Konservasi bunga bangkai [Amorphophallus titanum (Becc.) Becc. ex Arcang] di Bengkulu Ditinjau dari Aspek Bioekologi dan Sosial
View/ Open
Date
2019Author
Arianto, Wahyudi
AM Zuhud, Ervizal
Hikmat, Agus
Sunarminto, Tutut
Z Siregar, Iskandar
Metadata
Show full item recordAbstract
Bunga bangkai merupakan tumbuhan endemik yang hanya ditemukan secara
alami di hutan hujan Sumatera. Dalam upaya kegiatan konservasi sangat
dibutuhkan data bioekologi dan sosial bunga bangkai di habitat alaminya.
Minimnya data kondisi bunga bangkai di habitat alaminya akan mengakibatkan
usaha konservasi menjadi sulit. Tujuan utama penelitian ini adalah tersedianya
data bioekologi dan sosial untuk konservasi insitu bunga bangkai di Bengkulu.
Untuk mencapai tujuan utama tersebut, maka dirancang tujuan antara sebagi
berikut: (1.) Menganalisis sebaran (distribusi spatial), menduga kondisi populasi A.
titanum; (2.) Menganalisis kondisi biologi reproduksi, ekologi (struktur dan
komposisi, kondisi faktor abiotik ) A. titanum pada habitat alami di Bengkulu; (3.)
Menganalisis keanekaragaman genetika A.titanum di dalam dan di antara populasi
di habitat alaminya; (4.)Menganalisis persepsi dan pengetahuan masyarakat
tentang A.titanum ; (5.)Mensintesis arah konservasi A. titanum di Provinsi
Bengkulu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah total individu bunga bangkai di
3 lokasi penelitian sebanyak 52 individu, yang terdiri atas 49 individu (fase
vegetatif) dan 3 individu ditemukan pada fase generatif. Hasil analisis
menunjukkan bahwa seluruh populasi bunga bangkai mempunyai pola penyebaran
mengelompok.
Jumlah total spesies tumbuhan pada berbagai tingkat pertumbuhan (pohon,
tiang,pancang, dan semai) adalah 417 spesies yang tergolong ke dalam 103 famili.
Terdapat lima famili yang paling banyak jumlah spesiesnya yaitu famili
Lauraceae (27 spesies), Moraceae (22 spesies), Annonaceae (21 spesies),
Euphorbiaceae (20 spesies), dan Phyllanthaceae (20 spesies).
Vegetasi tingkat pohon di Air Selimang disusun atas 105 spesies yang
tergolong ke dalam 46 famili. Spesies tumbuhan yang dominan adalah
Artocarpus. elasticus (Moracea) dengan indeks nilai penting (INP) 12.09%.
Vegetasi tingkat tiang disusun oleh 68 spesies yang tergolong ke dalam 36 famili.
Spesies yang mendominasi pada urutan pertama adalah Oreocnide rubescens
dengan INP 22.64%. Vegetasi tingkat pancang disusun atas 83 spesies yang
tergolong ke dalam 83 famili. Spesies yang mendominasi pada urutan pertama
adalah Pinanga coronata dengan INP 9.48%. Vegetasi tingkat semai disusun
atas 76 spesies yang tergolong ke dalam 47 famili. Spesies yang mendominasi
pada urutan pertama adalah Elatostema integrifolium dengan INP 22.44%.
Vegetasi tingkat pohon di Tebat Monok disusun atas 61 spesies yang
termasuk ke dalam 31 famili. Spesies yang mendominasi pada urutan pertama
adalah Quercus oidocarpa dengan indeks nilai penting (INP) 22.22%. Vegetasi
tingkat tiang di susun oleh 35 spesies yang tergolong ke dalam 19 famili. Spesies
yang mendominasi pada urutan pertama adalah Styrax benzoin, dengan INP
19.86% . Vegetasi tingkat pancang di Tebat Monok disusun oleh 24 spesies yang
terdiri atas 54 famili. Spesies yang dominan pada tingkat pancang ini adalah
Quercus oidocarpa, dengan indeks nilai penting 11.76 %. Vegetasi tingkat semai
disusun oleh 40 jenis yang terdiri atas 62 famili. Spesies yang dominan pada
tingkat semai adalah Nephrolepis exaltata dengan indeks nilai penting 15.21 %.
