Show simple item record

dc.contributor.advisorYahya, Sudirman
dc.contributor.advisorHariyadi
dc.contributor.advisorMulatnsih, Sri
dc.contributor.authorKusumawati, Sri Ambar
dc.date.accessioned2019-08-08T03:21:26Z
dc.date.available2019-08-08T03:21:26Z
dc.date.issued2019
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/98598
dc.description.abstractPermasalahan peremajaan kebun kelapa sawit rakyat di Indonesia dikelompokkan ke dalam 5 aspek yaitu: aspek ekonomi, lingkungan, sosial budaya, teknologi dan kelembagaan. Permasalahan ekonomi yang paling utama adalah petani kehilangan pendapatan selama tanaman belum menghasilkan, paling tidak 3 tahun, dan masalah lingkungan adalah terjadinya emisi CO2 pada proses peremajaan. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) menganalisis pertumbuhan dan produktivitas tanaman sela dan pertumbuhan tanaman pokok pada peremajaan kebun kelapa sawit rakyat; 2) menganalisis pendapatan dan kelayakan uasaha tani model tumpangsari; 3) menganalisis dinamika emisi CO2 dan cadangan karbon yang terjadi; 4) menganalisis status keberlanjutan model tumpangsari pada peremajaan kebun kelapa sawit rakyat. Penelitian dilaksanakan di Desa Bukit Jaya Kecamatan Ukui Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau, pada kebun kelapa sawit rakyat umur 28 tahun yang diremajakan. Penelitian ini adalah percobaan lapangan menggunakan rancangan Petak-terbagi, petak utama kapling petani (3 kapling), anak petaknya 4 perlakuan tanaman sela yaitu: jagung, kedelai, kacangan dan vegetasi alami, dan diulang sebanyak 3 kali. Data agronomis dianalisis ragam menggunakan SAS versi 9.4. Kelayakan usaha tani dihitung dengan analisis R/C rasio. Pengukuran emisi CO2 menggunakan alat IRGA dan penghitungannya menggunakan persamaan allometrik, pengukuran cadangan karbon pohon kelapa sawit tua dengan metode non destructive, sedangkan pengukuran biomassa tumbuhan bawah dan tanaman sela dengan metode destructive. Status keberlanjutan usaha tani tumpangsari dianalisis dengan menggunakan metode Multidimensional Scaling (MDS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penampilan tanaman sela menunjukkan pertumbuhan yang membaik dari musim tanam 1 sampai 3, dan tidak mempengaruhi pertumbuhan tanaman pokok. Produktivitas jagung musim tanam 1 sampai 3 berturut-turut sebesar 5.01 t ha-1, 7.51 t ha-1 dan 6.57 t ha-1, atau rata-rata 6.36 t ha-1. Produktivitas kedelai berturut-turut 1.60 t ha- 1, 1.28 t ha-1 dan 2.19 t ha-1 atau rata-rata 1.69 t ha-1. Pendapatan petani ratarata sebesar Rp11.482.180- untuk jagung dan Rp1.782.200,untuk kedelai per kapling (2 ha) per musim tanam, atau sebesar Rp3.280.623 untuk jagung dan Rp636.518, untuk kedelai per kapling per bulan. Dari setiap kapling, bagian areal lahan yang tertanam tanaman sela pada gawangan hidup dan ruang antar tanaman pokok dalam baris, kecuali gawangan mati dan areal bawah tajuk kelapa sawit, yang meliputi pada musim tanam 1 hingga 3 berturut-turut seluas 53, 30 dan 27% dari luasan dua hektar (satu kapling). Rata-rata nilai R/C jagung 2.66 dan kedelai 1.33, sehingga keduanya layak diusahakan. Besaran emisi CO2 pada tahapan proses peremajaan, yaitu emisi CO2 dari lahan di bawah tegakan kelapa sawit tua umur 28 tahun sebelum land clearing sebesar 28.5 t CO2 ha-1 tahun-1, pada lahan kosong setelah land clearing sebesar 59.0 t CO2 ha-1 tahun-1. Emisi pada tanaman sela sebesar 49.3 t CO2 ha-1 tahun-1 dan pada tanaman kelapa sawit berumur 1 tahun sebesar 42.9 t CO2 ha-1 tahun-1. Penurunan emisi CO2 terjadi selain karena sebagian CO2 yang dihasilkan terserap kembali oleh tanaman untuk fotosintesis, juga karena tersimpan dalam biomassa tanaman sebagai cadangan karbon berturut-turut 10.2 t C ha-1 pada tanaman jagung, 7.6 t C ha-1 pada kacangan, 3.5 t C ha-1 pada kedelai, 2.8 t C ha-1 pada vegetasi alami, dan 42.9 t C ha-1 pada kelapa sawit tua umur 28 tahun. Status keberlanjutan model tumpangsari pada peremajaan kebun kelapa sawit rakyat di Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau ditinjau dari 5 dimensi yaitu dimensi ekonomi dengan indeks 60.02, sosial budaya 65.22, teknologi 59.45 dan kelembagaan 56.23 termasuk kategori cukup berkelanjutan, sedangkan dimensi lingkungan 85.31 termasuk kategori berkelanjutan. Penilaian dari 63 atribut menghasilkan 12 atribut sensitif sebagai faktor pengungkit yang perlu dibenahi agar usaha tani tumpangsari pada peremajaan kebun kelapa sawit rakyat berjalan optimal. Hasil validasi Monte Carlo menunjukkan seluruh atribut dapat dipertanggungjawabkan, didasarkan pada hasil selisih antara hasil MDS dan Monte Carlo kurang dari 5%.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcNatural Resourcesid
dc.subject.ddcIntercropping Systemid
dc.subject.ddc2015id
dc.subject.ddcRiauid
dc.titleModel Tumpangsari pada Peremajaan Kebun Kelapa Sawit Rakyat Berkelanjutan di Provinsi Riauid
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordcadangan karbonid
dc.subject.keywordemisi CO2id
dc.subject.keywordMultidimensional Scalingid
dc.subject.keywordpendapatanid
dc.subject.keywordRevenue Cost Ratioid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record