Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/79719
Title: Respirasi Autotrofik Dan Heterotrofik Hutan Rawa Gambut (Studi Kasus: Hutan Rawa Gambut Pt Rimba Makmur Utama, Katingan, Kalimantan Tengah)
Authors: Murdiyarso, Daniel
Pertiwi, Lucy
Issue Date: 2015
Publisher: Bogor Agricultural University (IPB)
Bogor Agricultural University (IPB)
Abstract: Pengukuran emisi CO2 dari hutan rawa gambut perlu dilakukan untuk mengetahui seberapa besar dampak dari kerusakan hutan rawa gambut. Emisi CO2 dari hutan rawa gambut berasal dari respirasi perakaran tumbuhan (respirasi autotrofik) dan dekomposisi bahan organik (respirasi heterotrofik). Untuk mengetahui emisi CO2 dari dampak kerusakan gambut adalah dengan mengukur CO2 yang hanya berasal dari respirasi heterotrofik, karena CO2 dari respirasi autotrofik sebagian besar akan diserap kembali oleh tumbuhan untuk proses fotosintesis. Pengukuran emisi CO2, tinggi muka air tanah, dan suhu gambut dilakukan di hutan rawa gambut Katingan Kalimantan Tengah. Pengukuran ini menggunakan metode trenching untuk memisahkan respirasi heterotrofik dan respirasi autotrofik dari emisi CO2 total. Fluks CO2 dari area non-trenching sebagai emisi total dan dari area trenching sebagai respirasi heterotrofik. Selisih antara emisi total dan respirasi heterotrofik adalah respirasi autotrofik. Pengukuran emisi total, respirasi heterotrofik, dan suhu gambut dilakukan di 9 subplot pada bulan Juni dan Agustus. Rata-rata emisi CO2 total pada bulan Agustus (504.63 ± 36.93 mgm-2jam-1) dan ini lebih tinggi dibandingkan bulan Juni (486.83± 30.84 mgm-2jam-1). Dari hasil akumulasi bulan Juni dan Agustus, respirasi autotrofik berkontribusi lebih banyak terhadap emisi CO2 total dengan kontribusi sebesar 52 % dibandingkan respirasi heterotrofik yang berkontrbusi sebesar 48%. Mikrotofograpi, tinggi muka air tanah, dan suhu gambut memiliki pengaruh terhadap emisi CO2 total. Emisi total dan respirasi heterotrofik yang terukur pada mikrotopografi hummock selalu lebih tinggi dibandingkan hollow. Tinggi muka air tanah menunjukan korelasi yang signifikan terhadap emisi total, namun tidak signifikan terhadap respirasi heterotrofik. Tinggi muka air tanah berkorelasi negatif dengan emisi CO2 total. Penurunan 1 cm tinggi muka air tanah dari permukaan menyebabkan peningkatan emisi CO2 total sebesar 0.342 mg m-2 jam-1. Suhu gambut berkorelasi positif dengan emisi total dan respirasi heterotrofik. Kenaikan 1°C suhu gambut menyebabkan emisi total meningkat sebesar 102.52 mgm-2jam-1 dan respirasi heterotrofik meningkat sebesar 14.44 mgm-2jam-1.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/79719
Appears in Collections:UT - Geophysics and Meteorology

Files in This Item:
File SizeFormat 
G15lpe.pdf
  Restricted Access
11.54 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.