Show simple item record

dc.contributor.advisorCarman, Odang
dc.contributor.advisorAlimuddin
dc.contributor.authorHidayat, Rahmat
dc.date.accessioned2016-03-04T07:30:40Z
dc.date.available2016-03-04T07:30:40Z
dc.date.issued2015
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/79007
dc.description.abstractIkan papuyu (Anabas testudineus) atau betok adalah ikan asli Indonesia yang memiliki nilai ekonomis dan banyak disukai oleh sebagian besar masyarakat Kalimantan. Ikan papuyu diduga memiliki perbedaan laju pertumbuhan terkait dimorfisme seksual (DS). Ikan papuyu betina lebih cepat tumbuh dibandingkan dengan ikan jantan, sehingga berpotensi dilakukannya budidaya monoseks betina. Populasi monoseks betina dapat diperoleh melalui persilangan ikan jantan fungsional (XX) dengan betina normal (XX). Ikan jantan fungsional diperoleh dengan cara maskulinisasi menggunakan hormon 17α-metiltestosteron (MT) sebelum diferensiasi kelamin (DK) terjadi. Penelitian ini telah dilakukan dalam bentuk rangkaian riset sistematis sebagai dasar pengembangan budidaya monoseks betina ikan papuyu; riset DS untuk membuktikan pertumbuhan ikan papuyu betina lebih cepat dibandingkan dengan jantan, riset DK mengungkap waktu terjadinya DK pada ikan papuyu sebagai dasar untuk perlakuan sex reversal, dan riset maskulinisasi dilakukan untuk menentukan dosis optimum pemberian MT yang menghasilkan ikan jantan fungsional. Benih ikan papuyu varietas hijau dalam penelitian ini diperoleh dari pendederan larva hasil pemijahan lima pasang induk. Penelitian DS dilakukan dengan cara memelihara 60 ekor benih ikan papuyu umur 45 hari pascatetas (hpt) secara individu pada hapa ukuran 20×20×100 cm3 selama 135 hari. Secara individual, bobot badan ditimbang setiap 15 hari sekali dan jenis kelamin ditentukan saat akhir penelitian dengan cara membedah ikan. Penelitian DK dilakukan dengan cara mengambil 20 ekor sampel ikan per hari mulai umur 10–29 hpt, lalu dilakukan prosedur preparasi histologi dengan pewarnaan hematoksilineosin. Struktur dan status diferensiasi gonad diobservasi secara histologi. Penelitian maskulinisasi ikan papuyu dilakukan pada ikan papuyu umur 14 hpt dengan perlakuan pemberian pakan berhormon dengan dosis 25, 50, 75, 100 mg MT/kg pakan dan satu perlakuan tanpa hormon MT (kontrol) selama 30 hari, kemudian rasio kelamin ditentukan pada saat akhir penelitian melalui observasi secara histologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan papuyu memiliki DS terkait pertumbuhan. Pertumbuhan bobot mutlak dan laju pertumbuhan bobot harian ikan betina masing-masing 48% dan 17% lebih tinggi (P<0,05) daripada ikan jantan. Gonad ikan papuyu terdiferensiasi pada umur 18–21 hpt, ditandai dengan perkembangan genital ridges seiring bertambahnya jumlah PGC dan terbentuknya ovarian cavity. Induksi sex reversal menggunakan MT secara oral pada ikan papuyu berhasil dilakukan dengan dosis 50 mg/kg pakan pada ikan umur 14 hpt selama 30 hari menghasilkan rasio jantan tertinggi (88,9%) dan berpeluang menghasilkan jantan fungsional sebesar 61,1%.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcFisheriesid
dc.subject.ddcFish breedingid
dc.subject.ddc2015id
dc.subject.ddcKalimantan Selatanid
dc.titleEvaluasi Pertumbuhan, Penentuan Diferensiasi Kelamin, Dan Produksi Jantan Fungsional Ikan Papuyu (Anabas Testudineus Bloch).id
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordAnabas testudineusid
dc.subject.keyworddiferensiasiid
dc.subject.keyworddimorfismeid
dc.subject.keywordjantan fungsionalid
dc.subject.keywordmaskulinisasiid
dc.subject.keywordpertumbuhanid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record