Analisis sosial praktik Perikanan Destruktif (Studi Kasus di Pulaupulau Kecil Kawasan Taman Nasional Taka Bonerate Kabupaten Kepulauan Selayar).
View/Open
Date
2019Author
Asri, Muh
Wahyuni, Ekawati Sri
Satria, Arif
Metadata
Show full item recordAbstract
Perikanan destruktif adalah ancaman nyata keberlanjutan sumberdaya
kelautan dan perikanan di Indonesia. Di tengah upaya yang dilakukan pemerintah
selaku pengelola kawasan taman nasional Taka Bonerate untuk menghentikan
praktik tersebut, masih saja ada nelayan di pulau tertentu yang melakukan. Untuk
itu penelitian ini dipandang perlu dilakukan untuk menelusuri dan menganalisis
fenomena kemiskinan nelayan dan keterkaitannya dengan praktik perikanan
destruktif yang terjadi dikalangan nelayan kawasan taman nasioanal Taka
Bonerate. Hasil penelitian menunjukan bahwa perikanan destruktif pada
umumnya tidak dilakukan sendiri tapi secara berkelompok, yaitu 3-4 orang yang
dipimpin oleh seorang juragan. Faktor pendukung maraknya praktik perikanan
destruktif adalah karena besaran pendapatan yang diperoleh nelayan setiap bulan
tidak berbanding lurus dengan pengeluaran, terlebih jika musim paceklik tiba
maka nelayan berada dalam ancaman kemiskinan.
Kondisi tersebut mendorong nelayan untuk bisa bertahan (survive) dengan
cara beralih menggunakan alat tangkap lain yang lebih produktif dengan
penghasilan yang lebih besar yaitu menggunakan bahan peledak (bom) atau
sianida (bius). Faktor lain yang mendukung maraknya perikanan destruktif di
kawasan taman nasional Taka Bonerate adalah lengahnya pengawasan dan
penindakan yang tidak serius oleh aparat terkait dalam memberikan efek jera
terhadap pelaku sehingga kasus ini terus saja berlangsung. Juga didukung oleh
ketersedian bahan baku bahan peledak dan bahan kimia oleh nelayan untuk
digunakan dalam kegiatan penangkapan. Ketersedian pasar hasil tangkapan juga
memicu dan melanggengkan kegiatan perikanan destruktif karena menjadi
penopang ekonomi bagi pelaku dengan membeli hasil tangkapan mereka.
Faktor lainnya lagi adalah karena terjadinya konflik sumberdaya alam
yang melibatkan berbagai pihak seperti pengelola kawasan, nelayan luar kawasan,
nelayan ramah lingkungan dan nelayan destruktif. Konflik ini terjadi karena
adanya perebutan dan klaim kepemilikan wilayah tangkapan tertentu oleh nelayan
sehingga nelayan yang lain merasa dirugikan dan menimbulkan kecemburuan.
Tidak adanya upaya penyelesaian terhadap konflik tersebut sehingga nelayan yang
merasa dirugikan mengambil langkah tertentu untuk mengambil bagian dalam
mendapatkan hasil tangkapan yang lebih banyak. Salah satu langkah yang
dilakukan adalah menjadi nelayan destruktif, baik dengan menggunakan bahan
peledak maupun dengan menggunakan sianida dalam kegiatan penangkapan.
Collections
- MT - Human Ecology [2273]