Show simple item record

dc.contributor.advisorDharmawan, Arya Hadi
dc.contributor.advisorJuanda, Bambang
dc.contributor.authorHakim, Dzulfikar Ali
dc.date.accessioned2017-01-30T06:58:00Z
dc.date.available2017-01-30T06:58:00Z
dc.date.issued2016
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/82560
dc.description.abstractInformasi perkembangan dan kemandirian desa di Kabupaten Sukabumi sangat penting untuk dimiliki oleh pemerintah daerah serta desa untuk dijadikan sebagai data dasar dalam perencanaan pembangunan. Saat ini informasi indeks perkembangan dan kemandirian desa yang ada tidak memiliki pembanding sehingga perlu dilakukan kajian lain yang bisa memberikan pengayaan penggambaran kondisi perkembangan dan kemandirian desa di Kabupaten Sukabumi. Pengukuran perkembangan dan kemandirian desa yang menggunakan Principal Componen Analysis digambarkan dalam sebuah indeks perkembangan dan kemandirian, dan memuat faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan dan kemandirian desa di Kabupaten Sukabumi. Berdasarkan Indeks perkembangan dan kemandirian desa di Kabupaten Sukabumi yang dihasilkan dapat digambarkan tipologi desa yang dibagi kedalam empat tipologi, yaitu tipologi satu adalah desa berkembang dan mandiri, tipologi dua adalah desa mandiri namun tertinggal, tipologi tiga merupakan desa tertinggal dan bergantung, dan tipologi empat adalah desa yang bergantung namun berkembang. Desa berkembang di Kabupaten Sukabumi berjumlah 110 desa (28,5%) dan desa tertinggal berjumlah 276 desa (61,5%), dengan faktor yang paling berpengaruh terhadap perkembangan desa secara berturut-turut adalah, sarana kesehatan, sarana pendidikan, akses pasar, sarana jalan. Sedangkan dari indeks kemandirian desa di Kabupaten Sukabumi didapatkan sebanyak 138 (35,2%) desa bergantung dan 248 (64,8%) desa mandiri, dan faktor yang berpengaruhnya secara berurutan adalah jumlah KK tani, jumlah pengguna kayu bakar, jumlah pengguna non ledeng dan luas lahan pertanian. Penggabungan indeks perkembangan dan kemandirian desa menghasilkan data tipologi desa di Kabupaten Sukabumi, dengan gambaran 53 desa masuk pada tipologi satu yaitu desa berkembang dan mandiri, 57 desa berada pada kuadran dua (tertinggal berkembang namun bergantung). Pada tipologi tiga yaitu desa tertinggal dan bergantung, terdata ada 81 desa dan tipologi terakhir yaitu desa mandiri namun tertinggal terdapat 195 desa dari keseluruhan (386) desa di Kabupaten Sukabumi. Jumlah desa berkembang dan mandiri yang hanya berjumlah 53 desa atau setara dengan 13,73% (jumlah paling sedikit dari seluruh tipologi), sangat jauh dari harapan atas ditetapkannya UU Desa yang diiringi dengan transfer dana desa dari pemerintah pusat. Jumlah desa tertinggal dan bergantung di Kabupaten Sukabumi jumlahnya masih sangat besar yaitu 81 desa setara 20,98%, pada tipe desa berkembang tapi bergantung, terdapat 57 desa (14,77%), dan jumlah desa terbanyak pada pentipologian ini adalah desa dengan tipe tertinggal tetapi mandiri dengan jumlah desa yang masuk pada tipe ini sebanyak 195 desa (50,52%). Permasalahan perkembangan desa yang terjadi di Kabupaten Sukabumi terjadi akibat strategi pembangunan yang sangat bias kota, serta fokus pembangunan pada infrastruktur jalan dan sarana pelengkap lainnya. Selain itu, paradigma pembangunan yang berkutat pada permasalahan makro serta percepatan pertumbuhan ekonomi melalui industrialisasi dan investasi yang bersifat eksploitatif telah mendorong terjadi ketergantungan desa terhadap investasi dan industri formalistik. Permasalahan yang terkait dengan pembangunan sumberdaya manusia seringkali abai dilakukan, hal ini terlihat dari porsi dana pembangunan yang lebih menitikberatkan pada pembangunan infrastruktur (terutama jalan) daripada pembangunan manusia (pemberdayaan) dengan porsi yang mencapai 70:30. Penelitian ini dilakukan untuk mengkritisi strategi pembangunan yang selama ini terlalu mengesampingkan sisi humanis dan nilai-nilai kearifan lokal, dan menggantikannya dengan pembangunan yang dapat menjawab kebutuhan dasar manusia dalam proses pembangunan yang semakin menekankan arti penting kesatuan manusia dan alam sekitarnya. Pembangunan yang lebih mengakar dengan menjadikan potensi lokal sebagai basis utama industrialisasi adalah sebuah upaya untuk dapat menghindari Dutch Disease di beberapa wilayah Kabupaten Sukabumi. Kondisi seperti Cikembar, Cidahu dan beberapa wilayah industri lainnya di Kabupaten Sukabumi yang hanya menjadi “halte” bagi perputaran kapital, terjadi akibat kurangnya investasi dalam pendidikan, lemahnya perencanaan dan syahwat pencitraan.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcRegional Palnningid
dc.subject.ddcRural developmentid
dc.subject.ddc2016id
dc.subject.ddcSukabumi-JABARid
dc.titleIndeks Perkembangan Dan Kemandirian Desa Di Kabupaten Sukabumi: Tantangan Pembangunan Wilayah Perdesaanid
dc.typeThesisid
dc.subject.keyworddutch diseaseid
dc.subject.keywordkemandirianid
dc.subject.keywordpembangunan mengakarid
dc.subject.keywordperkembanganid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record