dc.description.abstract | Batubara adalah batuan sedimen yang terbentuk dari endapan organik, utamanya sisa – sisa tumbuhan melalui proses pembatubaraan, sebagian besar berupa karbon yang mudah menyala sebesar 20 – 98% tergantung jenisnya, mengandung sedikit air, sulfur, merkuri dan bahan radioaktif bumi. Kegiatan penambangan yang mengandung mineral sulfida seperti batubara memicu pembentukan asam. Proses penggalian menyebabkan terangkatnya bahan – bahan sulfidik ke permukaan sehingga terjadi oksidasi yang berdampak penurunan pH tanah secara drastis. Kondisi pH tanah yang rendah merupakan permasalahan utama yang sering terjadi pada pertambangan batubara. Areal industri pertambangan sering dikaitkan dengan kemungkinan kontaminasi logam berat. Tumbuhnya beberapa jenis rumput pada areal revegetasi tambang yang sangat cepat dan penutupan lahan yang sangat rapat, memberikan peluang untuk dimanfaatkan sebagai hijauan pakan ternak dan penggembalaan ternak. Namun pemanfaatan hijauan pakan di lahan pasca tambang perlu dikaji karena diduga mempunyai kandungan logam berat yang tinggi. Logam berat yang terkonsumsi oleh ternak selain berbahaya bagi ternak, juga dapat terakumulasi pada produk peternakan, berdampak pada manusia yang mengonsumsi produk hasil ternak tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan mineral di lahan pasca tambang dan hijauan pakan yang ditanam di lahan pasca tambang, performa sapi perah yang diberi hijauan di lahan pasca tambang, kandungan mineral pada susu sapi perah yang diberi hijauan pakan dari lahan pasca tambang.
Penelitian ini dibagi dalam 2 tahap. Tahap 1 meliputi pengambilan sampel tanah dan analisa tanah, pengambilan sampel dan analisa rumput gajah dan konsentrat, analisa proksimat pada rumput gajah dan konsentrat, dan penetapan unsur (Mg, Fe, Mn, As, Hg, Pb). Tahap 2 dilakukan dengan cara in vivo. Empat ekor sapi perah peranakan FH dari Batu, Malang dengan kisaran umur ± 5 tahun laktasi ke 2 dengan rerata bobot badan 392, 5 ± 9, 57 kg digunakan dalam penelitian ini. P0 = rumput gajah pasca tambang 0% + Rumput gajah petani 60% + Konsentrat pesat-1 40%, P1= rumput gajah 15% + Rumput gajah non pasca tambang 45% + Konsentrat pesat-1 40 %, P2 = rumput gajah pasca tambang 30% + Rumput gajah petani 30% + Konsentrat pesat-1 40%, P3 = rumput gajah pasca tambang 60% + Rumput gajah petani 0% + Konsentrat pesat-1 40%. Peubah yang diamati Konsumsi ransum, Konsumsi bahan kering, Kualitas susu, Produksi susu, Efisiensi Teknis dan Ekonomis, Income Over Feed Cost of Milk (IOFC of Milk), Kandungan mineral pada susu (As, Hg, Pb, Fe, Mn, Mg). Hasil yang diperoleh dianalisis menggunakan analysis of variance (ANOVA), jika terdapat perbedaan nyata akan dilakukan uji lanjut Duncan.
