Pola Permintaan Komoditas Protein Berdasarkan Angka Kecukupan Protein di Indonesia
Abstract
Komitmen Pemerintah untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional, termasuk menanggulangi rawan pangan dan kekurangan gizi tertuang dalam program utama kementerian pertanian yaitu program peningkatan ketahanan pangan. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis perbedaan konsumsi komoditas protein berdasarkan golongan pendapatan, mengetahui faktor yang mempengaruhi konsumsi komoditas protein, dan menganalisis bagaimana pengaruh perubahan harga dan pendapatan terhadap konsumsi komoditas sumber protein. Data yang digunakan adalah Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Maret tahun 2016. Provinsi yang diteliti digolongkan pada dua kategori. Pertama, provinsi yang memiliki konsumsi protein di bawah Angka Kecukupan Protein (AKP) yaitu Jambi, NTT dan Maluku. Kedua, provinsi yang memiliki konsumsi protein di atas AKP yaitu Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur. Penelitian ini menggunakan pendekatan model permintaan Linnear Aproximation Almost Ideal Demand System (LA/AIDS) yang diestimasi menggunakan metode Seemingly Unrelated Regression (SUR).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan konsumsi perkapita antar golongan pendapatan rendah, menengah dan tinggi. Konsumsi perkapita ikan dan daging di provinsi di atas AKP lebih tinggi daripada konsumsi perkapita di provinsi di bawah AKP, sementara konsumsi perkapita yang lain seperti unggas, telur, tempe dan tahu lebih tinggi di provinsi di atas AKP. Secara umum harga signifikan mempengaruhi permintaan, baik harga sendiri maupun harga komoditas lain di kedua kategori provinsi. Jumlah anggota keluarga secara signifikan mempengaruhi permintaan daging, telur dan tahu di provinsi di atas AKP. Sedangkan jumlah anggota keluarga signifikan mempengaruhi permintaan ikan, ayam dan telur di provinsi di bawah AKP. Elastisitas harga dan pengeluaran lebih elastis di provinsi di atas AKP daripada elastisitas harga dan pengeluaran di provinsi di bawah AKP. Umumnya elastisitas harga komoditas itu sendiri tidak elastis di kedua kategori provinsi kecuali telur. Nilai elastisitas telur lebih besar dari 1 (elastis), baik di provinsi di atas AKP atau di provinsi di bawah AKP. Berdasarkan elastisitas pengeluaran, semua komoditas adalah barang normal. Ikan, unggas dan telur adalah barang mewah di provinsi di atas AKP, sementara hanya ikan dan telur yang merupakan barang mewah di provinsi di bawah AKP.
Collections
- MT - Economic and Management [2878]