Korelasi Magnesium Tersedia Tanah dengan Serapan Magnesium dan Pengaruhnya pada Pertumbuhan dan Hasil Jagung Manis.

Abstract

Salah satu solusi koreksi kekurangan unsur hara Mg pada jagung yaitu dengan pemupukan Mg, untuk menambah Mg tersedia dalam tanah. Tujuan penelitian ini adalah melihat hubungan atau korelasi antara Mg tanah dengan serapan Mg jagung. Metode analisis Mg tanah yang digunakan adalah NH4OAc 1 N pH 7, KCl 1 N dan Mehlich I. Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri atas 6 perlakuan dengan 4 kali ulangan digunakan dalam percobaan ini. Perlakuan pupuk Magnesium Silikat yang diterapkan meliputi: (1) Kontrol; (2) Standar (STD) (352.9 g/petak atau 141.16 kg/ha MgO 85%); (3) ½ KJ (386.6 g/petak atau 154.64 kg/ha MgSiO3); (4) 1 KJ (773.2 g/petak atau 309.28 kg/ha MgSiO3); (5) 1 ½ KJ (1159.8 g/petak atau 463.9 kg/ha MgSiO3); dan (6) 2 KJ (1546.4 g/petak atau 618.56 kg/ha MgSiO3). Sumber MgSiO3 yang digunakan adalah pupuk merek Kijang (selanjutnya disingkat KJ). Hasil percobaan menunjukkan bahwa hubungan serapan Mg tanaman dengan Mg tersedia berdasarkan metode ekstraksi KCl 1 N mempunyai koefisien korelasi (r) lebih tinggi dibandingkan r metode NH4OAc 1 N pH 7 dan Mehlich I. Nilai korelasi kadar Mg tanah yang diekstraksi dengan metode analisis KCl 1 N berada pada interval 0.40 – 0.70 yang berarti adanya korelasi yang substansial antara kadar Mg tanah metode KCl 1 N dengan serapan Mg tanaman jagung manis. Metode analisis Mehlich I dan NH4OAc 1 N pH 7 mempunyai nilai korelasi yang berada pada interval 0.20 – 0.40 yang berarti hubungan antara Mg tersedia tanah dengan serapan Mg brangkasan jagung manis dari kedua metode analisis tersebut tergolong berderajat asosiasi rendah. Aplikasi pupuk Mg berpengaruh nyata meningkatkan tinggi tanaman dan bobot tongkol jagung. Perlakuan pupuk Mg 463.9 kg/ha MgSiO3 (1 ½ KJ) mempunyai tinggi tanaman nyata lebih tinggi dibandingkan perlakuan tanpa pupuk Mg (kontrol) dan 618.56 kg/ha MgSiO3 (2 KJ) tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan 141.16 kg/ha MgO 85% (1 STD), 309.28 kg/ha MgSiO3 (1 KJ) dan 154.64 kg/ha MgSiO3 (½ KJ). Bobot tongkol jagung pada perlakuan ½ KJ, 1 KJ, dan 1 ½ KJ tidak berbeda nyata satu dengan lainnya tetapi nyata lebih tinggi dibandingkan perlakuan kontrol, STD dan 2 KJ. Bobot tongkol jagung tertinggi diperoleh pada perlakuan 1 KJ yaitu sebesar 28.28 kg/petak. Seluruh taraf perlakuan pupuk MgSiO3 mempunyai nilai relative agronomic effectiveness (RAE) > 100%, menunjukkan bahwa pada dosis yang sama pupuk MgSiO3 lebih efektif meningkatkan produksi jagung dibandingkan dengan MgO (perlakuan standar).

One solution to correct the deficiency of the nutrient Mg in corn is to fertilize Mg to increase its availability in the soil. The aim of this study was to determine the relationship between soil Mg and Mg uptake by corn. The soil Mg analysis method used was NH4OAc 1 N pH 7, KCl 1 N and Mehlich I. Randomized Block Design (RBD) consisting of six treatments with four replications was used in this experiment. Magnesium silicate fertilizer treatments applied include: (1) Control; (2) Standard (STD) (352.9 g/plot or 141.16 kg/ha MgO 85%); (3) ½ KJ (386.6 g/plot or 154.64 kg/ha MgSiO3); (4) 1 KJ (773.2 g/plot or 309.28 kg/ha MgSiO3); (5) 1 ½ KJ (1159.8 g/plot or 463.9 kg/ha MgSiO3); and (6) 2 KJ (1546.4 g/plot or 618.56 kg/ha MgSiO3). The source of MgSiO3 used was Kijang brand fertilizer (hereinafter abbreviated as KJ). The experimental results showed that the relationship between plant Mg uptake and available Mg based on the KCl 1 N extraction method had a higher correlation coefficient (r) than the r method of NH4OAc 1 N pH 7 and Mehlich I. The correlation value of soil Mg content extracted using the KCl 1 N analysis method was in the interval 0.40 – 0.70, which means there was a substantial correlation between soil Mg content using the KCl 1 N method and the Mg uptake of sweet corn plants. Mehlich I and NH4OAc 1 N pH 7 analysis methods has a correlation value that is in the interval 0.20 – 0.40, which means the relationship between soil available Mg and sweet corn stover Mg uptake from the two analysis methods is classified as having a low degree of association. The application of Mg fertilizer significantly increased plant height and corn cob weight. Mg fertilizer treatment 463.9 kg/ha MgSiO3 (1 ½ KJ) has significantly higher plant height compared to treatment without Mg fertilizer (control) and 618.56 kg/ha MgSiO3 (2 KJ) but not significantly different from the treatment of 141.16 kg/ha MgO 85% (1 STD), 309.28 kg/ha MgSiO3 (1 KJ) and 154.64 kg/ha MgSiO3 (½ KJ). The weights of corn cobs in the ½ KJ, 1 KJ, and 1 ½ KJ treatments were not significantly different from each other, but were significantly higher than those in the control, STD, and 2 KJ treatments. The highest corn cob weight was obtained in the 1 KJ treatment, namely 28.28 kg/plot. All levels of MgSiO3 fertilizer treatment have relative agronomic effectiveness (RAE) values > 100%, indicating that the same dose of MgSiO3 fertilizer is more effective in increasing corn production compared to MgO (standard treatment).