Model Spasial Banjir Untuk Mendukung Ketersediaan Pangan di Kabupaten Karawang.
View/Open
Date
2019Author
Riadi, Bambang
Barus, Baba
Widiatmaka
Purwanto, Moh Yanuar
Noorachmat, Bambang Pramudya
Metadata
Show full item recordAbstract
Pemodelan banjir dapat dilakukan secara konseptual yang didasarkan pada
proses dan model yang sesuai dengan ketersediaan data (data driven models).
Studi bahaya banjir sudah banyak dibuat tetapi umumnya dengan menggunakan
data tidak detil, sehingga diperlukan data yang detil agar lebih akurat. Data teliti
yang dapat dipakai dalam penentuan banjir saat ini dapat diperoleh dari data citra
satelit resolusi tinggi, data foto udara tegak (vertical aerial photography) dan
DEM resolusi tinggi. Pemodelan data DEM dapat dilakukan dengan
menggunakan metode Topographic Wetness Index (TWI) untuk mendeteksi
daerah yang basah yang merupakan cerminan bentuklahan cekungan. DEM teliti
mampu mengenali lahan cekungan lebih akurat bila dibandingkan dengan
menggunakan peta skala sedang.
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan strategi
mitigasi banjir untuk mendukung ketersediaan pangan. Untuk mencapai tujuan
penelitian disusun tujuan khusus dengan mengidentifikasi daerah bahaya banjir
menggunakan data DEM yang akurat. Peta bahaya banjir kemudian dianalisis
tingkat kerentanannya untuk mendapatkan peta risiko banjir. Dalam hal ini banjir
yang terjadi, pertumbuhan populasi dan perubahan penggunaan lahan sawah
banyak berpengaruh terhadap produksi pangan. Karena alasan ini maka dilakukan
analisis ketersediaan pangan di wilayah penelitian. Untuk mempertahankan
potensi ketersediaan pangan di daerah penelitian, maka strategi mitigasi banjir
perlu dikembangkan.
Metode pemetaan bahaya banjir dilakukan dengan dukungan data historis
tentang kejadian banjir yang meliputi kedalaman, durasi, frekuensi banjir dan data
sosio-ekonomi. Daerah bahaya banjir diidentifikasi dari bentuklahannya dengan
teknik penginderaan jauh dan sistem informasi geografis menggunakan data
DEM. Analisis risiko dilakukan berdasarkan kerentanan fisik lahan dan sosial
ekonomi petani terdampak banjir. Penilaian ketersediaan pangan didasarkan pada
hasil analisis konversi lahan dan gagal penen (puso) akibat banjir, yang kemudian
dijadikan sebagai dasar penyusunan strategi untuk menjaga ketersediaan pangan.
Banjir yang sering terjadi di suatu daerah disebabkan oleh faktor alam, dan
untuk menghindari dampak yang lebih luas dari banjir maka perlu dilakukan
upaya mitigasi. Penggunaan data yang teliti dari data citra satelit resolusi tinggi
dan DEM resolusi tinggi memberikan hasil studi yang sangat baik. Hasil analisis
akurasi vertikal data DEM TerraSAR-X jika dibandingkan dengan data DEM
photo udara di area persawahan, menghasilkan akurasi vertikal 3,4 m.
Hasil identifikasi menunjukkan bahwa bahaya banjir di daerah persawahan
meliputi area seluas 26.270 ha atau 26,7% dari luas sawah 98.462 ha, dengan
distribusi daerah bahaya banjir klas tinggi seluas 8.838 ha (9 %), bahaya banjir
klas sedang seluas 9.780 ha (9,9 %) dan bahaya banjir klas rendah seluas 7.652 ha
(7,8%). Peristiwa banjir pada umumnya mengancam kehidupan dan penghidupan
masyarakat. Salah satu sektor penghidupan masyarakat yang terancam banjir
adalah pertanian. Dalam hal ini kerentanan penghidupan petani akan
menghadirkan risiko banjir. Hasil analisis menunjukan bahwa wilayah yang
mempunyai risiko banjir klas tinggi diwilayah penelitian adalah seluas 7.900 ha
(30 %). Risiko banjir ini akan meningkat apabila tingkat bahaya (hazard) dan
tingkat kerentanan (vulnerability) meningkat.
Luas wilayah Kabupaten Karawang adalah 191.577 ha, dengan luas lahan
sawah pada tahun 2000 adalah seluas 120.371 ha (62,83% ). Luas lahan sawah
pada tahun 2006 turun menjadi 112.878 ha (58,92%) dan pada tahun 2015 lahan
sawah hanya tersisa 98.462 ha (51,39%). Dengan demikian pada periode tahun
2000 s/d 2015 lahan sawah yang terkonversi adalah seluas 21.909 ha. Dalam hal
ini konversi lahan sawah banyak mempengaruhi terhadap ketahanan pangan
secara permanen karena mengurangi besarnya produksi beras. Dengan asumsi
produksi padi di daerah penelitian sebesar 7,69 ton/ha, maka konversi lahan
berpotensi menghilangkan produksi padi sebesar 168.480 ton. Secara temporal
kejadian banjir di daerah penelitian memberikan pengaruh terhadap ketersediaan
pangan. Dampak banjir periode Tahun 2010 s/d Tahun 2015 terbukti telah
mengakibatkan kerugian panen sebesar 221.714 ton atau rata-rata 36.952
ton/tahun.
Untuk mitigasi, maka strategi yang perlu dibuat untuk menjaga ketersediaan
pangan adalah strategi agresif, dengan pilihan pengetatan pengawasan dalam ijin
penggunaan ruang yang mendukung perlindungan sawah. Strategi ini bertujuan
untuk mengoptimalkan daerah lahan sawah sebagai hamparan efektif menampung
kelebihan air limpasan yang bisa membantu mengurangi banjir sebagai bagian
dari mitigasi banjir (strategi strenght opportunity).