Mekanisme Akses Berbasis Struktural dan Relasional dalam Memperkuat Kinerja Institusi Pengelolaan Ekowisata Bahari
Abstract
Kayanya potensi alam dan budaya yang dimiliki Raja Ampat mendorong para
pemangku kepentingan untuk terlibat dalam pengelolaan ekowisata. Setiap
pemangku kepentingan memiliki akses terhadap sumber daya yang berbeda-beda.
Akses terhadap sumber daya tidak hanya didapat melalui hak kepemilikan, namun
juga dapat diperoleh melalui struktural dan relasional. Mekanisme akses dalam
penelitian ini menjelaskan akses berbasis struktural dan relasional, yaitu bagaimana
kemampuan pemangku kepentingan dalam memperoleh, mempertahankan dan
mengontrol akses terhadap sumber daya melalui bundle of power yang dimiliki.
Ketimpangan akses berbasis struktural dan relasional dapat mengarahkan kepada
lemahnya kinerja institusi pengelolaan. Indikator kinerja institusi pengelolaan
meliputi: (1) kejelasan batas wilayah; (2) kesesuaian aturan dengan kondisi lokal;
(3) aturan disusun dan dikelola oleh pengguna sumber daya; (4) adanya
kelembagaan lokal; (5) pengawasan dihormati masyarakat; (6) berlakunya sanksi;
(7) mekanisme penyelesaian konflik; (8) kuatnya pengakuan dari pemerintah; dan
(9) adanya ikatan dengan lembaga luar. Dengan demikian penting menganalisis
mekanisme akses berbasis struktural dan relasional dalam pengelolaan ekowisata
bahari untuk mengetahui adakah ketimpangan distribusi manfaat, khususnya pada
masyarakat agar mereka memiliki kesempatan untuk terlibat dalam pengolahan
ekowisata, merasakan manfaat dari ekowisata dan terlibat dalam memperkuat
kinerja institusi pengelolaan ekowisata.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: (1) potensi alam dan budaya;
(2) pemetaan pemangku kepentingan terkait peran, kepentingan, pengaruh dan
relasi; (3) mekanisme akses berbasis struktural dan relasional pemangku
kepentingan; (4) dan kinerja institusi pengelolaan ekowisata bahari. Pendekatan
yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan
dengan metode observasi, dokumentasi, wawancara, focus group discussion, dan
pengumpulan data sekunder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) potensi alam
di Kampung Arborek meliputi hamparan terumbu karang dengan tutupan karang
hidup ≥50% dan habitat biota langka ikan pari manta, serta potensi budaya seperti
tarian dan kerajinan tangan; (2) berdasarkan pemetaan pemangku kepentingan,
terdapat kelompok pemerintah, masyarakat, LSM dan swasta yang terlibat dalam
pengelolaan dengan relasi kerjasama, namun posisi pengaruh dan kepentingan antar
kelompok berbeda-beda; (3) mekanisme akses berbasis struktural dan relasional
antar pemangku kepentingan berbeda-beda melalui bundle of power yang dimiliki;
dan (4) melalui bundle of power yang dimiliki mampu memperkuat kinerja institusi
pengelolaan ekowisata bahari. Dengan demikian, perlunya kesetaraan akses pada
masyarakat untuk membuka kesempatan mereka memperoleh manfaat dari
pengelolaan ekowisata bahari. Hal tersebut juga membuka kesempatan masyarakat
untuk terlibat dan menguatkan kinerja institusi pengelolaan ekowisata bahari.
Collections
- MT - Human Ecology [2275]