dc.description.abstract | Teh merupakan salah satu jenis komoditas perkebunan yang penting di
Indonesia. Hasil produksi teh Indonesia tidak hanya untuk konsumsi domestik
tetapi juga di ekspor ke berbagai Negara. Teh yang di ekspor harus melalui proses
pelelangan. Pelelangan teh di Indonesia dipegang oleh PT. Kharisma Pemasaran
Bersama Nusantara (PT. KPBN) atau Jakarta Tea Auction (JTA). Teh yang
dilelang di JTA merupakan hasil produksi dari PTPN. Teh yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teh hitam orthodoks jenis broken grade, karena paling
diminati oleh para pembeli. Namun bukan berarti harganya akan selalu meningkat
di setiap auction, karena dalam penentuan harganya tergantung dari kualitas dan
harga sebelumnya. Tujuan dari penelitian ini adalah meninjau keunggulan dan
keterbatasan dalam penerapan sistem lelang, mengidentifikasi pola data harga
lelang teh hitam orthodoks jenis broken grade, dan memproyeksikan harga lelang
teh hitam orthodoks jenis broken grade di JTA hingga tahun 2016. Penelitian ini
menggunakan data time series dari bulan Januari 2008 sampai Desember 2014.
Metode yang digunakan untuk meramal harga lelang teh orthodoks jenis broken
grade adalah menggunakan metode autoregressive integrated moving average
(ARIMA). Hasil penelitian menunjukan keunggulan sistem lelang adalah
berdampak positif pada stabilitas ekonomi dan keuangan negara, built in control,
serta kemampuan dalam menetapkan harga. Keterbatasannya yaitu infrastruktur
yang terbatas, peran pemerintah belum optimal, dan lemahnya bergaining power.
Penyebab penurunan dan kenaikan dalam harga lelang tersebut adalah adanya
sentimen pasar akibat krisis politik yang melanda Mesir, kualitas teh yang
meningkat, produksi serta mutu teh yang dihasilkan. Berdasarkan hasil peramalan,
teh hitam orthodoks jenis broken grade yang memiliki laju pertumbuhan tertinggi
adalah Broken Orange Pekoe Fanning (BOPF) dengan rata-rata laju pertumbuhan
dari bulan Januari 2016 sampai Desember 2016 sebesar 0,191%. | id |