Respon estrus setelah penyuntikan PGF2α dan studi perkembangan fetus menggunakan ultrasonografi sebagai dugaan kebuntingan dini pada domba garut (Ovis aries)
The Responses of Estrous to PGF2α Injection and The Study of Fetus Development through Ultrasonography used as a Diagnosis of Early Pregnancy in Garut Sheep (Ovis aries).
Abstract
This study was done to observe estrous characteristic after PGF2α injection and to determine the earliest day of pregnancy diagnosis in garut sheep (n=3) using transrectal ultrasonography. The sheep were estrous induction was done by injection of PGF2α on luteal phase. The onset and duration of estrous were observed by using a teaser. Pregnancy was determined by isoechogenic or hyperechogenic visualization surrounded by hypoechogenic which is fetus implantation. Onset of estrous was 35±28.7 hours and duration of estrous was 33±13.6 hours. Early pregnancy was detected on days 22 (22.3±0.6 days). Development of fetus was followed by increasing the diameter and thickness of uterus. The Diameter of uterus increased from days 22 (1.8±0.7 cm) until days 42 (5.6±1.1 cm), and the thickness of uterus increased from days 22 (0.8±0.1 cm) until days 42 (2.1±0.5 cm). The placentom appeared on days 34 (0.8±0.2 cm) and developed significantly until days 56 (2.7±0.5 cm; P<0.05). It could be concluded that the earliest pregnancy diagnosis showed positive sign on days 12 and the fetus was observed on days 22. Domba garut merupakan ternak yang sangat potensial sebagai bagian dari sektor usaha peternakan nasional. Domba ini mempunyai keunggulan dalam kemampuan adaptasi, memiliki bobot badan rata-rata di atas domba lokal Indonesia lainnya, dapat melahirkan anak lebih dari satu (prolific) dan tidak mengenal musim kawin. Domba garut jantan yang baik performansinya digunakan sebagai domba seni ketangkasan, sehingga mempunyai nilai ekonomis yang lebih tinggi. Manajemen peternakan domba di Indonesia masih dilakukan secara tradisional khususnya pada pemeriksaan kebuntingan. Hal ini sering terjadi di domba-domba betina yang diduga bunting tetapi ditunggu-tunggu sampai beberapa bulan kebuntingan tidak juga melahirkan anak. Kehilangan waktu untuk menghasilkan anak menunjukan potensi reproduksi domba tidak dapat dimanfaatkan secara optimal. Pada negara-negara maju penghasil ternak domba, penggunaan sarana diagnostik ultrasonografi sudah menjadi alternatif pilihan, mengingat keuntungan ekonomi yang diperoleh dengan adanya diagnosa kebuntingan yang sedini mungkin. Diharapkan dengan induksi estrus dan pemeriksaan kebuntingan dini setelah perkawinan alami pada domba garut dengan ultrasonografi dapat memberikan informasi yang lebih baik dan akurat dalam penentuan status kebuntingan, sehingga mampu meningkatkan populasi domba di Indonesia.