dc.description.abstract | Tanaman sagu merupakan salah satu komoditi perkebunan sumber karbohidrat selain beras yang mempunyai potensi sebagai pangan pokok masyarakat. Luas areal sagu di Indonesia yaitu 5.2 juta hektar/50 persen areal sagu di dunia. Dengan potensi produksi (200 kg/batang pati sagu basah, atau 25 hingga 30 ton/ Ha/tahun) dan potensi konsumsi (5 kkal/kap/hari, dengan konsumsi sagu 0.5 kg/kap/tahun atau 120 976.6 ton/tahun), dan potensi kesehatan (Dishutbun Kepulauan Meranti 2014; Bintoro 2016; Badan Ketahanan Pangan 2018). Potensi kesehatan dari konsumsi sagu diantaranya sagu juga diidentifikasi memiliki memiliki indeks glikemik (IG) yang rendah, meningkatkan kekebalan tubuh, mengurangi risiko kanker usus dan paru-paru, mengurangi kegemukan dan mempermudah buang air besar (Flach 1993; Haliza et al. 2006; Hariyanto 2014).
Kajian mengenai kaitan konsumsi sagu dengan kejadian diabetes mellitus (DM) di Indonesia belum diteliti. Tujuan dari penelitian ini adalah; 1) mengetahui tingkat preferensi sagu serta peran sagu terhadap kesehatan masyarakat di wilayah produsen yang belum dielaborasi, 2) menilai asupan gizi masyarakat yang mengonsumsi sagu di Kabupaten Kepulauan Meranti Provinsi Riau; 3) menganalisis kejadian berkaitan dengan pradiabetes (faktor sosio demografi, gaya hidup, riwayat DM tipe 2, tekanan darah, kadar kolesterol, lingkar perut), dan 4) menganalisis hubungan antara konsumsi sagu dengan kejadian pradiabetes pada masyarakat yang mengkonsumsi sagu dalam komunitas pertanian berbasis sagu di Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau. Penelitian ini menggunakan disain cross sectional. Data dikumpulkan melalui survei dan wawancara menggunakan kuesioner (preferensi konsumsi, riwayat DM, aktivitas fisik dan paparan rokok) dan pengukuran langsung (antropometri, kadar glukosa darah sewaktu, kadar kolesterol, tekanan darah, dan lingkar perut). Penelitian di laksanakan pada bulan Mei – September 2017 di Kabupaten Kepulauan Meranti Provinsi Riau yang merupakan daerah penghasil sagu terbesar di Provinsi Riau.
Subyek pada penelitian ini berjumlah 181 orang yang tersebar di 5 desa pada Kecamatan Tebing Tinggi Timur, yaitu desa Sungai Tohor, Desa, Tanjung Sari, Desa Nipah Sendanu, Desa Batin Suir dan Desa Lalang Tanjung. Karakteristik subyek yang dikumpulkan meliputi nama, jenis kelamin, usia, pekerjaan, pendidikan, pendapatan keluarga/bulan, juga dikumpulkan data riwayat keluarga DM tipe 2, aktivitas fisik dan paparan rokok. Data konsumsi diperoleh dari Semi Quantitatif FFQ (Food Frequency Questionnaire dan Food Recall 24 jam. Pengukuran antropometri dilakukan dengan menggunakan alat timbang CAMRY (ketelitian 0.1 kg) untuk berat badan dan statue meter (ketelitian 0.1 cm) untuk pengukuran tinggi badan. Pengukuran lingkar perut dilakukan dengan menggunakan pita meter. Pengukuran kadar glukosa darah sewaktu dan kolesterol dilakukan dengan menggunakan EasyTouch Model:GCU Made In Taiwan. Riwayat DM diperoleh dari kuesioner mengenai pernah atau tidak didiagnosa menderita DM dan riwayat keluarga penderita DM. Aktivitas fisik dicatat
v
berdasarkan formulir aktivitas fisik atau kegiatan sehari dalam menit. Paparan rokok diperoleh dari kuesioner mengenai apakah terpapar rokok dalam 30 hari terakhir.
Data diolah secara deskriptif dan inferensia dengan menggunakan Microsoft Exell 2010 dan SPSS yang meliputi analisis univariat, bivariat dan multivariat. Analisis univariat dilakukan untuk menggambarkan sebaran variabel yang diteliti berdasarkan persen dan rataan. Data asupan makanan diproses menggunakan perangkat lunak Nutrisurvey 2007 versi Indonesia. Data untuk statistik deskriptif dari variabel dinyatakan sebagai mean ± standar deviasi (SD). Analisis bivariat menggunakan uji t-independen untuk membandingkan kedua kelompok, dan korelasi Pearson untuk mengetahui hubungan antara variabel dengan pradiabetes. Analisis multivariat menggunakan regresi linier berganda untuk mengetahui hubungan antara variabel dependen dan variabel. Nilai p <0.05 dan ≤ 0.01 dianggap signifikan. Subyek dibagi menjadi 2 kelompok berdasarkan konsumsi sagu; 1) kelompok yang mengonsumsi sagu <140 g/hr, dan 2) kelompok yang mengonsumsi sagu ≥140 g/hr. Pengelompokan subyek berdasarkan hasil penelitian Hariyanto et al. (2017) yang menyatakan bahwa konsumsi sagu ≥140 g/hr mampu menurunkan kadar glukosa darah, kolesterol dan trigliserida pada pasien diabetes.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ditemukan kejadian penyakit DM tipe 2 tetapi hanya kejadian pradiabetes. Subyek umumnya memiliki gula darah sewaktu, indeks massa tubuh, kolesterol dan lingkar perut dikategorikan normal. Hipertensi mulai ditemukan pada sebagian subyek. Terdapat korelasi negatif antara konsumsi sagu dengan kolesterol, yang artinya semakin banyak konsumsi sagu maka semakin rendah kolesterol. Tekanan darah sistolik dan diastolik berpengaruh terhadap gula darah sewaktu subyek yang mengonsumsi sagu.
Frekuensi konsumsi sagu subyek umumnya dikategorikan sering (39.2%) dan cukup sering (30.6%). Subyek yang mengonsumsi sagu lebih banyak cenderung berusia lebih tua dan lebih banyak yang kurus (16%), sedangkan subyek yang mengonsumsi sagu lebih sedikit cenderung pada usia yang lebih muda dan lebih banyak yang obes (19.8%). Preferensi konsumsi sagu masyakarat pada produk olahan sagu didominasi oleh mi sagu (89.9%), diikuti oleh lempeng sagu (86.9%) dan sagu lemak (85.4%), dengan tingkat kesukaan sangat suka. Produk olahan sagu yang paling sering dikonsumsi adalah sagu lemak (22.7%), sagu rendang (18.2%), dan mi sagu (10.5%). Tingkat kecukupan energi subyek dikategorikan normal (92.0±30.0%), tingkat kecukupan karbohidrat dan lemak dikategorikan lebih (93.8±43.6% dan 98.9±54.2%), tingkat kecukupan protein dikategorikan defisit ringan (85.3±41.4 %).
Saran yang dapat dihasilkan dari penelitian ini adalah : 1) perlu dilakukan kajian lebih lanjut dengan melakukan intervensi olahan sagu langsung pada penderita DM tipe 2, dengan terlebih dahulu dilakukan penghitungan IG makanan, dan 2) perlu mempertimbangkan pengukuran konsumsi makanan olahan sagu minimal tiga kali dengan hari yang tidak berurutan, dan pengukuran kebiasaan makanan dalam satu bulan terakhir, serta menambah beberapa pengukuran antropometri seperti pengukuran tebal lipatan kulit. | id |