dc.description.abstract | Realisasi program Asuransi Usahatani Padi (AUTP) di Provinsi Jawa Timur tahun 2015 - 2017 menunjukkan terdapat tren peningkatan peserta program AUTP pada kabupaten dengan status rawan serangan organisme penganggu tanaman (OPT), banjir dan kekeringan, dan tren penurunan peserta pada kabupaten dengan status aman. Kondisi ini menunjukkan adanya kecenderungan bahwa peserta program AUTP di Provinsi Jawa Timur adalah petani dengan tingkat risiko tinggi, dan menjadi indikasi adanya asimetri informasi berupa adverse selection. Selain itu, dengan diasuransikannya risiko gagal panen akibat serangan organisme penganggu tanaman (OPT) pada program AUTP berpotensi menimbulkan terjadinya moral hazard. Berdasarkan kondisi tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah (1) menganalisis adanya adverse selection, dengan menganalisis pengaruh tingkat risiko dan faktor lainnya terhadap keputusan petani untuk ikut serta pada program AUTP di Provinsi Jawa Timur, dan (2) menganalisis adanya moral hazard, dengan menganalisis dampak keikutsertaan petani pada program AUTP di Provinsi Jawa Timur terhadap penggunaan pupuk dan pestisida.
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Bojonegoro yang mewakili kabupaten dengan tingkat risiko tinggi, dan Kabupaten Pasuruan yang mewakili kabupaten dengan tingkat risiko rendah, pada bulan April sampai dengan bulan Juni 2018. Data cross section pada musim tanam Oktober tahun 2017 terhadap keikutsertaan petani pada program AUTP, kondisi sosial ekonomi petani, persepsi dan pengetahuan petani terhadap program AUTP digunakan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi keputusan petani untuk ikut serta pada program AUTP. Sedangkan data tingkat risiko diperoleh dari peluang petani untuk menerima klaim dari tujuh musim tanam tahun 2017-2018. Analisa yang dilakukan untuk mengindentifikasi adanya asimetri informasi berupa adverse selection dilakukan dengan dua tahap yaitu (1) uji independensi antara keputusan asuransi dengan tingkat risiko menggunakan uji Kruskal-Wallis dan Kolmogorov-Smirnov, dan (2) analisis regresi logistik untuk mengetahui pengaruh tingkat risiko dan faktor lainnya terhadap keputusan petani untuk ikut serta pada program AUTP. Sedangkan pengaruh keputusan keikutsertaan pada program AUTP terhadap penggunaan input dianalisis menggunakan metode treatment effect dengan menggunakan data penggunaan pupuk dan pestisida secara cross section pada musim tanam Oktober tahun 2017.
Hasil analisis menunjukkan bahwa keputusan asuransi tidak independen terhadap tingkat risiko. Hal ini menunjukkan adanya asimetri informasi antara petani dan penyelenggara asuransi. Hasil analisis terhadap faktor yang mempengaruhi keputusan keikutsertaan petani pada program AUTP menunjukkan bahwa tingkat risiko berpengaruh positif terhadap keputusan petani untuk ikut serta pada program AUTP. Hal ini menunjukkan bahwa petani dengan tingkat risiko tinggi lebih berpeluang untuk ikut serta pada program AUTP dibanding petani dengan tingkat risiko rendah, dan menjelaskan kecenderungan
peserta program AUTP oleh petani dengan tingkat risiko gagal panen yang tinggi, serta menjadi indikasi adanya asimetri informasi berupa adverse selection pada pelaksanaan program AUTP di Jawa Timur. Sedangkan hasil analisa pada petani yang ikut serta pada program AUTP, menunjukkan bahwa keputusan untuk ikut serta pada program AUTP tidak berpengaruh terhadap penggunaan pupuk dan pestisida. Kondisi ini menjadi bukti empiris bahwa pelaksanaan program AUTP di provinsi Jawa Timur tidak menunjukkan adanya moral hazard oleh petani dalam bentuk pengurangan penggunaan pupuk dan pestisida. Akan tetapi hasil pengamatan lapangan menunjukkan adanya potensi moral hazard dalam bentuk perubahan jadwal taman oleh petani, dan adanya potensi moral hazard oleh penyelenggara AUTP akibat penetapan target kepesertaan program AUTP pada kabupaten dengan tingkat risiko yang rendah.
Adanya asimetri informasi berupa adverse selection menunjukkan bahwa penetapan premi dalam program AUTP tidak mencerminkan tingkat risiko yang berbeda antar petani dalam suatu daerah/kabupaten. Hal ini dapat diantisipasi dengan menetapkan tingkat premi dan ganti rugi yang berbeda untuk tingkat risiko yang berbeda, sehingga mendorong terjadinya self signaling, yaitu petani menunjukkan tingkat risikonya secara mandiri sesuai dengan skema asuransi yang dipilih. | id |