View Item 
      •   IPB Repository
      • Dissertations and Theses
      • Dissertations
      • DT - Mathematics and Natural Science
      • View Item
      •   IPB Repository
      • Dissertations and Theses
      • Dissertations
      • DT - Mathematics and Natural Science
      • View Item
      JavaScript is disabled for your browser. Some features of this site may not work without it.

      Etnobiologi Masyarakat Suku Osing di Kabupaten Banyuwangi.

      No Thumbnail [100%x80]
      View/Open
      Fulltext (45.78Mb)
      Date
      2019
      Author
      Prasetyo, Budi
      Chikmawati, Tatik
      Walujo, Eko Baroto
      Zuhud, Ervizal AM
      Metadata
      Show full item record
      Abstract
      Masyarakat Osing sebagai penduduk asli desa-desa di wilayah Banyuwangi hidup cukup makmur dan sejahtera karena kesuburan tanahnya. Berkurangnya wilayah sebaran suku Osing yang sekarang hanya terkonsentrasi di 9 kecamatan dikhawatirkan dapat melunturkan nilai tradisi budaya bertani yang terkenal mumpuni dan ulet dalam bercocok tanam. Masyarakat Osing hidup di tengah pesatnya perkembangan IPTEK dewasa ini. Dalam konteks etnobiologi eksistensi masyarakat Osing cukup menarik untuk diteliti mengingat dalam mengelola lingkungan memiliki pola-pola yang unik terutama terkait dengan penataan ruang lingkungannya sebagai bentuk strategi beradaptasi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Keunikan ini tercermin dalam budaya mereka ketika mengelola dan memanfaatkan sumber daya hayati beserta lingkungannya. Penelitian ini bertujuan untuk mensintesis pengetahuan tradisional masyarakat suku Osing tentang a) unit-unit lanskap yang dihasilkan berkaitan dengan kegiatan bertani; b) pengenalan beragam nama spesies tanaman dan pemanfaatannya untuk memenuhi kebutuhan hidup; c) pemanfaatan dan sistem pengelolaan spesies hewan; d) arah pembangunan berkelanjutan bagi masyarakat suku Osing. Penelitian menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif dengan berdasarkan pada dua pendekatan, yaitu kajian emik dan etik. Kepentingan tiap elemen lanskap dihimpun dan dinilai melalui Multidisciplinary Lanscape Assessment (MLA) dengan cara pemberian skor menggunakan metode kerikil/Pebble Distribution Method (PDM) pada Focus Group Discussion (FGD). Data PDM diambil dari informan kunci dan responden. Penentuan informan kunci berdasarkan snowball sampling sedangkan responden dipilih berdasarkan purposive sampling. Responden terdiri dari perempuan dan laki-laki dengan masing-masing memiliki tiga tingkatan usia yaitu 11-17 tahun, 18-45 tahun, dan ≥ 46 tahun. Analisis vegetasi penghitungan luasan plot dilakukan dengan cara mengukur langsung luasan satuan unit lanskap dengan mengacu pada data luas objek pajak di Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) Tahun 2015. Melalui metode ini, setiap spesies diketahui nilai kerapatan relatif (Kr), nilai persebaran relatif (Fr), serta indeks nilai penting (INP). Analisis nilai kepentingan spesies tumbuhan menggunakan Local User’s Value Index (LUVI) dan Indeks Cultural Significance (ICS). Hasil interaksi masyarakat dengan lingkungannya melalui aktivitas bertani membuahkan empat tipe unit lanskap dengan karakter yang berbeda yakni: pekarangan, sawah, kebun, dan tegal. Secara umum masyarakat suku Osing di tiga desa penelitian berpendapat bahwa pekarangan (42.82) merupakan unit lanskap yang paling penting dalam kehidupan mereka, kemudian disusul sawah (26.05), kebun (16.12), dan tegal (15.01). Struktur komunitas tanaman yang terdapat di tiga desa lebih mencerminkan dominansi spesies yang ada, di lanskap pekarangan spesies tanaman yang mendominasi antara lain gedang lempeneng, gedang ketip, rambutan, dan jambu air. Lanskap sawah didominasi oleh pari, sedangkan spesies yang mendominasi di lanskap kebun di antaranya