Please use this identifier to cite or link to this item:
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/159621| Title: | Strategi Pemgembangan Agribisnis Komoditas Unggulan Subsektor Perkebunan Di Kota Sawah Lunto Propinsi Sumatra Barat |
| Authors: | Sri Hartoyo Suroso, Arif Imam Hilmed |
| Issue Date: | 2003 |
| Publisher: | IPB University |
| Abstract: | Kota Sawahlunto merupakan salah satu kota di Propinsi Sumatera Barat yang memiliki karakteristik berbeda dengan kota lainnya terutama sekali dari aspek sosial dan ekonomi sesuai dengan sejarah terbentuknya kota. Terbentuknya Kota Sawahlunto bermula dengan dibukanya Tambang Batubara Ombilin tahun 1918. Struktur ekonomi Kota Sawahlunto sangat didominasi oleh Sektor Pertambangan, hal ini terlihat dari kontribusi Sektor Pertambangan terhadap Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ) pada Tahun 2001 mencapai 37.57 persen dan berbeda sangat tajam dengan Sektor Pertanian yang hanya mencapai 4,90 persen, namun seiring dengan semakin berkurangnya deposit batubara yang bisa ditambang, maka kontribusi Sektor Pertambangan juga semakin menurun. Penurunan ini terlihat dari tahun 1998 kontribusi Sektor Pertambangan sebesar 46.87 persen, tahun 1999 menjadi sebesar 45.92 persen, pada Tahun 2000 turun lagi menjadi 41.16 persen dan pada tahun 2001 menjadi 37.51 persen. Deposit batubara yang tersedia untuk tambang terbuka, diperkirakan akan habis pada tahun 2004. Hal ini akan menimbulkan permasalahan, mengingat perannya selama ini sebagai penggerak perekonomian Kota Sawahlunto. Untuk itu diperlukan upaya menciptakan sumber pertumbuhan ekonomi baru sesuai dengan potensi daerah yang masih dapat dikembangkan. Salah satu sektor, yang memiliki potensi sebagai sumber pertumbuhan ekonomi baru adalah sektor pertanian, yang bisa diandalkan melalui pendekatan agribisnis, khususnya di bidang perkebunan. Hal ini didukung dengan ketersediaan lahan, yang jumlahnya mencapai 16.048 Ha atau sekitar 58 persen dari luas wilayah Sawahlunto. Selain itu jika ditinjau dari lapangan usaha, pada tahun 2001 tercatat sebanyak 22.40 persen penduduk laki-laki dan 28.90 persen penduduk perempuan yang berumur diatas sepuluh tahun, bekerja pada lapangan usaha pertanian. Penduduk yang telah biasa berusaha di Sektor Pertanian ini dapat dimanfaatkan tenaganya untuk pengembangan tanaman perkebunan. Pengusahaan tanaman perkebunan di Sawahlunto, dikembangkan melalui perkebunan rakyat, yang belum dikelola dengan baik, sehingga pengembangan tanaman perkebunan menjadi tidak optimal. Hal ini berdampak pula pada masih kecilnya, sumbangan Subsektor Perkebunan dan Sektor Pertanian terhadap PDRB Kota Sawahlunto. Oleh karena itu diperlukan strategi pengembangan agribisnis komoditas unggulan Subsektor Perkebunan yang tepat yang dapat menyelesaikan permasalahan tersebut. Untuk menentukan strategi pengembangan agribisnis tersebut, terlebih dahulu perlu ditetapkan jenis komoditas unggulan sehingga pengembangan yang dilakukan lebih fokus, karena keterbatasan sumber daya yang ada. Setelah menentukan jenis komoditas unggulan baru kemudian ditentukan alternatif strategi dan prioritas strategi pengembangan agribisnisnya. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan komoditas unggulan Subsektor Perkebunan Kota Sawahlunto, menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan agribisnis komoditas unggulan Subsektor Perkebunan, menyusun alternatif strategi pengembangan komoditas unggulan Subsektor Perkebunan, menentukan prioritas strategi pengembangan agribisnis komoditas unggulan Subsektor Perkebunan untuk direkomendasikan kepada Pemerintah Kota Sawahlunto. Penggunaan alat analisis dalam penelitian, meliputi : Analisis Usahatani yaitu analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C Ratio), Tingkat Pengembalian Internal (IRR), dan Analisis Sensitivitas, Metode Perbandingan Eksponensial (MPE), matrik IFE (Internal Factor Evaluation) dan EFE (External Factor Evaluation), matrik SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) dan analisis Quantitative Strategies Planning Matrix (QSPM ). Berdasarkan jenis komoditas perkebunan