dc.contributor.advisor | Riyadi, Hadi | |
dc.contributor.advisor | Kustiyah, Lilik | |
dc.contributor.author | Fathullah, Desya Medinasari | |
dc.date.accessioned | 2022-09-20T03:49:06Z | |
dc.date.available | 2022-09-20T03:49:06Z | |
dc.date.issued | 2022 | |
dc.identifier.uri | http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/114576 | |
dc.description.abstract | Praktik pemberian ASI dan MP-ASI pada 1000 Hari Pertama Kelahiran
(HPK) memiliki peran penting terhadap pertumbuhan, perkembangan, dan
kesehatan anak. Berdasarkan data Studi Status Gizi Indonesia (SSGI), prevalensi
kurus (wasting) pada Provinsi Jawa Barat sebesar 5,3% dan prevalensi wasting di
Kabupaten Cirebon cukup tinggi dan menempati urutan kedua setelah Kabupaten
Indramayu yaitu 10,7% (SSGI 2021). Anak yang wasting sangat berisiko
mengalami penyakit infeksi dikarenakan tidak terpenuhinya kebutuhan zat gizi dan
jika permasalahan wasting tidak segera ditangani maka konsekuensinya akan
timbul permasalahan lain seperti meningkatkan risiko stunting, gangguan
perkembangan kognitif, dan berisiko terkena penyakit tidak menular di masa
dewasa. Anak perlu diberikan ASI eksklusif dan MP-ASI yang tepat untuk
menunjang kesehatan anak. Indikator yang digunakan dalam melihat praktik
pemberian ASI dan MP-ASI adalah Infant and Young Child Feeding Practices yang
diterbitkan oleh WHO (2021). Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis
hubungan praktik pemberian ASI dan MP-ASI dengan status gizi baduta di
Kabupaten Cirebon.
Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan desain cross-sectional
yang diperoleh dari penelitian yang berjudul “Evaluasi Efektivitas Posyandu dalam
Penanganan dan Pencegahan Stunting di Kabupaten Cirebon” (Riyadi et al. 2020).
Penelitian tersebut dilaksanakan pada bulan Juni sampai November 2020 di
Kecamatan Suranenggala, Kabupaten Cirebon. Subjek penelitian ini berjumlah 44
baduta. Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: 1) Karakteristik
responden (usia, pendidikan, status bekerja, besar keluarga, dan pendapatan
keluarga); 2) Karakteristik subjek (usia, jenis kelamin, berat badan dan panjang
badan lahir; 3) Status gizi baduta; dan 4) praktik pemberian ASI dan MP-ASI yang
meliputi inisiasi menyusu dini (IMD), pemberian ASI, waktu pengenalan MP-ASI,
minimum diet diversity (MDD), minimum meal frequency (MAF), minimum
acceptable diet (MAD), dan konsumsi pangan sumber zat besi. Analisis data yang
dilakukan adalah uji univariat, bivariat, dan multivariat. Analisis bivariat
menggunakan uji korelasi Spearman dan analisis multivariat menggunakan uji
Regresi Logistik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia responden pada penelitian ini ratarata
32±5,0 tahun dan masih dalam rentang Wanita Usia Subur (WUS), pendidikan
ibu sebagian besar (63,6%) Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama.
Sebagian besar responden (86,4%) berprofesi sebagai ibu rumah tangga, dan
memiliki pendapatan keluarga rata-rata sebesar RP 2.342.824,6±1.963.391,0.
Pendapatan keluarga merupakan faktor yang berperan pada kuantitas dan kualitas
makanan dalam sebuah keluarga. Usia subjek berada pada rentang enam (6) – 23
bulan dengan rata-rata usia 14,4±4,6 bulan. Sebagian besar (54,5%) berjenis
kelamin laki-laki, memiliki berat badan lahir rata-rata 3.101±445,8 gram, dan
panjang badan lahir rata-rata sebesar 47,9±4,1 cm. Sebagian besar subjek (70,5%)
mendapatkan inisiasi menyusu dini (IMD), akan tetapi yang memberikan ASI
eksklusif hanya 13,6%. Sebanyak 81,8% responden memperkenalkan MP-ASI pada
subjek sejak usia kurang dari 6 bulan (77,3%) dan sebagian besar (70,4%) minimum
acceptable diet telah terpenuhi.
Tidak terdapat hubungan yang signifikan (p>0,05) antara karakteristik
responden (usia, pendidikan, status bekerja, besar keluarga, dan pendapatan
keluarga) terhadap pemberian ASI dan MP-ASI (IMD, pemberian ASI, waktu
pengenalan MP-ASI, MDD, MMF, MAD, konsumsi pangan sumber zat besi).
