Dampak Faktor Eksternal dan Internal terhadap Pasar Minyak Nabati Dunia dan Biodiesel Indonesia
View/Open
Date
2019Author
Purba, Helena Juliani
Sinaga, Bonar M.
Novianti, Tanti
Kustiari, Reni
Metadata
Show full item recordAbstract
Indonesia adalah produsen sekaligus eksportir utama minyak sawit di pasar
minyak nabati dunia. Sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk dunia
dan perkembangan program hilirisasi (khususnya bahan bakar/ fuel), kebutuhan
minyak nabati dunia juga mengalami peningkatan setiap tahun. Perdagangan
minyak nabati dunia didominasi (90%) oleh minyak sawit, kedelai, rapeseed dan
bunga matahari yang dipengaruhi oleh faktor eksternal termasuk kebijakan
perdagangan dan faktor internal di dalam negeri. Pada tahun 2050, proyeksi
konsumsi minyak nabati dunia mencapai 25 kg/kapita sehingga diperlukan
ketersediaan minyak nabati total sebesar 230 juta ton atau tambahan 60 juta ton
dari produksi tahun 2015. Peningkatan penggunaan minyak nabati dunia sebagai
bahan baku biodiesel (blending minyak fosil) sejalan dengan kebijakan mandatori
biodiesel yang dilakukan oleh semua negara eksportir dan importir minyak nabati.
Minyak sawit merupakan komoditas terbesar dalam produksi, konsumsi dan
perdangangan di pasar dunia. Bagi Indonesia, minyak sawit dan produk
turunannya adalah penyumbang terbesar dalam penerimaan negara, yaitu
mencapai Rp 239 triliun pada tahun 2017. Indonesia sedang melakukan upaya
pengembangan biodiesel yang bersumber dari minyak sawit dalam kebijakan
mandatori biodiesel. Biodiesel adalah sumber energi terbarukan dan rendah emisi.
Kebijakan perdagangan diperlukan untuk mempercepat pencapaian
pengembangan biodiesel Indonesia.
Penelitian bertujuan untuk: (1) Membangun model ekonometrika
perdagangan minyak nabati dunia dan biodiesel Indonesia; (2) Menganalisis
kinerja perdagangan minyak nabati dunia dan biodiesel Indonesia; (3)
Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi pasar minyak nabati dunia dan
biodiesel Indonesia; dan (4) Menganalisis dampak kebijakan tarif dan larangan
impor oleh negara importir minyak sawit dunia, kenaikan harga minyak mentah,
GDP importir minyak nabati, depresiasi nilai tukar, pajak ekspor minyak sawit
Indonesia, DMO, Replanting terhadap pasar minyak nabati dunia dan biodiesel
Indonesia. Minyak nabati yang dianalisis adalah minyak sawit, kedelai, rapesed
dan bunga matahari. Pengembangan biodiesel sebagai hilirisasi industri minyak
sawit dibatasi hanya pada negara Indonesia. Analisis menggunakan data sekunder
tingkat nasional periode 1991-2015. Penelitian menggunakan model sistem
persamaan simultan terdiri dari 88 persamaan struktural dan 18 persamaan
identitas dan estimasi model menggunakan metode Two Stage Least Square
(2SLS).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan peningkatan tarif impor oleh
negara importir (India, Uni Eropa,China dan Amerika Serikat), larangan impor
minyak sawit oleh Uni Eropa dan kebijakan pajak ekspor minyak sawit Indonesia
berdampak positif bagi pengembangan biodiesel Indonesia, namun berdampak
menurunkan total penerimaan nilai ekspor. Kenaikan penerimaan ekspor biodiesel
belum mampu mengompensasi penurunan nilai ekspor minyak sawit. Kebijakan
pajak ekspor akan lebih efektif meningkatkan total penerimaan ekspor (minyak
sawit dan biodiesel) apabila dibarengi dengan kebijakan peremajaan kelapa sawit
(replanting). Kebijakan ini berdampak positif bagi kinerja pasar minyak kedelai
dunia, namun menurunkan kinerja pasar minyak rapeseed dan minyak bunga
matahari di pasar dunia.
Hasil simulasi faktor eksternal Indonesia yaitu peningkatan harga dunia
minyak mentah berdampak positif terhadap peningkatan ekspor dan impor minyak
sawit dunia. Peningkatan impor lebih besar dibandingkan dengan peningkatan
ekspor sehingga mendorong kenaikan harga dunia. Impor minyak sawit tertinggi
dilakukan oleh negara China diikuti oleh negara Amerika Serikat, Eropa dan
India. Apabila negara eksportir dan importir memiliki tujuan mengembangkan
industri produk turunan dari minyak sawit, maka dapat dilakukan pada saat harga
dunia minyak mentah meningkat cukup tinggi. Kinerja perdagangan minyak
rapeseed dan minyak bunga matahari juga semakin baik pada saat harga dunia
minyak mentah cukup tinggi. Dampak positif terbesar dari simulasi ini terjadi
pada kinerja perdagangan minyak sawit dan dampak negatif terjadi pada kinerja
perdagangan minyak kedelai. Simulasi faktor eksternal melalui peningkatan GDP
negara importir utama minyak sawit berdampak positif bagi penerimaan total nilai
ekspor Indonesia, namun berdampak negatif bagi pengembangan biodiesel
domestik. Kinerja perdagangan minyak kedelai, minyak rapeseed dan minyak
bunga matahari membaik pada saat GDP importir utama minyak sawit meningkat.
Pengembangan biodiesel Indonesia dapat dilakukan melalui kebijakan pajak
ekspor, DMO dan replanting. Kenaikan harga dunia minyak nabati sebagai akibat
peningkatan pajak ekspor minyak sawit Indonesia dapat diatasi dengan kebijakan
replanting sehingga ekspor minyak sawit ke pasar dunia masih meningkat dan
mendorong penurunan harga dunia minyak sawit. Pada saat Uni Eropa
menerapkan kebijakan melarang impor minyak sawit, maka disarankan
Pemerintah Indonesia menerapkan kebijakan replanting dan DMO untuk
mengompensasi kehilangan penerimaan nilai ekspor minyak sawit sehingga total
nilai ekspor masih meningkat. Pada saat harga dunia minyak mentah cukup tinggi,
maka disarankan pemerintah melakukan kebijakan DMO. Kebijakan hilirisasi
minyak sawit Indonesia di masa yang akan datang disaranan fokus kepada
percepatan hilirisasi biodiesel. Kebijakan ini haruslah dibarengi dengan
peningkatan produktivitas kebun (minyak) sawit melalui replanting sehingga
produksi minyak sawit meningkat dan harga produk turunan berbahan baku
minyak sawit seperti minyak goreng, biodiesel dan industri lain (kimia) dapat
stabil karena konsumsi minyak sawit industri tersebut tidak terganggu.