Pada Lokasi Palak Siring vegetasi tingkat pohon, tiang, pancang dan semai
disusun atas 241 spesies. Vegetasi didominasi oleh Spesies Elateriospermum
tapos (Euphorbiaceae) dengan indeks nilai penting (INP) 31.40 %. Vegetasi
tingkat tiang disusun atas 25 spesies. Spesies yang mendominasi pada urutan
pertama adalah Cephalomappa malloticarpa dengan INP 32.76%. Vegetasi
tingkat pancang disusun atas 73 spesies. Spesies yang mendominasi pada urutan
pertama adalah Cephalomappa malloticarpa dengan INP 10.76%. Vegetasi
tingkat semai disusun atas 75 spesies yang tergolong ke dalam 43 famili. Spesies
yang mendominasi pada urutan pertama adalah Selaginella plana dengan INP
53.82%. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa indeks keanekaragaman jenis
berkisar 2.75 – 4.50.
Spesies-spesies penyusun habitat bunga bangkai mempunyai 17 macam
kegunaan. Macam kegunaan spesies tumbuhan yang paling banyak adalah untuk
kayu konstruksi, obat, bahan makanan, bahan serat, dan pewarna. Tingkat
pertumbuhan pohon mempunyai paling banyak kegunaannya.
Hasil analisis keragaman genetik pada 3 populasi bunga bangkai di
Bengkulu memperlihatkan bahwa populasi bunga bangkai Air Selimang
berpotensi sebagai pusat keanekaragam bunga bangkai karena mempunyai
keragaman genetik yang tinggi (He=0,24) dan populasi bunga bangkai di Tebat
Monok mempunyai keanekaragam genetik rendah (He= 0,16). Keragaman genetik
antar populasi lebih rendah dari pada dalam populasi. Hasil analisis
pengelompokan populasi A.titanum di kelompokkan atas 2 kelompok, populasi
Palak Siring terpisah dengan populasi A.titanum Tebat Monok dan Air Selimang.
Persepsi masyarakat di desa Tebat Monok ditinjau dari aspek biologi,
ekologi, ekonomi dan budaya adalah negatif. Pengetahuan masyarakat tentang
bunga bangkai ditinjau dari aspek biologi dan ekologi adalah sangat rendah –
sedang. Pengetahuan masyarakat Tebat Monok untuk aspek ekonomi dan budaya
bunga bangkai sangat rendah. Pengetahuan masyarakat di Kelurahan Kemumu
Palak Siring ditinjau dari aspek biologi (sangat rendah) dan ekologi sangat
rendah- rendah. Pengetahuan masyarakat Tebat Monok untuk aspek ekonomi dan
budaya bunga bangkai sangat rendah.
Holidin secara swadaya dan kesadaran sendiri telah berhasil membangun
areal konservasi bunga bangkai di lahan miliknya. Luas areal konservasi bunga
bangkai 1.5 ha. Jumlah koleksi bunga bangkai yang ditanam di kebun koleksi
berkisar ±150 individu, terdiri dari 5 spesies yaitu Amorphophallus titanum,
Amorphophallus gigas, Amorphohpallus variabilis, Amorphophallus mueilleri,
dan Amorphophallus paeoniifolius. Areal konservasi bunga bangkai Holidin
sudah menjadi “icon” wisata minat khsusus di Kabupaten Kepahiang.
Dalam upaya konservasi bunga bangkai di habitat alaminya, direkomendasi
16 macam arahan upaya konservasi bunga bangkai yang perlu dilakukan meliputi
aspek penelitian, konservasi dan manajemen pengelolaan hutan, penyuluhan dan
pemberdayaan ekonomi masyarakat.