Hubungan antara Status Menopause, Asupan Lemak, dan Serat Pangan dengan Kadar Kolesterol Darah pada Wanita Indonesia

Abstract

Penyakit tidak menular atau penyakit degeneratif merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat terbesar pada abad ke-21. Menurut WHO tahun 2016, sekitar 71% kematian di dunia disebabkan oleh penyakit tidak menular yang membunuh sebesar 36 juta jiwa per tahun. Penyakit tidak menular ini menjadi silent killer yang akan mengancam nyawa penderita (Sinulingga 2020). Berdasarkan profil WHO mengenai penyakit tidak menular di Asia Tenggara, terdapat lima penyakit menular dengan angka kesakitan dan kematian tertinggi, yaitu penyakit kardiovaskular, kanker, penyakit pernapasan kronis, diabetes melitus, dan cedera (Warganegara et al. 2016). Secara global, penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian nomor satu dan di proyeksikan akan tetap demikian. Sebesar 9,4 juta kasus kematian per tahunnya disebabkan oleh penyakit kardiovaskular, sekitar 45% disebabkan oleh penyakit jantung coroner. Angka tersebut diperkirakan akan terus meningkat hingga 23,3 juta pada tahun 2030 (Wong 2014). Penimbunan plak lemak pada dinding arteri (arteriosklerosis) merupakan faktor resiko Penyakit Jantung Koroner (PJK). Kadar kolesterol darah total yang tinggi adalah penyebab utama arterosklerosis dan juga terbukti bahwa peningkatan kadar kolesterol darah total dikaitkan dengan peningkatan resiko penyakit kardiovaskular (Kilim et al. 2013). Faktor risiko yang memengaruhi kadar kolesterol darah dapat digolongkan menjadi dua yaitu faktor risiko yang dapat diubah dan faktor risiko yang tidak dapat diubah. Faktor risiko yang dapat diubah meliputi asupan zat gizi, status gizi dan aktivitas fisik. Sedangkan faktor risiko yang tidak dapat diubah meliputi usia, jenis kelamin, status menopause, dan genetik (Sinulingga 2020). Peningkatan kadar Kolesterol darah total juga dipengaruhi oleh peningkatan konsumsi asupan lemak. Wanita pascamenopause memiliki risiko penyakit kardiovaskular (CVD) lebih besar dibandingkan dengan wanita pramenopause, peningkatan ini disebabkan oleh perubahan profil lipid atau lipoprotein pada saat menopause. Peningkatan kadar kolesterol darah adalah salah satu akibat dari penurunan produksi hormon estrogen pada wanita pascamenopause (Choi et al. 2015). Asupan lemak dapat diubah menjadi kolesterol darah sehingga dapat meningkatkan kolesterol darah darah terutama LDL dengan cara perombakan katabolismenya (Maulana et al. 2007). Konsumsi asam lemak yang tinggi menyebabkan kadar kolesterol darah LDL meningkat. Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk mencegah kadar kolesterol darah yang tinggi adalah dengan menurunkan faktor resiko. Faktor resiko yang dapat diubah berupa asupan zat gizi. Dengan cara mengonsumsi makanan yang dapat menurunkan kadar kolesterol darah, salah satunya adalah dengan mengonsumsi makanan tinggi serat. Desain yang digunakan dalam penelitain ini adalah cross sectional study dengan sampel Wanita yang berusia 15-54 tahun. Penelitian ini akan dilakukan di 10 Provinsi di indonesia pada bulan September 2023 hingga November 2023. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah wanita berusia 15-54 tahun yang dapat berkomunikasi dengan baik, bersedia melakukan wawancara dan menandanganani informed consent. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah yang tidak dapat berkomunikasi dengan baik dan tidak bersedia menandatangani informed consent. Jumlah subjek dalam peneltian ini adalah 606 orang. Protokol penelitian disetujui oleh Komisi Etik Intitut Pertanian Bogor dengan nomor 907/IT3.KEPMSM-IPB/SK/2023. Data karakteristik subjek dan kebiasaan makan dikumpulkan melalui wawancara secara langsung kepada subjek, dan data kadar kolesterol darah darah subjek diambil menggunakan metode Point of Care Test (PCOT). Instrumen yang digunakan dalam mengumpulkan kebiasaan makan adalah semi quantitative food frequency questionnaire (SQ-FFQ) dengan alat bantu buku foto makanan. Pengolahan dan analisis data dilakukan menggunakan uji deskriptif, uji Chi-Square, Spearman, dan uji regresi logistik. Subjek pada penelitian ini adalah wanita berusia 15-54 tahun sebanyak 606 orang. Jumlah subjek yang belum menopause sebanyak 494 subjek, 43 subjek pramenopause dan 69 subjek pascamenopause. Jumlah subjek yang memiliki pendidikan SMA lebih banyak dari tingkat pendidikan lainnya. Rata-rata subjek bekerja sebagai ibu rumah tangga dan siswa. Sebanyak 484 subjek memiliki kadar kolesterol darah normal dan 122 subjek memiliki kadar kolesterol darah tinggi. Rata-rata asupan lemak subjek adalah 47,5 g atau 75%. Asupan lemak subjek masih berada dibawah anjuran Angka Kecukupan Gizi (AKG) yaitu sebesar 66,1 g. Pangan sumber lemak yang paling banyak dikonsumsi adalah olahan ayam. Rata-rata asupan serat subjek adalah 12,5 g atau 42,6%. Asupan serat subjek masih berada dibawah anjuran AKG yaitu sebesar 31,5g. Status menopause berhubungan dengan kadar kolesterol darah (p=0,000). Asupan lemak tidak berhubungan dengan kadar kolesterol darah (p=0,170 , r=0,056). Asupan serat juga tidak berhubungan dengan kadar kolesterol darah (p=0,348 , r=0,035). Faktor yang paling berhubungan dengan kadar kolesterol darah adalah status menopause dengan nilai p-value 0,000. Dapat disimpulkan bahwa kadar kolesterol darah akan meningkat sebanyak 2,885 kali pada seseorang yang mendekati masa pascamenopause dibandingkan dengan yang belum menopause (OR: 2,885 Cl 95%: 1,650-5,044).

Kata kunci : asupan lemak, asupan serat, Kolesterol darah, menopause, wanita