Show simple item record

dc.contributor.advisorSurahman, Memen
dc.contributor.advisorSetiawan, Asep
dc.contributor.advisorGiyanto
dc.contributor.authorSarijan, Abdullah
dc.date.accessioned2019-11-19T06:08:34Z
dc.date.available2019-11-19T06:08:34Z
dc.date.issued2019
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/99967
dc.description.abstractKacang koro pedang (Canavalia ensiformis L) berasal dari Amerika Selatan dan telah terintroduksi serta menyebar luas di daerah tropis termasuk Indonesia. Tanaman ini merupakan tanaman indegenous yang belum banyak dikembangkan atau dilakukan kajian secara ilmiah. Kandungan nutrisinya cukup lengkap dan dapat diolah menjadi beranekaragam pangan olahan. Kacang koro dapat dijadikan sebagai alternatif untuk kombinasi atau subtitusi kedelai. Percobaan ini bertujuan untuk mengatasi gugur polong sehingga diharapkan polong panen meningkat dan memberikan pengaruh terhadap produksi benih. Dilaksanakan empat percobaan di lapangan dan satu percobaan di laboratorium dengan tujuan umum untuk mendapatkan informasi pertumbuhan, produksi dan mutu benih kacang koro pedang (Canavalia ensiformis L) melalui rekayasa arsitektur tanaman, ruang tumbuh, agroinput dan pemberian probiotik. Berdasarkan beberapa kajian terdahulu dilaporkan bila tanaman kacang koro memiliki jumlah infloresen yang banyak dan dalam satu rangkaian infloresen dapat menghasilkan 6-16 bakal bunga namun bunga yang berkembang menjadi polong hingga dipanen berkisar antara 0 hingga 3 polong. Pemangkasan batang dan cabang pada penelitian pertama dilakukan pada beberapa tingkatan (tidak dipangkas, pemangkasan pada ruas cabang ke lima, pemangkasan pada ruas cabang ke enam, pemangkasan pada ruas batang ke sepuluh, pemangkasan pada ruas batang ke 11 dan kombinasinya) sedangkan pada penelitian kedua dilakukan kombinasi perlakuan dalam bentuk pemangkasan dan jarak tanam. Pengaturan jarak tanam sekaligus menggambarkan pola tanam yang digunakan. Pengaturan jarak tanam meliputi 50 cm x 50 cm, 70 cm x 70 cm, 100 cm x 100 cm (square spacing) dan 50 cm x 50 cm x 100 cm (double row) serta pemangkasan dan tanpa pemangkasan. Hasil penelitian menunjukkan tanaman yang dipangkas maupun yang tidak dipangkas cenderung menghasilkan pertumbuhan, produksi dan mutu benih yang relatif sama sehingga pemangkasan pada tanaman kacang koro pedang tidak perlu untuk dilakukan. Kombinasi pemangkasan dengan jarak tanam juga menunjukkan bila pemangkasan cenderung tidak berbeda dan sebaliknya jarak tanam cenderung memberikan hasil yang berbeda. Jarak tanam berkaitan dengan populasi tanaman, pada jarak tanam yang rapat populasi tanaman menjadi tinggi dan berakitat terjadinya persaingan antar tanaman terhadap faktor tumbuh tanaman. Penanaman dengan pola double row lebih efektif dibandingkan dengan pola square spacing, produksi tertinggi dihasilkan dari perlakuan pemangkasan dengan pola double row. Pada percobaan pertama bobot seribu butir benihnya antara 1 273.3 g hingga 1 291.7 g dengan rata-rata daya berkecambah benih 77.2 % sedangkan pada percobaan kedua bobot seribu butir benihnya antara 1 270.3 g hingga 1 293.1 g dengan rata-rata daya berkecambah benih 73.3% Percobaan ke tiga berupa aplikasai pupuk NPK (Urea, SP36 dan KCl) dengan tiga taraf dosis pupuk yang berbeda, yaitu (1). 0 kg Urea, 0 kg SP36 dan 0 kg KCL (ha-1), (2). 25kg Urea, 50 kg SP36 dan 56.25 kg KCL kg (ha-1), (3). 50 kg Urea, 100 kg SP36 dan 112.5 kg KCL kg (ha-1) disertai pemberian pupuk organik cair (dua taraf) yaitu : (1) (tanpa pemberian POC, dan (2) pemberian POC 2 mL L-l air. Pupuk organik cair yang digunakan mengandung pupuk makro NPK, pupuk mikro Boron dan Zink serta hormon tumbuh giberelin, asam indol asetik, kinetin dan zeatin Pemberian pupuk anorganik dilakukan dua kali yaitu pada minggu kedua setelah tanam (dosis 40%) dan dua bulan setelah tanam (dosis 60%), sedangkan pupuk organik cair disemprotkan pada permukaan tanaman hingga air jenuh pada permukaan daun dengan konsentrasi 2 mL L-1 air sebanyak delapan kali aplikasi (selang setiap 15 hari). Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat interaksi antara pupuk anorganik dan pupuk organik cair namun secara tunggal pupuk anorganik maupun pupuk organik cair berpengaruh terhadap beberapa variabel pengamatan. Pupuk anorganik lebih efektif dibandingkan pupuk organik cair. Tidak efektifnya pupuk organik cair diduga berkaitan dengan curah hujan yang tinggi selama penelitian menyebabkan pencucian hara yang disemprotkan. Produksi tertinggi dihasilkan dari perlakuan pupuk Urea 50 kg, SP36 100 kg dan KCl 112,5 kg (ha-1) dengan hasil 4.1 ton ha-1. Bobot seribu butir benih yang dihasilkan tergolong sedang hingga tinggi (1 289.3 g – 1 414.5 g) dengan rata-rata daya berkecambah benih 88%. Penelitian ke empat uji fitotoksisitas bakteri probiotik pada benih kacang koro pedang. Enam kombinasi probiotik berasal dari empat jenis bakteri dari beberapa isolat (Actinomycetes sp, Azotobacter sp, Pseudomonas sp serta Bacillus sp) ditambah satu perlakuan standar (kontro/ menggunakan air). Hasil penelitian memperlihatkan terdapat tiga pasang probiotik yang hasilnya tidak berbeda dibandingkan kontrol. Tiga pasang probiotik ini selanjutnya dipilih untuk pembuatan Bio-organik yaitu Actinomycetes sp isolat Cikabayan-20 dengan bakteri Pseudomonas sp 24 (AcCKB20 - P24), Actinomycetes sp isolat Cikabayan-4 dengan bakteri Bacillus sp 28 (AcCKB4 - B28), serta Actinomycetes sp isolat Cikarawang-5 dengan bakteri Pseudomonas sp 24 (AcCKW5 - P24). Percobaan ke lima menggunakan Bio-organik dari tiga pasang probiotik terpilih pada penelitian ke empat. Dua liter larutan probiotik terpilih diinkubasi pada 600 kg pupuk kandang sapi selama 14 hari dan selanjutnya digunakan sebagai pupuk Bioorganik. Pada penelitian ini diterapkan sembilan perlakuan yaitu 1) tanpa pemupukan, 2) 100% pupuk anorganik (hasil terbaik dari penelitian ke tiga), 3) pemberian pupuk kandang 24 g/tanaman (setara 600 kg ha-1), 4) pemberian pupuk kandang serta bioorganik (tiga perlakuan), 5) pemberian pupuk kandang, bio-organik serta penyiraman larutan probiotik (tiga perlakuan). Hasil penelitian menunjukkan perlakuan tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif dan analisis pertumbuhan tanaman namun berpengaruh pada beberapa peubah pertumbuhan generatif, komponen hasil, produksi dan mutu benih. Perlakuan berpengaruh terhadap berat akar, jumlah bintil akar, berat bintil akar, waktu panen, jumlah polong, jumlah polong yang dipanen, polong gugur, polong hampa dan busuk, panjang polong, jumlah biji per polong, produksi, bobot seribu butir benih dan kandungan lignin. Bio-organik juga menyebabkan perubahan tekstur tanah, meningkatkan kandungan kimia tanah serta meningkatkan jumlah bakteri di dalam tanah. Secara umum penggunaan bio-organik memberikan ptoduksi yang relatif sama dengan pupuk anorganik. Produksi tertinggi dihasilkan dari perlakuan pupuk anorganik dengan produksi 3.51 ton ha-1, namun hasilnya tidak berbeda dengan perlakuan pupuk kandang, bio-organik AcCKB20-P24 disertai penyiraman 5 mL larutan probiotik AcCKB20-P24 dengan produksi 3.49 ton ha-1.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcSeed Technologyid
dc.subject.ddcSeed Qualityid
dc.subject.ddc2016id
dc.subject.ddcBogor-Jawa Baratid
dc.titlePertumbuhan, Produksi dan Mutu Benih Kacang Koro Pedang (Canavalia ensiformis L.) melalui Rekayasa Arsitektur Tanaman, Ruang Tumbuh, Agroinput dan Pemberian Probiotikid
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordbobot seribu butir benihid
dc.subject.keywordfitotoksisitasid
dc.subject.keywordbio-organikid
dc.subject.keywordproduksi benihid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record