Analisis keberlanjutan usaha pengomposan bersubsidi
Abstract
Penumpukan sampah yang terus meningkat seiring dengan pertambahan penduduk, sementara pengelolaan dan pengolahan sampah belum berkembang telah menimbulkan berbagai dampak lingkungan di masyarakat. Salah satu upaya untuk mengurangi tumpukan sampah adalah dengan pengomposan yaitu proses dekomposisi sampah padat organik menjadi humus dalam kondisi terkendali. Pengomposan adalah salah satu alternative yang dapat diandalkan, karena (1) teknologi pemrosesan mudah diaplikasikan, (2) komposisi sampah organik di Indonesia cukup tinggi yang rataannya diatas 70% sampah padat rumah tangga (3) bahan baku cukup melimpah (4) dapat diusahakan dalam berbagai skala produksi (5) potensi pasar cukup tinggi. Untuk mengembangkan usaha pengomposan mulai tahun 2003 telah diluncurkan program subsidi kompos bantuan Global Environment Facility (GEF) Western Java Environment Management Project (WJEMP) di wilayah Provinsi Banten, DKI Jakarta dan Jabar dalam 3 tahap. Target pada tahap I (2003 - 2006) sebanyak 60.000 ton kompos. Pemberian subsidi dibayarkan berdasarkan jumlah produk yang dihasilkan dan skala produsen. Terdapat 3 skala produsen yaitu produsen skala kecil dengan produksi maksimum adalah 2 ton/hari, skala menengah dengan produksi 2 - 5 ton /hari dan skala besar dengan produksi lebih besar dari 5 ton per hari. Besarnya subsidi adalah Rp 350 , Rp 300,- dan Rp 200,- masing-masing untuk produsen kompos skala kecil, menengah dan besar. Dalam periode tahun 2004 -2006 proyek tersebut telah menyalurkan subsidi kepada 45 produsen masing-masing 4 produsen skala besar, 16 produsen skala menengah dan 25 skala kecil dengan total produksi 81.237 ton Tujuan kajian adalah (1) mengkaji kelayakan teknis dan finansial sejak menerima subsidi sampai subsidi berakhir; (2) merumuskan strategi produsen untuk mempertahankan keberlanjutan usaha pengomposan melalui kajian faktor lingkungan internal (3); mengetahui motivasi produsen dalam menjalankan usaha pengomposan bersubsidi dan (4) Mengetahui keberlanjuatn usaha pengomposan. Sebagai objek kajian teknis dan finansial dipilih 3 produsen yaitu dari produsen skala kecil, menengah dan besar. Sedangkan untuk mengetahui motivasi produsen dalam usaha pengomposan bersubsidi diperoleh dari 12 responden dari 45 kuesioner yang dibagikan kepada produsen. Data yang diperlukan bersumber dari data primer dan sekunder yang diperoleh dari produsen, masyarakat dan instansi pemerintah. Berdasarkan hasil kajian ketiga produsen terpilih, usaha pengomposan layak secara finansial dalam periode pemberian subsidi (9 tahun), yang dapat dilihat dari nilai NPV dan B/C >0 yaitu produsen skala kecil NPV = Rp. 311.8 juta, B/C = 3.2; Produsen skala menengah : NPV = Rp 1.03 milyar, B/C = 6.4 dan produsen skala besar NPV =2.13 milyar, B/C = 8.4. Begitu pula berdasarkan sikap produsen terhadap keberlanjutan usaha pengomposan dapat disimpulkan adanya kesinambungan produksi kompos seperti yang dapat ditunjukkan dari hasil jajak pendapat bahwa motivasi produsen dalam menjalankan usahanya karena adanya kecenderungan peningkatan pemanfaat kompos dan akan dikeluarkannya UU tentang Pengelolaan Sampah (100% responden). Namun demikian terdapat kewaspadaan produsen akan munculnya penolakan oleh masyarakat atas kehadiran pengomposan akibat licit pengolahan sampah belum dapat ditangani (83%) oleh produsen. Untuk merumuskan strategi dalam mempertahankan eksistensi produsen kompos dilakukan analisis SWOT yang hasilnya menunjukkan bahwa posisi perusahaan berada dalam fase pertumbuhan dan stabilitas dengan nilai EFI dan EFE masing 2.68. Untuk itu strategi yang perlu ditempuh adalah (1) memanfaatkan asosiasi kompos sebagai ajang promosi dan perluasan pasar, (2) kerja sama antar produsen untuk meningkatkan kualitas dan harga kompos yang wajar, (3) penetrasi pasar dengan promosi keunggulan kompos dibandingkan dengan pupuk kimia (4) mempertahankan kepercayaan masyarakat bahwa pengomposan akan mengurangi masalah sampah dan tidak menimbulkan masalah pencemaran.
Collections
- MT - Professional Master [880]