Sifat Keawetan dan Akustik Papan Orientasi Pelupuh dari Bambu Ater (Gigantochloa atter Kurz.) dan Betung (Dendrocalamus asper Backer.)
Date
2023-01Author
Putri, Alfira Ramadhani
Karlinasari, Lina
Darmawan, I Wayan
Metadata
Show full item recordAbstract
Bambu merupakan tanaman hasil hutan bukan kayu yang populasinya sangat
melimpah di Indonesia dan laju pertumbuhan yang jauh lebih cepat jika
dibandingkan kayu. Salah satu pemanfaatan produk bambu yang dapat dilakukan
yaitu bambu laminasi dan bambu pelupuh. Berdasarkan penelitian terdahulu bambu
banyak dimanfaatkan sebagai material panel akustik karena nilainya yang baik.
Namun, bambu terkenal sebagai bahan baku yang memiliki keawetan rendah.
Beberapa perlakuan terhadap bambu dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut,
salah satunya adalah pemberian bahan pengawet. Bahan pengawet yang diketahui
efektif untuk mengendalikan rayap antara lain Premise 200 SL®
. Premise 200 SL®
adalah produk berbahan aktif imdakloprid yang tidak berbau dan dapat melindungi
dari serangan rayap dalam jangka panjang. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis sifat keawetan dan akustik papan orientasi pelupuh dari bambu ater
dan betung. Papan orientasi pelupuh disusun dari tiga lembar pelupuh
menggunakan perekat isosianat. Bahan pengawet berkonsentrasi 1,25%
diaplikasikan dengan cara penyemprotan menggunakan spray gun. Ketahanan
terhadap rayap kayu kering dan rayap tanah dianalisis sebagai sifat keawetan,
sedangkan koefisien penyerapan bunyi dan rugi transmisi bunyi sebagai sifat
akustiknya serta terdapat pengujian retensi bahan pengawet dan sudut kontak
sebagai pengujian pendukung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa papan orientasi
pelupuh bambu ater memiliki ketahanan terhadap rayap kayu kering dan rayap
tanah lebih tinggi dibandingkan bambu betung. Bahan pengawet Premise 200 SL®
berbahan aktif imdakloprid efektif meningkatkan ketahanan papan. Hal tersebut
dapat ditunjukkan dari nilai kehilangan berat yang menurun dan mortalitas rayap
yang tinggi. Berdasarkan standar SNI 7207 ketahanan papan orientasi pelupuh
bambu ater dan betung dengan pengawetan meningkat masing-masing menjadi
kelas I dan III terhadap rayap kayu kering, sedangkan untuk rayap tanah menjadi
kelas I. Perlakuan pengawetan baik pada papan orientasi pelupuh bambu ater
maupun betung meningkatkan kemampuan penyerapan bunyi papan orientasi
pelupuh pada frekuensi bunyi rendah sampai 500 Hz. Sementara itu, pada frekuensi
bunyi 500-1250 Hz, kemampuan penyerapan bunyi papan orientasi pelupuh dari
bambu betung jauh lebih baik dibandingkan papan orientasi pelupuh bambu ater.
Pada frekuensi tinggi di atas 1250 Hz, perlakuan pengawetan dapat memperbaiki
kemampuan penyerapan bunyi dimana papan orientasi pelupuh bambu betung
memberikan hasil yang terbaik. Kemampuan redam bunyi yang dinyatakan sebagai
rugi transmisi menunjukkan kemampuan yang baik mulai frekuensi 1000 Hz baik
untuk papan orientasi pelupuh bambu ater maupun bambu betung. Berdasarkan
penelitian ini diketahui bahwa performa papan orientasi pelupuh bambu ater dapat
diunggulkan menjadi produk papan orientasi pelupuh komponen akustik bangunan
terutama dalam hal perbaikan keawetannya.
Collections
- MT - Forestry [1376]