Tidak terdapat hubungan yang signifikan (p>0,05) antara pemberian ASI dan MPASI
(IMD, pemberian ASI, waktu pengenalan MP-ASI, MDD, MMF, MAD,
konsumsi pangan sumber zat besi) dengan status gizi baduta. Berdasarkan hasil uji
regresi logistik didapatkan bahwa variabel praktik ASI dan MP-ASI tidak
memengaruhi status gizi baduta. Namun penerapan MMF dan konsumsi pangan
sumber zat besi yang sesuai rekomendasi cenderung memiliki status gizi yang lebih
baik. | id |
dc.description.abstract | The first two (2) years feeding practices a crucial role in the growth,
development, and health of children. According to data from Study of Nutritional
Status in Indonesia 2021, wasting in an infant under two years old between zero (0)
and 23 months is 5.3% in West Java Province. Cirebon Regency has a high
prevalence of wasting, the second rank after Indramayu Regency at 10.7%. Because
their nutritional needs are not met, wasting infants are at a high risk of contracting
infectious diseases. If the problem of wasting is not addressed immediately that the
other issues will arise, including an increased risk of stunting, impaired cognitive
development, and the risk of developing non-communicable diseases in adulthood.
Exclusive breastfeeding and complementary feeding practices that are done
correctly can help an infant's health. In this research to assess breastfeeding and
complementary feeding practices used Infant and Young Child Feeding Practices
from WHO. Therefore, this study aimed to analyze the relationship between
breastfeeding and complementary feeding practices and the nutritional status of
under two years old children in Cirebon District.
This study draws on secondary data titled "Posyandu Effectiveness
Evaluation of Handling and Preventing Stunting in Cirebon Regency" (Riyadi et al.
2020). Cross-Sectional Study were used as the research design. The study took
place in Suranenggala Subdistrict, Cirebon District, from June to November 2020.
The participants in this study were 44 under two (2) years old children. The data
includes 1) Respondent characteristics (age, education, occupation status, family
size, and family income); 2) Subject characteristics (age, gender, birth weight, and
length); 3) Nutritional status of under two years old children; and 4) Breastfeeding
and complementary feeding practices, which include early initiation of
breastfeeding, duration of breastfeeding, the timing of complementary feeding
introduction, minimum diet diversity (MDD), minimum meal frequency
(MMF), minimum acceptable diet (MAD), and iron-rich food consumption.
Univariate, bivariate, and multivariate tests were used to analyze the data. Bivariate
analysis used the Spearman correlation and multivariate analysis used Logistic
Regression.
According to the findings, the average age of the respondents in this study
is 32±5,0 years, which is still within the range of women of reproductive age, and
the majority of the mothers' education (63.6%) is primary school and junior high
school. The average of respondent’s occupation (86,4%) are housewives and the
average family income is Rp 2,342,824.6±1,963,391,0. Family income influences
the quantity and quality of food consumed by a family. Subjects ranged from 6 (six)
to 23 months, with an average age of 14±4,6 months. The majority (54.5%) were
male, with an average birth weight of 3,101±445,8 grams and the average of birth
is 47,9±4,1 cm. Early initiation of breastfeeding was given to the majority of the
subjects (70.5%), but only eight subjects gave exclusive breastfeeding (13.6%).
Thirty-six respondents (81.8%) have introduced complementary feeding to their
infant under six months, with 34 respondents introducing complementary feeding
to an children under two years old (77.3%). In addition, the majority of
the minimum acceptable diet (70.4%) was met.
Breastfeeding and complementary feeding (early initiation of breastfeeding,
duration of breastfeeding, time of introduction of complementary feeding, MDD,
MMF, MAD, consumption of foods containing iron) had no significant relationship
(p>0.05) with respondent characteristics (age, education, occupation, family size,
and family income). There was no significant relationship (p>0.05) between the
nutritional status of under two years old children and breastfeeding and
complementary feeding (early initiation of breastfeeding, duration of breastfeeding,
time of introduction of complementary feeding, MDD, MMF, MAD, consumption
of foods containing iron). The results of the logistic regression test revealed that
breastfeeding and complementary feeding did not affect subject’s nutritional status.
However, MMF and iron-rich food consumption according to recommendation
indicated better nutritional status of subject. | id |
dc.language.iso | id | id |
dc.publisher | IPB University | id |
dc.title | Hubungan Praktik Pemberian ASI dan MP-ASI dengan Status Gizi Baduta di Kabupaten Cirebon | id |
dc.type | Thesis | id |