Hasil penelitian pada tahap 1 analisa kimia tanah dan rata – rata kandungan mineral yang diambil dari tiga titik di lahan pasca tambang batubara sebagai berikut C org (%) nilai 2,35 (rendah), N total (%) 0,33 (sangat rendah), P Bray (ppm) nilai 2,53 (sangat rendah), P HCl (ppm) 78,95 (rendah), KTK (cmol(+/kg) nilai 18,71 (rendah), pH H2O nilai 4,41 (sangat masam), pH KCl nilai 3,93 (sangat masam),
kadar air 3,39, dan kandungan mineral pada tanah (ppm) Fe nilai 430,87(tinggi), Cu nilai 2,56 (tinggi), Zn nilai 7,17 (tinggi), Mn nilai 20,00 (tinggi), Pb nilai 2,24, As dan Hg tidak terdeteksi. Kualitas hijauan rumput gajah pasca tambang dalam Bahan kering (BK) 100%, abu 12,94%, protein kasar 16,51%, lemak kasar 3,57%, TDN 74,16%, Ca 0,39% dan P 0,68%. Kandungan nutrisi rumput gajah petani dalam bahan kering (BK) 100%, abu 8,28%, protein 12,88%, lemak 3,91%, SK 49,38%, TDN 53,91%, Ca 0,38 % dan P 0,27%. Kandungan mineral pada tajuk rumput gajah pasca tambang untuk Hg 0,416ppm, As 0,002ppm, Pb 6,251ppm, Fe 168,621ppm, Mn 226,621ppm, Mg 0,277ppm. Kandungan mineral pada tajuk rumput gajah petani untuk Hg 0,012ppm, As 0,002ppm, Pb 3,637ppm, Fe 54,99ppm, Mn 67,199ppm, Mg 0,506ppm. Kandungan mineral pada akar, batang dan daun rumput gajah pasca tambang berturut – turut untuk Hg 0,143ppm; 0,341ppm; 0,071ppm, As <0,002ppm; <0,002ppm; <0,002ppm, Pb 4,251ppm; 4,477ppm; 11,811ppm, Fe 2342,710ppm; 45,941ppm; 40,790ppm, Mn 206,388ppm; 22,926ppm; 36,612ppm, Mg 1658,841ppm; 1786,129ppm; 1861,092ppm. Hasil penelitian pada tahap 2 menunjukkan pemberian rumput gajah pasca tambang tidak berbeda nyata terhadap konsumsi ransum baik konsumsi segar maupun konsumsi bahan kering, tetapi berbeda nyata pada konsumsi protein dan lemak kasar. Konsumsi rumput gajah segar bervariasi diantara 37,00–38,25 (kg e-1 hr-1), konsumsi konsentrat 9,25 – 9,50 (kg e-1 hr-1). Konsumsi bahan kering (BK) dari 16125,14-16937,47(g e-1 hr-1); protein kasar (PK) 1700,49- 1858,16 (g e-1hr-1); serat kasar dari 3666,09-4898,6 (g e-1hr-1); lemak kasar 957,26-1037,96(g e-1hr-1); TDN dari 8547,69-9228,39(g e-1 hr-1). Kualitas susu dan produksi susu, efisiensi Teknis dan ekonomis, Income Over Feed Cost of Milk (IOFC of Milk), dan kandungan mineral Pb, As, Hg dan Mn tidak berbeda nyata (P>0,05), namun untuk kandungan mineral susu Fe dan Mg terindikasi perbedaan nyata (P<0,05). Kualitas susu terbaik pada perlakuan P2 dan P3 karena memenuhi batas minimal kandungan protein yang disyaratkan SNI. Kandungan logam berat utama pada susu (Pb, As, Hg) semuanya di bawah ambang batas SNI, dan untuk Fe dan Mg walaupun signifikan namun masih dibawah ambang batas yang ditentukan.
Simpulan dari penelitian ini pemberian rumput gajah pasca tambang batubara di Peternakan Sapi Terpadu (PESAT) berpengaruh pada kandungan mineral Fe dan Mg pada susu namun masih dibawah ambang batas yang diijinkan. Mineral (Pb, Fe, Mg, Mn, As, Hg) pada rumput gajah dari pasca tambang batubara lebih besar dibanding rumput gajah petani, terdapat pada ransum yang dikonsumsi ternak dan susu yang dihasilkan oleh ternak meski dalam jumlah sedikit dan masih di bawah ambang batas yang diijinkan. Disarankan untuk reklamasi lahan pasca tambang dengan pemberian bahan organic untuk menurunkan Fe dan Mg. Disamping itu perlu perbaikan yang melibatkan ternak seperti pemberian ransum yang mampu menyerap logam berat sehingga organ hati dan ginjal ternak, dan culling pada ternak betina untuk menghindari timbulnya pengaruh mineral terhadap organ reproduksi | id |