kerambil, duren, gedang sobo, dan jajang benel. Lanskap tegal didominasi oleh gedang sobo, bayem, gedang lempeneng, dan gedang emas. Jumlah spesies tanaman yang dikenal oleh masyarakat Osing sebanyak 89 spesies dan dikelompokkan ke dalam sepuluh kemanfaatan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Persepsi gender di tiga desa terhadap penilaian spesies tanaman yang memiliki nilai PDM tertinggi dan termasuk dalam kelompok sepuluh kemanfaatan sebagai berikut, untuk memenuhi kebutuhan atas bahan pangan pokok, obat-obatan, buah-buahan, dan kayu bakar hasil penilaian laki-laki lebih tinggi daripada penilaian kaum perempuan. Kaum perempuan memberikan penilaian lebih tinggi daripada laki-laki pada tanaman sebagai bahan konstruksi bangunan, dan ritual adat, sedangkan untuk kebutuhan tanaman hias, sayuran, bumbu dapur; sedangkan pada pemanfaatan tanaman untuk peralatan hasil penilaian antara laki-laki dan perempuan relatif sama. Berdasarkan nilai LUVI dan ICS diketahui bahwa semua pemanfaatan tanaman yang dilakukan untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari sesuai dengan budaya dan adat istiadat suku Osing. Masyarakat Osing mengenal sebanyak 91 spesies hewan dari 66 famili dan 12 kelas. Dari nilai total kekayaan hewan tersebut jumlah sebaran spesies paling banyak adalah kelas Aves (24 spesies), selanjutnya berturut-turut diikuti di bawahnya oleh Insecta (19 spesies), Mammalia (16 spesies), Actinopterygii (11 spesies), Reptilia (9 spesies), dan 7 kelas lainnya memiliki nilai sebaran spesies di bawah 4, yaitu Arachnida, Amphibia, Clitellata, Gastropoda, Malacostraca, Osteichtyes, serta Sauropsida. Sebanyak 49% spesies hewan berstatus dibudidayakan dan sisanya (51%) hidup liar. Spesies hewan tersebut juga memiliki beragam kemanfaatan bagi masyarakatnya, di antaranya bermanfaat sebagai a) asupan dasar protein hewan, b) hama tanaman budidaya, c) kebutuhan akan kesenangan, d) bahan obat tradisional, e) keperluan ritual adat, f) pemangsa hewan ternak, dan g) pengurai bahan organik. Pada saat ini kondisi sosial masyarakat Osing telah mandiri dalam hal kebutuhan atas pangan, sandang, dan tempat tinggal. Percepatan pembangunan berkelanjutan masyarakat Osing diperlukan dan akan terealisasi apabila didukung dan didampingi oleh peran para lulusan Perguruan Tinggi sesuai kompetensi yang diperlukan oleh desa. Bekerja secara sinergi antara peran pemimpin lingkungan lokal (Kepala Desa) dengan para sarjana dari Perguruan Tinggi untuk merancang dan membangun desa, di antaranya dengan cara membangunan manusia seutuhnya melalui pemberdayaan manusia berbasis peningkatan dan perbaikan moral, pendidikan, dan kesehatan. Solusi lainnya adalah melalui pembuatan program kerja yang diarahkan agar terbentuk tempat tujuan ekowisata baru, dengan mengadopsi konsep konservasi sumberdaya hayati dan lingkungan berbasis budaya lokal.
      URI
      http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/98394
      Collections
      • DT - Mathematics and Natural Science [458]

      Copyright © 2020 Library of IPB University
      All rights reserved
      Contact Us | Send Feedback
      Indonesia DSpace Group 
      IPB University Scientific Repository
      UIN Syarif Hidayatullah Institutional Repository
      Universitas Jember Digital Repository
        

       

      Browse

      All of IPB RepositoryCollectionsBy Issue DateAuthorsTitlesSubjectsThis CollectionBy Issue DateAuthorsTitlesSubjects

      My Account

      Login

      Application

      google store

      Copyright © 2020 Library of IPB University
      All rights reserved
      Contact Us | Send Feedback
      Indonesia DSpace Group 
      IPB University Scientific Repository
      UIN Syarif Hidayatullah Institutional Repository
      Universitas Jember Digital Repository
        

       

      NoThumbnail