Identifikasi peluang perdagangan kontrak berjangka karet alam di bursa berjangka komoditi Indonesia
View/ Open
Date
2001Author
Tua, Mustika Ambarwaty Tarigan
Kusnadi, Nunung
Metadata
Show full item recordAbstract
Karet memiliki peran penting dalam perekonomian negara dilihat dari besar sumbangannya terhadap penerimaan ekspor non migas nasional yaitu senilai US$ 1,100,453,000 (1998) dengan volume sebesar 1,641,841 ton. Peran strategis Indonesia, sebagai negara produsen terbesar kedua dunia, dalam perdagangan karet internasional telah memunculkan keinginan untuk memperoleh kepastian penerimaan ekspor. Bersama negara-negara produsen dan konsumen karet alam dunia lainnya, keinginan ini diwujudkan dengan membentuk organisasi karet internasional tahun 1979 yang bernama INRO (International Natural Rubber Organization).
INRO merupakan implementasi International Commodity Program yang menjalankan tugasnya untuk menciptakan stabilitas harga pasar melalui mekanisme stok penyangga (buffer stock). Selama hampir 20 tahun organisasi ini berhasil menjalankan operasinya. Namun dampak yang ditimbulkannya adalah keluarnya perdagangan komoditi ini dari mekanisme pasar. Dalam keadaan seperti ini, harga pasar yang terbentuk tidak lagi mencerminkan kekuatan permintaan dan penawaran yang sesungguhnya. Harga rata-rata karet alam dunia pun terus-menerus tertekan hingga tinggal 50% dari tingkat harga awal tahun 1970-an. Selain itu negara-negara produsen juga harus mengeluarkan devisa yang besar untuk membiayai administrasi sekretariat dan dana operasional stok penyangga. Hal-hal tersebut dan ketidakadilan organisasi ini terhadap negara-negara produsen dan konsumen akhirnya berakibat pada dibubarkannya INRO pada tanggal 13 November 1999. Namun, stok penyangga yang masih dipegang INRO dan operasionalnya kemungkinan masih berlangsung hingga
tahun 2001. Gagalnya mekanisme stabilisasi harga ini tentulah akan mengembalikan perdagangan karet alam dunia ke dalam mekanisme pasar dimana fluktuasi harga akan senantiasa tercipta sebagai hasil wajar dari interaksi kekuatan permintaan dan penawaran. Para pelaku pasar dapat melakukan manajemen resiko akibat fluktuasi harga ini. Namun berdasarkan pengalaman gagalnya perjanjian stabilisasi harga di luar
mekanisme pasar maka pengelolaan resiko ini harus berada dalam mekanisme pasar. Perdagangan berjangka komoditi merupakan salah satu instrumen pengelolaan resiko harga dalam mekanisme pasar. Fasilitas lindung nilai (hedging) dan pembentukan harga yang transparan merupakan manfaat utama yang ditawarkannya. Lindung nilai (hedging) memungkinkan produsen, prosesor, dan konsumen karet alam memperkecil resiko harga dan bahkan dapat mengalihkannya kepada pihak lain yang bersedia mengambilnya yaitu spekulator/investor. Harga yang terbentuk melalui mekanisme yang transparan di bursa akan diinformasikan secara luas kepada seluruh pelaku pasar fisik sehingga dapat meningkatkan posisi tawar produsen. Harga inilah yang menjadi acuan pengambilan keputusan bisnis pelaku pasar.
PT. Bursa Berjangka Jakarta (PT. BBJ) telah beroperasi sejak tanggal 15 Desember 2000 dan Kepres No. 73/2000 menyatakan bahwa karet alam telah dapat dijadikan subjek kontrak berjangka. Berdirinya suatu institusi bisnis haruslah didasari -oleh adanya pasar tujuan yang pasti. Demikian juga halnya dengan rencana perdagangan kontrak berjangka karet alam Indonesia, juga harus dilihat dari ada ..dst