dc.description.abstract | Tingginya populasi babi hutan Sumatera (Sus scrofa vittatus) atau yang
dikenal dengan celeng menyebabkan tingginya angka perburuan yang
mengakibatkan berlimpahnya daging babi hutan dengan harga yang sangat murah.
Daging celeng merupakan daging yang sering dipalsukan sebagai daging sapi.
Pengujian otentikasi spesies dapat dilakukan dengan beberapa metode, dan salah
satunya adalah ELISA karena metode ini memiliki keunggulan seperti teknik
pengerjaan yang sederhana, ekonomis, dan memiliki sensitivitas yang cukup
tinggi. Kit ELISA komersial pendeteksi spesies daging yang umum digunakan di
beberapa laboratorium pengujian di Indonesia merupakan produk impor, harga kit
yang relatif mahal, serta perlu waktu indent untuk mendatangkan kit merupakan
beberapa kendala. Belum adanya kit uji khusus untuk mendeteksi daging babi
hutan Sumatera telah mendorong penulis untuk meneliti dan sekaligus
mengembangkan kit uji pendeteksi daging babi hutan Sumatera berbasis sandwich
ELISA. Hal ini perlu dilakukan karena studi untuk mengidentifikasi daging harus
terus dikembangkan sebagai upaya untuk melindungi konsumen dari
mengkonsumsi pangan yang aman, sehat, utuh, dan halal.
Tujuan penelitian ini adalah melakukan otentikasi terhadap daging babi
hutan Sumatera, untuk memproduksi dan mengkarakterisasi antibodi poliklonal
spesifik terhadap daging babi hutan, untuk mengembangkan sandwich ELISA
pendeteksi daging babi hutan Sumatera, dan untuk membandingkan antara
sandwich ELISA pendeteksi daging babi hutan Sumatera yang sudah
dikembangkan dengan kit ELISA komersial.
Otentikasi daging babi hutan Sumatera dalam penelitian ini menggunakan
metode polimerase chain reaction-restriction fragment length polymorphism
(PCR-RFLP) dengan menggunakan primer cytochrome b dan menggunakan enam
enzim restriksi endonuklease AluI, BsaJI, HindIII, RsaI, HaeIII, dan TaqI. Tiga
ekor kelinci New Zealand White digunakan untuk produksi antibodi, antigen yang
digunakan adalah ekstrak daging babi hutan Sumatera. Setiap kelinci diimunisasi
dengan antigen yang diemulsikan dalam complete freund adjuvant (CFA) secara
subkutan. Booster dilakukan tiga kali dengan waktu interval 14 hari,
menggunakan antigen. Purifikasi antibodi dilakukan dengan menggunakan
ammonium sulfate precipitation dan kit protein A. Keberadaan antibodi spesifik
ditentukan dengan menggunakan agar gel precipitation test (AGPT) dan enzyme
linked immunosorbent assay (ELISA), sementara IgG spesifik yang telah
dipurifikasi dikarakterisasi menggunakan metode sodium dodecyl sulfatepolyacrylamide
gel electrophoresis (SDS PAGE). Sandwich ELISA yang
dikembangkan pada penelitian ini menggunakan poliklonal antibodi spesifik babi
hutan Sumatera yang telah berhasil diproduksi pada kelinci dan juga pada marmot.
Perbandingan antara sandwich ELISA dan kit ELISA komersial ELISA-TEK
dilakukan dengan menggunakan tujuh jenis sampel daging yang berbeda.
Enam enzim restriksi endonuklease digunakan dan dari keenam enzim
restriksi endonuklease tersebut, HaeIII merupakan enzim yang sesuai untuk
mengotentikasi spesies daging babi hutan Sumatera. Metode PCR-RFLP
menggunakan HaeIII merupakan metode yang sederhana, cepat, dan akurat untuk
mengidentifikasi daging babi hutan Sumatera yang dipalsukan sebagai daging sapi
yang umum dilakukan di Indonesia. Antibodi spesifik terhadap babi hutan
Sumatera dapat diproduksi pada kelinci dan antibodi dihasilkan mampu untuk
mendeteksi ekstraks daging babi hutan Sumatera dalam uji ELISA. Sandwich
ELISA pendeteksi daging babi hutan Sumatera yang dikembangkan pada
penelitian ini mampu membedakan antara daging sapi, daging kerbau, daging
kambing, daging ayam, daging itik, daging babi, dan daging babi hutan Sumatera.
Limit deteksi san dwich ELISA pendeteksi daging babi hutan Sumatera yang
dikembangkan pada penelitian ini adalah sebesar 0.0025 gr/ml. Sandwich ELISA
menggunakan antibodi poliklonal spesifik daging babi hutan Sumatera mampu
membedakan antara daging babi hutan Sumatera dengan daging babi dan daging
spesies lainnya, sehingga dapat direkomendasikan untuk dapat dipalikasikan
sebagai salah satu metode otentikasi daging pada laboratorium pengujian. | id |