-rata skor indeks yang lebih rendah dibandingkan wilayah tahan pangan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin rentan rawan pangan wilayah, maka nilai rata-rata skor indeks ketahanan pangan rumah tangga lebih rendah.
Skor indeks ketahanan pangan rumah tangga berhubungan kuat dengan tingkat kecukupan zat gizi anak balita (p<0.01) yang terdiri dari energi, protein, lemak, kalsium, zat besi, seng, dan vitamin B12 (p<0.05). Selain itu, analisis statistik membuktikan bahwa adanya hubungan positif yang kuat (p<0.01) antara skor indeks ketahanan pangan rumah tangga dengan keragaman diet pada anak balita. Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi yang kuat (p<0.01) antara skor indeks ketahanan pangan rumah tangga dengan status gizi pada anak balita menurut BB/U, TB/U, dan BB/TB. Secara umum, indeks yang dikembangkan dari hasil penelitian dapat menggambarkan status ketahanan pangan rumah tangga. Selain itu, skor total yang diperoleh dari persamaan indeks dapat menjadi prediktor yang cukup kuat dalam melihat gambaran tingkat asupan zat gizi dan status gizi pada anak di bawah lima tahun.
Collections
- MT - Human Ecology [2236]