Peningkatan Produksi Eksopolisakarida pada Escherichia coli melalui Peningkatan Stres Oksidatif dan Penghilangan rpoS
View/ Open
Date
2019Author
Paweli, Nurul Elfiani
Djumali, Mangunwidjaja
Suryadarma, Prayoga
Metadata
Show full item recordAbstract
Eksopolisakarida (EPS) merupakan polimer kompleks yang disekresikan mikroorganisme termasuk Escherichia coli ke lingkungan dan dihasilkan sebagai perlindungan hingga menginisiasi pembentukan biofilm. EPS dapat diproduksi oleh berbagai mikroorganisme dan memiliki struktur kimia yang unik dengan fungsi beragam serta menjadi bahan penting yang dapat diaplikasikan di berbagai sektor industri seperti makanan, farmasi hingga untuk bioremediasi. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan terbentuknya EPS diantaranya hiperosmolaritas, oksigen hingga fagositosis. Bakteri E. coli memiliki gen rpoS yang merupakan global regulator dalam menghadapi kondisi stress. Konsenterasi oksigen terlarut pada kultur bakteri dengan jumlah tinggi menyebabkan sel mengalami stress oksidatif sehingga memicu terbentuknya EPS sebagai respon pertahanan sel.
Peningkatan produksi EPS dapat dilakukan dengan meningkatkan stres oksidatif terhadap sel bakteri E. coli dan penghilangan global regulator stress dari E. coli yaitu gen rpoS. Tahap awal dari penelitian ini adalah penentuan pengaruh laju pengadukan terhadap produksi eksopolisakarida dimana pengadukan tersebut berfungsi sebagai stres oksidatif fisik yang dilakukan secara bertingkat pada kultur bergoyang (80 rpm, 100 rpm, 120 rpm dan 140 rpm) menggunakan E. coli BW25113 (sel induk) ditumbuhkann pada media LB selama 24 jam suhu 37ºC. Tahap selanjutnya adalah penentuan pengaruh penghilangan rpoS terhadap akumulasi EPS dengan penambahan hidrogen peroksida (H2O2) pada dua variasi konsenterasi (10 mM dan 20 mM) sebagai stres oksidatif kimiawi E. coli BW25113-ΔrpoS (mutan rpoS) pada media M9 ditumbukan 24 jam, suhu 37ºC. Jumlah EPS yang dihasilkan ditentukan berdasarkan nilai total karbohidrat.
Hasil menunjukkan dengan peningkatan laju putaran (rpm) pada kultur, produksi EPS menurun seiring ditingkatkannya rpm. Penurunan tersebut diduga disebabkan karena shear stress atau tegangan geser sehingga pembentukan EPS terhambat. Oleh karena itu, karena pada pemberian stres oksidatif secara fisik tren EPS menurun, dilanjutkan dengan penambahan H2O2 sebagai stres oksidatif kimiawi dimana pertumbuhan sel diamati per tiga jam selama 24 jam dan diperoleh hasil pada jam ke-9 terjadi peningkatan produksi EPS dengan jumlah tertinggi, lalu dilakukan pengujian terkait mekanisme metabolisme dihasilkannya EPS berasal dari regulasi rpoS atau non rpoS dengan membandingkan dua strain yakni BW25113 dan ΔrpoS dan hasilnya nilai EPS yang tertinggi dihasilkan oleh ΔrpoS sehingga selanjutnya strain mutan digunakan untuk melihat akumulasi EPS yang terbentuk dengan penambahan H2O2 0 mM, 10 mM dan 20 mM. Hasilnya semakin tinggi H2O2 yang diberikan berbanding lurus dengan nilai EPS yang diperoleh. Oleh karena itu, pemberian stres oksidatif dengan penggunaan E. coli yang telah dihilangkan gen rpoS dapat digunakan untuk menghasilkan EPS, hasilnya akan semakin meningkat seiring dengan peningkatan konsenterasi H2O2.