Penilaian Daur Hidup (Life Cycle Assessment) Proses Pengolahan Kopi Arabika di Dataran Tinggi Gayo
View/ Open
Date
2019Author
Diyarma, Ikhsan
Bantacut, Tajuddin
Suprihatin, IngIr
Metadata
Show full item recordAbstract
Dataran tinggi Gayo yang meliputi Kabupaten Aceh tengah, Bener meriah
dan Gayo lues merupakan salah satu daerah penghasil kopi arabika terbaik di
Indonesia. Komoditas ini menjadi salah satu komoditas ekspor andalan Provinsi
Aceh. Setiap tahunnya produksi kopi arabika Gayo cenderung meningkat seiring
dengan kebutuhan pasar internasional maupun lokal yang semakin tinggi.
Peningkatan produksi kopi tersebut akan berpengaruh terhadap kualitas lingkungan
sebagai akibat yang ditimbulkan dari keseluruhan rangkaian kegiatan produksi kopi
arabika Gayo. Penilaian siklus hidup kopi arabika Gayo diperlukan untuk
mengetahui besar dampak lingkungan yang dapat ditimbulkan dari proses
produksinya. Besarnya dampak lingkungan akibat kegiatan pengolahan kopi
arabika Gayo dapat dihitung dengan metode Life Cycle Assessment (LCA).
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis dampak lingkungan berupa emisi
yang ditimbulkan dari produksi kopi arabika didataran tinggi gayo dalam satu siklus
dengan menggunakan metode Life Cycle Assessment (LCA). LCA adalah suatu
metode yang dapat digunakan untuk mengevaluasi dampak lingkungan yang
disebabkan oleh suatu produk selama proses produksi atau aktivitas selama siklus
hidupnya. Metode LCA terdiri atas 4 tahapan yaitu tujuan dan ruang lingkup,
analisis inventori, penghitungan dampak dan interpretasi hasil. Analisis LCA yang
dilakukan menggunakan metode Intergovernmental Panel on Climate Change
(IPCC) dengan menghitung nilai emisi CO2 dan emisi non CO2. Analisis dilakukan
untuk mengetahui dampak lingkungan yang dapat ditimbulkan dari proses
pengolahan kopi arabika Gayo dengan pengolahan secara basah, semi basah dan
kering.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pengolahan buah kopi
arabika Gayo sebesar 1 000 kg menghasilkan jumlah emisi yang berbeda-beda dari
setiap jenis pengolahan. Perhitungan nilai emisi total menunjukan bahwa dari
pengolahan secara basah menghasilkan emisi sebesar 2 310.54 kg CO2-eq/ton buah
kopi yang diolah, semi basah 1 403.24 kg CO2-eq/ton buah kopi yang diolah, dan
kering 1 217.52 kg CO2eq/ton buah kopi yang diolah. Nilai total penggunaan energi
secara basah sebesar 4 903.54 MJ/ton buah kopi yang diolah, secara semi basah 3
031.81 MJ/ton buah kopi yang diolah, dan secara kering 2 614.47 MJ/ton buah kopi
yang diolah. Kebutuhan energi yang berbeda-beda ini disebabkan oleh tahapan
produksi yang berbeda. Kebutuhan energi pada proses pengolahan kering lebih
sedikit dibandingkan proses pengolahan semi basah dan basah karena pada
pengolahan kering tahapan yang dilalui lebih sedikit dan penggunaan mesin
pengolahan yang lebih sedikit. Hal yang sama juga di tunjukkan oleh dampak
negatife terhadap lingkungan berupa efek gas rumah kaca yang ditimbulkan dari
ketiga jenis proses ini baik basah, semi basah, maupun kering, ketiga proses
menunjukkan perbedaan dampak lingkungan yang ditimbulkan dari ketiga proses
ini. Hal ini disebabkan oleh penyumbang terbesar efek gas rumah kaca pada ketiga
jenis proses ini adalah pada tahapan pengolahan pabrik. Perbaikan sistem yang
dapat dilakukan saat ini untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan
yang ditimbulkan dari proses produksi kopi arabika Gayo berupa emisi gas rumah
kaca adalah pengoptimalan konsumsi energi baik listrik maupun bahan bakar dalam
kegiatan industri untuk mengurangi nilai emisi yang ditimbulkan terhadap