Model pendayagunaan sumberdaya air berkelanjutan di Way Sekampung, Provinsi Lampung
View/Open
Date
2019Author
Nirwansyah, Mirza
Kusmana, Cecep
Eriyatno
Purwanto, M Yanuar J
Metadata
Show full item recordAbstract
Ketersediaan sumber daya air menyediakan banyak manfaat bagi
kesejahteraan seluruh umat manusia. Berkurangnya ketersediaan sumber daya air
disebabkan oleh berbagai macam alasan seperti, kerusakan lingkungan di daerah
tangkapan air, kegiatan manusia, konversi lahan, dan isu pemanasan global.
Permasalahan tersebut menyebabkan peningkatan banjir dan kekeringan.
Pembangunan bendungan dapat mengurangi risiko banjir dan kekeringan melalui
operasi waduk dengan menggunakan lebih sedikit air selama musim hujan dan
menggunakan banyak air selama musim kemarau. Terdapat dua item yang
menjadi fokus penelitian ini yaitu sedimentasi dan keseimbangan air. Faktorfaktor
ini dianggap sebagai faktor yang paling penting dalam perencanaan
bendungan. Secara operasional, kebijakan ini akan diterapkan dengan
menyediakan air berdasarkan permintaan. Hal ini akan memperkuat kelembagaan
sumber daya air, meningkatkan fasilitas infrastruktur dan mengembangkan
teknologi.
Penelitian ini telah dilaksanakan di Way Sekampung, Provinsi Lampung
pada bulan Agustus 2017 sampai pada bulan Maret 2018, dengan tujuan: (1)
Mengkaji potensi pemanfaatan areal genangan dan sempadan waduk; (2)
Mengkaji ketersediaan air di Way Sekampung; (3) Menganalisis status
keberlanjutan pendayagunaan sumber daya air di Way Sekampung; dan (4)
Menyusun model pendayagunaan sumber daya air berkelanjutan dengan
pendekatan sistem dinamik digunakan untuk memformulasikan, mensimulasikan
untuk melihat perilaku sistem di masa yang akan datang. Proses ini
memungkinkan untuk mendesain rencana kebijakan dengan baik dan dapat
diimplementasikan di Way Sekampung, Lampung.
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan
sekunder. Data primer dikumpulkan melalui survey lapangan, diskusi, pengisian
kuesioner, dan wawancara langsung di lokasi penelitian untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya. Adapun data sekunder dikumpulkan melalui
penelusuran pustaka dengan cara mencari referensi dari berbagai sumber
seperti:hasil penelitian terdahulu, studi pustaka, peta, laporan, dan dokumen yang
ada di berbagai instansi seperti Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan,
Balai Pengelolaan Aliran Sungai (BPDAS) Seputih Sekampung, Tim Koordinasi
Wilayah Sungai Seputih Sekampung, Dinas Perumahan, Permukiman dan
Pengelolaan SDA Provinsi Lampung, Dinas Kehutanan Provinsi Lampung, Dinas
Pekerjaan Umum Pemerintah Kabupaten/Kota, Balai Besar Wilayah Sungai
Mesuji Sekampung, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Badan Pertanahan
Nasional dan instansi terkait lainnya sesuai obyek yang diteliti. Penentuan
responden dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling.
Teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan empat tahapan utama,
yaitu: (1) Analisis potensi ketersediaan air dan kebutuhan air dengan metode
analisis Neraca Air (Water Balance); (2) Analisis laju sedimentasi dengan metode
Universal Soil Losses Equation (USLE); (3) Analisis keberlanjutan
pendayagunaan sumber daya air dengan analisis Multi Dimensional Scalling
(MDS); dan (4) Analisis sistim dinamik (POWERSIM Studio 10) untuk
menyusun model pendayagunaan sumberdaya air untuk digunakan dalam jangka
pendek maupun jangka panjang yang diperoleh dari mekanisme kerjasama antar
pemangku kepentingan dalam pengelolaan sumber daya air berkelanjutan di Way
Sekampung, Lampung.
Hasil analisis dengan metode keseimbangan air menunjukkan bahwa
pemanfaatan air di Way Sekampung kondisi saat ini untuk memenuhi kebutuhan
air irigasi sebesar 139.637 m³/detik, air baku untuk rumah tangga, perkotaan dan
industri 7.95 m³/detik, sehingga kebutuhan total mencapai 147.10 m³/detik.
Kebutuhan air tersebut masih jauh dibawah potensi ketersediaan air mencapai
450.73 m³/det. Namun ketersediaan air secara nyata sangat tergantung kepada
kinerja sistem pengelolaan yang ada. Adanya kinerja sistem pengelolaan saat ini
menyebabkan ketersediaan air nyata yang bias dipenuhi hanya sebesar 81.55
m³/detik, sehingga debit nyata yang tersedia ini masih sangat jauh dari kebutuhan.
Berdasarkan hasil penilaian terhadap 24 atribut dari kelima dimensi ekologi,
ekonomi, sosial, kelembagaan, dan teknologi pada pendayagunaan sumber daya
air berkelanjutan di Way Sekampung dengan menggunakan Rapid Appraisal for
DAM (Rap-DAM) diperoleh nilai indeks keberlanjutan berdasarkan data tahun
2017 untuk masing-masing dimensi, seluruh dimensi menunjukan tidak
berkelanjutan. Dimensi ekonomi memilik inilai paling rendah 27.82 %, sehingga
pendayagunaan sumber daya air untuk penyediaan air berkelanjutan di Way
Sekampung saat ini berada pada status kurang berkelanjutan. Faktor pengungkit
(leverage factor) keberlanjutan di Way Sekampung diperoleh sebanyak sembilan
atribut yang dua diantaraya berasal dari dimensi ekologi, yaitu: (1) Penurunan
debit air dan (2) Pengendalian laju sedimentasi; dimensi ekonomi empat atribut
yaitu: (1) Ketersediaan dana, (2) Peningkatan pendapatan asli daerah (PAD), (3)
Pengembangan iklim investasi, dan (4) kelembagaan ekonomi, serta dimensi
sosial tiga atribut, yaitu: (1) Penanganan konflik sosial; (2) Kondisi infrastruktur
(aksesibilitas), dan (3) Multiplier sosial.
Untuk meningkatkan status keberlanjutan jangka panjang, skenario yang
perlu dilakukan untuk pendayagunaan sumber daya air berkelanjutan di Way
Sekampung adalah Skenario III (Optimis), dengan melakukan perbaikan secara
menyeluruh terhadap semua atribut yang sensitif, minimal terhadap sembilan
atribut faktor kunci yang dihasilkan dalam analisis, sehingga semua dimensi yang
ada menjadi berkelanjutan.
Pengelolaan sumber daya air untuk penyediaan air irigasi, air baku
berkelanjutan di Way Sekampung masih menghadapi kendala diantaranya sebagai
berikut: selalu kekurangan air pada musim kemarau, walaupun Bendungan
Batutegi sudah berfungsi tetapi permasalahan kebutuhan air bersih di wilayah
tersebut masih mengalami kekurangan terutama pada musim kemarau,
menurunnya fungsi resapan air akibat berkurangnya vegetasi pada daerah
tangkapan air, kurangnya koordinasi dan keterpaduan pengelolaan sumber daya
air antar stakeholder. Program mendayagunakan sumber daya air dari sungai Way
Sekampung masih dimungkinkan dengan upaya konservasi berupa pembuatan
bendungan baru.