Show simple item record

dc.contributor.advisorHarianto
dc.contributor.advisorHartoyo, Sri
dc.contributor.advisorFirdaus, Muhammad
dc.contributor.authorYuliana, Rita
dc.date.accessioned2019-06-25T08:10:41Z
dc.date.available2019-06-25T08:10:41Z
dc.date.issued2019
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/98047
dc.description.abstractPangan memang terus menjadi isu strategis dan dimensinya juga sangat luas. Permasalahan yang berkaitan dengan pangan secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi 3 bagian yaitu penyediaan bahan pangan, kerawanan pangan dan kenaikan harga pangan. Permasalahan pangan yang berhubungan dengan tingkat kesejahteraan masyarakat adalah kenaikan harga pangan. Berdasarkan indeks harga konsumen (IHK), selama periode 2014-2016 telah terjadi kenaikan harga-harga bahan makanan. Dampak perubahan ekonomi seperti kenaikan harga-harga pangan dan kebijakan yang dibuat oleh Pemerintah ditentukan oleh respon atau tingkat sensitivitas rumahtangga. Berkaitan dengan tingkat sensitivitas rumahtangga ini, perlu dilihat perbedaan pada masing-masing kelompok rumahtangga yaitu menurut wilayah tempat tinggal (perkotaan dan perdesaan), menurut kondisi kemiskinan (miskin dan tidak miskin), serta menurut sumber penghasilan utama rumahtangga (pertanian dan non-pertanian). Hal ini untuk membuat kebijakan yang tepat sasaran karena masing-masing kelompok rumahtangga tersebut mempunyai perilaku yang berbeda dalam konsumsi pangan. Tingkat sensitivitas konsumen atau rumahtangga dapat dilihat dari nilai elastisitas permintaan pangan, baik elastisitas pendapatan maupun elastisitas harga. Informasi nilai elastisitas permintaan pangan yang dihasilkan dapat digunakan untuk mengevaluasi perubahan tingkat kesejahteraan rumahtangga maupun laju pertumbuhan permintaan pangan yang sangat bermanfaat untuk berbagai kebijakan pangan. Nilai-nilai tersebut dapat diperoleh dari estimasi fungsi permintaan pangan. Penelitian empirik tentang fungsi permintaan pangan sangat banyak, termasuk di Indonesia. Dari para peneliti tersebut, belum ada yang menganalisis permintaan pangan secara lengkap yang membedakan wilayah perkotaan dan perdesaan, rumahtangga miskin dan tidak miskin, serta rumahtangga pertanian dan non-pertanian untuk lingkup seluruh Indonesia. Oleh karena itu, dibutuhkan penelitian yang lengkap tentang hal tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi keputusan rumahtangga di Indonesia dalam mengkonsumsi suatu kelompok pangan; mengestimasi fungsi permintaan pangan rumahtangga di Indonesia; menganalisis elastisitas pengeluaran dan elastisitas harga dalam permintaan pangan rumahtangga di Indonesia; menganalisis perbedaan elastisitas pengeluaran dan elastisitas harga pada berbagai kelompok rumahtangga di Indonesia; menganalisis perubahan tingkat kesejahteraan rumahtangga di Indonesia akibat perubahan harga-harga pangan; menganalisis laju pertumbuhan permintaan pangan di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) periode Maret 2016 yang dikumpulkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Penelitian ini menggunakan metode analisis ekonometrika untuk mengestimasi fungsi permintaan 12 kelompok pangan dengan model Linear Approximation Almost Ideal Demand System (LA/AIDS) dan metode tree-stage least squares (3- SLS) dengan iterasi dan restriksi-restriksi. Hasil analisis faktor-faktor yang memengaruhi keputusan rumahtangga di Indonesia dalam mengkonsumsi suatu kelompok pangan menunjukkan bahwa selain faktor harga pangan dan total pengeluaran, faktor sosial-demografi rumahtangga seperti jumlah anggota rumahtangga, umur, jenis kelamin, dan pendidikan kepala rumahtangga, luas lantai per kapita, juga memengaruhi hal tersebut yang dapat dilihat dari perbedaan laju perubahan peluang rumahtangga mengkonsumsi kelompok pangan. Pengaruh harga sendiri terhadap laju perubahan peluang bernilai negatif pada semua kelompok pangan. Pengaruh faktor-faktor sosial-demografi terhadap laju perubahan peluang mempunyai nilai yang berbedabeda pada setiap kelompok pangan. Hasil estimasi fungsi permintaan pangan menunjukkan bahwa hampir semua variabel harga, total pengeluaran, dan faktor sosial-demografi memengaruhi proporsi pengeluaran pada semua kelompok pangan dan kelompok rumahtangga. Secara umum variabel harga sendiri mempunyai pengaruh positif. Faktor sosial-demografi mempunyai pengaruh yang berbeda-beda terhadap proporsi pengeluaran untuk semua kelompok pangan dan kelompok rumahtangga. Hasil analisis elastisitas pengeluaran dan elastisitas harga dalam permintaan pangan rumahtangga menunjukkan bahwa secara umum semua kelompok pangan mempunyai nilai elastisitas pengeluaran positif yang berarti bahwa semua kelompok pangan merupakan barang normal. Elastisitas harga sendiri untuk semua kelompok pangan mempunyai nilai negatif. Elastisitas pengeluaran untuk beras adalah 0.3389, sedangkan elastisitas harga sendiri adalah -0.5489. Hasil analisis perbedaan elastisitas pengeluaran dan elastisitas harga pada berbagai kelompok rumahtangga menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nilainilai elastisitas tersebut antar kelompok rumahtangga. Sensitivitas rumahtangga di perdesaan, rumahtangga miskin dan rumahtangga pertanian terhadap perubahan harga sendiri pada sebagian besar kelompok pangan sangat tinggi. Hasil analisis perubahan tingkat kesejahteraan rumahtangga akibat perubahan harga pangan menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan tingkat kesejahteraan yang berbeda-beda antar kelompok rumahtangga. Beras memberikan kontribusi yang cukup tinggi dalam penurunan tingkat kesejahteraan rumahtangga di perdesaan, rumahtangga miskin, dan rumahtangga pertanian. Hasil analisis laju pertumbuhan permintaan pangan di Indonesia menunjukkan bahwa laju pertumbuhan permintaan kelompok pangan di perdesaan lebih tinggi daripada di perkotaan, pada rumahtangga miskin lebih tinggi daripada rumahtangga tidak miskin, dan pada rumahtangga pertanian lebih tinggi daripada rumahtangga non-pertanian. Laju pertumbuhan permintaan untuk beras pada tahun 2016 secara umum sebesar 2.61%, lebih kecil dari laju pertumbuhan produksi padi yaitu sebesar 6.42%. Rekomendasi untuk Pemerintah adalah bahwa jika Pemerintah akan membuat kebijakan kenaikan harga beras, maka sebaiknya disertai dengan pemberian bantuan sosial terutama untuk kelompok rumahtangga di perdesaan, rumahtangga miskin, dan rumahtangga pertanian.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcAgricultural Economicsid
dc.subject.ddcFood Demandid
dc.subject.ddc2016id
dc.subject.ddcBogor-Jawa Baratid
dc.titlePermintaan Pangan dan Perubahan Tingkat Kesejahteraan Rumahtangga di Indonesia.id
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordelastisitas pengeluaraid
dc.subject.keywordelastisitas hargaid
dc.subject.keywordkelompok rumahtanggaid
dc.subject.keywordkelompok panganid
dc.subject.keywordLA/AIDSid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record