yang telah biasa dan banyak diusahakan masyarakat Kota Sawahlunto, serta berpeluang ditetapkan sebagai Komoditas Unggulan Subsektor Perkebunan, terdapat 5 ( lima ) komoditas perkebunan yaitu : karet, kelapa, kopi, kayu manis dan kemiri. Menurut hasil analisis usahatani, yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa ada 4 komoditas yang layak untuk dikembangkan, yaitu : karet, kelapa, kopi, dan kemiri, karena R/C ratio lebih besar dari 1 dan IRR sama dengan atau lebih besar dari tingkat suku bunga sebesar 15%. Berdasarkan metode MPE, untuk menentukan peringkat, diperoleh hasil bahwa kemiri berada pada peringkat pertama dengan skor 11.2796, berarti kemiri ditetapkan sebagai Komoditas Unggulan Subsektor Perkebunan di Kota Sawahlunto. Faktor internal yang mempengaruhi pengembangan Agribisnis Komoditas Unggulan Subsektor Perkebunan Di Kota Sawahlunto Propinsi Sumatera Barat, terdiri dari kekuatan dan kelemahan. Faktor kekuatan, meliputi : kesesuaian lahan, ketersediaan lahan, ketersediaan bibit tanaman kemiri, koordinasi dengan instansi/ dinas terkait. Faktor kelemahan, meliputi : SDM penyuluh, SDM petani, sarana dan prasarana Dinas Pertanian, informasi pasar, kelembagaan penunjang, kualitas dan kuantitas hasil dan ketersediaan modal. Faktor eksternal yang mempengaruhi pengembangan Agribisnis Komoditas Unggulan Subsektor Perkebunan Di Kota Sawahlunto Propinsi Sumatera Barat, terdiri dari peluang dan ancaman. Faktor peluang, meliputi : potensi pasar, iklim, ketersediaan tenaga kerja, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sosial budaya masyarakat dan dukungan perantau. Faktor ancaman, meliputi : Hama dan penyakit tanaman kemiri, fluktuasi harga, daerah lain penghasil, serta politik dan keamanan. Berdasarkan hasil analisis matriks IFE, diperoleh total nilai yang dibobot adalah 2,522. Dengan demikian dapat diartikan bahwa kondisi internal Kota Sawahlunto dalam rangka pengembangan agribisnis komoditas unggulan kemiri adalah rata-rata ( tidak kuat dan tidak lemah). Berdasarkan hasil analisis matriks EFE, diperoleh total nilai yang dibobot sebesar 2,398. Hal ini berarti bahwa respon Dinas Pertanian dan petani di Kota Sawahlunto, terhadap pengembangan agribisnis komoditas unggulan kemiri masih rendah. Berdasarkan analisis SWOT, diperoleh 7 alternatif strategi, yaitu : Optimalisasi dan perluasan areal tanam kemiri (Strategi S-O); Peningkatan Kerja Sama dengan Lembaga Penelitian dan Pengembangan (Strategi S-T); Pembentukan Badan Layanan Usaha Agribisnis, Pengembangan Sistem Informasi Agribisnis, Pengembangan Lembaga Pembiayaan untuk Agribisnis, Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Aparatur Dinas dan Petani ( Strategi W-O); dan Pengembangan Industri Pengolahan Biji Kemiri ( Strategi W-T). Berdasarkan hasil analisis QSPM, diperoleh total nilai TAS masing- masing strategi sebagai berikut : Pembentukan Badan Layanan Usaha Agribisnis dengan total nilai TAS sebesar 7,3684; Optimalisasi dan perluasan areal tanam kemiri dengan total nilai TAS sebesar 7,2099; Pengembangan Lembaga Pembiayaan Untuk Agribisnis dengan total nilai TAS sebesar 6,4762; Pengembangan Sistem Informasi Agribisnis dengan total nilai TAS sebesar 6,4603; Pengembangan Industri Pengolahan Biji Kemiri dengan total nilai TAS sebesar 6,0625; Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Aparatur Dinas dan Petani dengan total nilai TAS sebesar 5,6255; dan Peningkatan Kerja Sama dengan Lembaga Penelitian & Pengembangan dengan total nilai TAS sebesar 5,4414. berdasarkan total nilai TAS, maka strategi yang menjadi prioritas pertama adalah Pembentukan Badan Layanan Usaha Agribisnis. Penerapan strategi prioritas, Pembentukan Badan Layanan Usaha Agribisnis, akan mampu mewujudkan komoditas kemiri sebagai komoditas unggulan subsektor perkebunan di Kota Sawahlunto. |
| URI: | http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/159621 |
| Appears in Collections: | MT - Business |
Files in This Item:
| File | Size | Format | |
|---|---|---|---|
| R242003HLD.pdf Restricted Access | 83.41 MB | Adobe PDF | View/Open |
Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.