Show simple item record

dc.contributor.advisorKusumastanto, Tridoyo
dc.contributor.advisorNababan, Benny Osta
dc.contributor.authorHasanah, Uswatun
dc.date.accessioned2019-07-09T03:24:23Z
dc.date.available2019-07-09T03:24:23Z
dc.date.issued2019
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/98368
dc.description.abstractKebutuhan garam terus mengalami peningkatan seiring dengan pertumbuhan penduduk, namun jumlah produksi dalam negeri tidak mencukupi sehingga dilakukan impor. Data impor garam tahun 2009 sampai 2015 menunjukkan peningkatan impor yang dilakukan oleh pemerintah sebesar 160.432 ton per tahun. Kabupaten Indramayu merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat yang memproduksi garam. Beberapa teknologi untuk produksi garam yang diterapkan di Kabupaten Indramayu yaitu: tradisional, geomembran, bestekin, dan DJ. Penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis kelayakan usaha garam secara finansial pada penggunaan teknologi yang berbeda; (2) menganalisis perbandingan penggunaan teknologi dalam usaha garam; (3) mengetahui faktor-faktor dalam produksi garam rakyat; (4) mengkaji alternatif teknologi dalam mengembangkan industri garam rakyat. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei dan metode analisis yaitu analisis kelayakan usaha, analisis perbandingan, analisis regresi berganda, dan Comparative Performance Index (CPI). Hasil penelitian menunjukkan bahwa manfaat yang diterima petani garam bagi hasil teknologi tradisional sebesar Rp 24.412.222 per tahun/petani, manfaat bagi hasil teknologi geomembran sebesar Rp 63.909.000 per tahun/petani, manfaat teknologi bestekin sebesar Rp 396.000.000 per tahun/petani, dan manfaat bagi hasil teknologi DJ sebesar Rp 235.747.500/petani. Berdasarkan analisis finansial teknologi tradisional memperoleh (NPV = Rp 52.392.856, Net B/C = 4, IRR = 70,7%, PP = 2,3 tahun), teknologi geomembran memperoleh (NPV = Rp 120.437.460, Net B/C = 2, IRR = 60,4%, PP = 2,0 tahun) teknologi bestekin memperoleh (NPV = Rp 415.364.609, Net B/C = 3, IRR = 31%, PP = 4,5 tahun) dan teknologi DJ memperoleh (NPV = Rp 1.016.456.247, Net B/C = 3, IRR = 35,2%, PP = 4,1 tahun). Nilai R/C yang diperoleh teknologi tradisional sebesar 1,01, teknologi geomembran sebesar 1,00, teknologi bestekin sebesar 2,09, dan teknologi DJ sebesar 1,92. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi garam tradisional adalah luas lahan, usia, dan jumlah kincir angin, sedangkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi garam teknologi geomembran adalah luas lahan, jumlah tenaga kerja, dan jumlah plastik geoisolator. Faktor-faktor produksi garam dengan teknologi bestekin dan DJ tidak dapat dianalisis karena baru dijalankan oleh satu responden. Alternatif kebijakan penggunaan teknologi pembuatan garam yang tepat adalah teknologi DJ dengan nilai indeks kinerja yaitu 312,8.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcEnvironmental Economicsid
dc.subject.ddcEconomic Factorsid
dc.subject.ddc2019id
dc.subject.ddcIndramayu-Jawa Baratid
dc.titleAnalisis Ekonomi dalam Pengembangan Industri Garam Rakyat di Kabupaten Indramayuid
dc.typeUndergraduate Thesisid
dc.subject.keywordBestekinid
dc.subject.keywordCPIid
dc.subject.keywordDJid
dc.subject.keywordgaramid
dc.subject.keywordgeomembranid
dc.subject.keywordindustri garam rakyatid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record