Strategi Pengorganisasian Aksi Pengembangan Masyarakat dalam Inovasi Pertanian
Abstract
Inisiasi peningkatan produktivitas pertanian dan meningkatkan kesejahteraan
warga petani yang hidup sebagai warga di pedesaan menjadi penting, karena
pertanian berkait dengan desa. Wajah muram pertanian hampir menyerupai wajah
kehidupan desa, khususnya dalam penyediaan pangan. Hampir 4 tahun pelaksanaan
desa membangun melalui penerapan UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa belum
menunjukkan perkembangan desa yang diharapkan. Perkembangan ekonomi secara
global bahkan, gejala ekonomi dan kesejahteraan desa cenderung menurun (Kompas,
11 September 2018). Indonesia yang terkenal sebagai negara agraris, sekarang juga
sudah banyak mengimpor produk pertanian. Sebagai misal, beras yang merupakan
komoditas utama pertanian Indonesia, sudah beberapa tahun ke belakang selalu
diimpor dari negara luar. Dari data BPS, tahun 2015 setidaknya Indonesia mengimpor
1,5 juta ton beras.
Jumlah penduduk miskin di Indonesia sebanyak 26,58 juta jiwa atau 10,12%
dari 262 juta jiwa penduduk. Penduduk miskin yang tinggal di wilayah pedesaan
tercatat 16,3 juta orang (61,3%) dari penduduk miskin. Desa berpeluang mengajak
masyarakat dan berbagai pihak yang lebih luas untuk menginisiasi program
pembangunan. Tantangannya kemudian, desa perlu produktif. Dalam konteks pangan
misalnya, desa perlu cerdas menyikapi terus menyusutnya lahan pertanian yang
diikuti pengurangan jumlah rumah tangga petani. Sensus Pertanian Tahun 2013,
diperlihatkan jumlah rumah tangga (RT) usaha pertanian di Indonesia mengalami
penurunan 5,04 juta kepala keluarga dalam kurun waktu 10 tahun. Tercatat saat ini
rumah tangga petani ada 26,13 juta rumah tangga. Gejala ini membawa pemikiran,
bahwa ke depan petani dan warga desa perlu meningkatkan produktivitas lahan-lahan
pertanian, khususnya pangan.
Penelitian ini berupaya menganalisis upaya yang dilakukan oleh Yayasan
Mutiara Keraton Solo (YMKS) sebagai sebuah organisasi berbentuk yayasan dan
dikenal sebagai fasilitor petani dalam mendorong peningkatan produktivitas
pertanian. Persoalannya kemudian adalah sejauh mana dan pada tingkatan
pengelolaan seperti apa yang selama ini telah dijalankan oleh YMKS?. Kemudian,
bagaimana strategi aksi peningkatan produktivitas pertanian yang perlu dilakukan ke
depan?. Berdasarkan, permasalahannya tersebut, kajian ini bertujuan pertama adalah
melacak kembali perjalanan YMKS dalam beragam aktivitas sosial dan bisnis yang
telah dijalankannya. Kedua, berupaya untuk melakukan evaluasi kegiatan dari YMKS
dalam upaya pengembangan inovasi pertanian untuk meningkatkan produktivitas
pertanian. Tujuan ketiga adalah merumuskan strategi yang diharapkan dapat
diterapkan YMKS melakukan aksi peningkatan produktivitas pertanian yang dengan
mengutamakan pendekatan pengembangan masyarakat pada masa datang.
Kajian lapangan ini dilakukan di dua desa, yaitu Desa Sukamantri, Kecamatan
Tamansari, Kabupaten Bogor dan Desa Sambirejo, Kecamatan Plupuh, Kabupaten
Sragen. Waktu penelitian dilakukan pada periode bulan Maret – Oktober 2018.
Pilihan lokasi ini sengaja dipilih karena dua desa tersebut adalah desa yang menjadi
kegiatan aksi yang dikembangkan oleh YMKS. Penelitian ini menggunakan
metodologi kualitatif yang didukung dengan data kuantitatif. Pertimbangan
penggunaan metodologi ini adalah agar peneliti mampu merefleksikan berbagai fakta
yang didapatkan dan mampu melihat sedekat mungkin sasaran penelitian dalam
kondisinya yang paling empirik sehingga bisa mendapatkan hasil penelitian yang
komprehensif. Pengumpulan data diawali dengan kajian pustaka untuk memberi
batasan tentang konsep pengembangan masyarakat dan inovasi pertanian. Hasilnya,
dibuat kerangka pemikiran untuk melakukan evaluasi tentang YMKS. Berbagai
dokumen tentang YMKS juga dikumpulkan untuk dikaji. Kemudian, dilakukan
pengumpulan data melalui kegiatan mewawancarai 60 responden petani peserta
kegiatan aksi YMKS dengan kuesioner evaluasi terstruktur. Responden dipilih
melalui teknik accident sampling. Selain itu, dilakukan juga wawancara mendalam
kepada 16 informan, yang dipilih menggunakan teknik bola salju (snowball) dan
dilibatkan dalam Focus Group Discussion untuk menyusun strategi aksi YMKS.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Periode YMKS tidak dapat dipisahkan
dari perjalanan hidup aktor. Dari sejarah perjalanan hidup aktor inilah kemudian
didapatkan 3 tapak perjalanan yaitu masa Pembelajaran, Pengorganisasian dan
Perluasan. Perjalanan panjang ini melahirkan Etos YMKS yang dijadikan nilai dasar
dalam setiap aktivitasnya yaitu: sosial; ekonomi; dan religi.
Perkembangan YMKS sebagai organisasi berada dalam Kategori Maju.
Meskipun demikian, dari analisis efektifitas organisasi diketahui YMKS sebagai
organisasi pengembangan lembaga bisnis sosial cenderung terancam tidak
berkelanjutan. Kekuatan visi-misi-tujuan organisasi belum didukung oleh
perencanaan dan pengembangan jejaring kerjasama dengan berbagai pihak yang baik.
Artinya, tanpa ada perubahan strategi, maka cita-cita menjadikan YMKS sebagai
pengorganisasi didukung oleh penguatan etos kerja dan bersandar pada nilai-nilai
keagamaan tidak dapat diwujudkan secara optimal.
Analisis Internal-Eksternal dalam Kajian SWOT ditunjukkan, bahwa posisi
YMKS pada saat ini berada pada kategori organisasi yang memerlukan Perubahan
Strategi. Ada lima strategi dan empat program aksi yang perlu dikembangkan YMKS
agar menjadi organisasi yang kuat dalam mengelola lembaga bisnis sosial perlu
dikuatkan dengan aksi pengembangan masyarakat. Muatan dasar dari strategistrategi
dan aksi-aksi tersebut pun perlu dilandasi oleh kesadaran tentang pentingnya
peningkatan jumlah dan mutu SDM yang dilakukan bersamaan dengan melahirkan
kader petani muda sebagai inovator pertanian. Selain itu, juga memuat dasar
pemikiran pada keperluan penguatan jejaring kerjasama dengan Skema “Bekerja
Bersama” untuk menguatkan Bisnis Komunitas sebagai faktor pendorong kegiatan
pengembangan masyarakat.
Collections
- MT - Human Ecology [2190]