Nilai Kontribusi Kebun Binatang Terhadap Konservasi Satwa, Sosial Ekonomi, Dan Lingkungan Fisik: Studi Kasus Kebun Binatang Bandung
View/ Open
Date
2016Author
Puspitasari, Anggita
Masy’ud, Burhanuddin
Sunarminto, Tutut
Metadata
Show full item recordAbstract
Keberadaan kebun binatang pada dasarnya memiliki peranan yang penting
dan strategis, serta diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata terhadap aspek
konservasi satwa liar, sosial ekonomi masyarakat maupun lingkungan fisik. Kebun
Binatang Bandung (KBB) sebagai salah satu kebun binatang yang telah lama berdiri
diduga telah memberikan kontribusi yang besar bagi lingkungan disekitarnya,
sehingga sangat sesuai untuk dijadikan studi kasus dalam penelitian ini. Penelitian
ini bertujuan mengkaji nilai kontribusi KBB dilihat dari aspek konservasi satwa liar,
sosial ekonomi dan lingkungan fisik, serta menentukkan tingkat kontribusi KBB
sebagai lembaga konservasi. Pengumpulan data dilaksankan pada bulan September
hingga Oktober 2015, yang dilakukan melalui observasi lapang, wawancara,
penelusuran pustaka, dan penyebaran kuesioner.
Penentuan nilai kontribusi KBB didasarkan pada pembobotan dan nilai
skoring setiap aspek kajian penelitian. Penentuan nilai bobot didapatkan dari kajian
terhadap fungsi dan tujuan kebun binatang yang didasarkan pada Peraturan
Perundangan RI (Permenhut No 31/Menhut-II/2012), Persatuan Kebun Binatang
Seluruh Indonesia (PKBSI), World Association of Zoo and Aquarium (WAZA),
Association of Zoological Horiculture (AZH) dan McPherson et al. (1997). Nilai
bobot aspek konservasi satwa adalah 45 %, sosial ekonomi 32% dan lingkungan
fisik 23%. Hasil dari total nilai terbobot setiap aspek selanjutnya akan
diklasifikasikan kedalam lima kategori yakni sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah,
atau sangat rendah.
Capaian penilaian kontribusi KBB dari keseluruhan aspek ialah sebesar 62.69
yang berarti kontribusi kebun binatang masih dinilai rendah, sehingga implikasinya
ialah perlu adanya perbaikan dalam pengelolaan KBB kedepanya. Aspek
konservasi satwa menjadi aspek yang perlu mendapatkan prioritas karena berada
pada tingkat kontribusi sangat rendah (23.40), khususnya pada kesejahteraan satwa
karena berpengaruh terhadap keberhasilan perkembangbiakan dan dukungannya
terhadap upaya konservasi insitu melalui pelepasliaran satwa ke habitat alaminya.
Aspek sosial ekonomi berada pada tingkat sedang (23.04) karena dukungan
pengelola dalam membuka akses bagi masyarakat sekitar dalam mendirikan usaha
dan penyerapan tenaga kerja yang masih rendah, sehingga memerlukan adanya
kerjasama yang lebih intensif untuk melibatkan masyarakat sekitar dalam kegiatan
pengelolaan KBB. Aspek lingkungan fisik berada pada tingkat kontribusi yang
sedang (16.25), hal ini dikarenakan jenis-jenis vegetasi yang terdapat di dalam KBB
memiliki potensi yang rendah (20-30%) dalam menyerap dan menjerap debu serta
polutan. Memprioritaskan jenis-jenis vegetasi yang telah terbukti mampu menyerap
dan menjerap debu dan polutan berupa CO2, NOx, SO2, Pb, dan debu menjadi
bagian yang diperlukan dalam meningkatkan kontribusi aspek lingkungan fisik.
Collections
- MT - Forestry [1372]