Pengaruh Faktor Ancaman dan Faktor Protektif terhadap Resiliensi Remaja di Kota Bogor
Abstract
Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2016 mencapai 258 juta jiwa, sepertiga diantaranya adalah anak-anak (KPPA 2018). Jumlah anak tersebut terdapat anak usia remaja (usia 10 sampai 18 tahun) yang memiliki karakterisitik, tugas dan risiko perkembangan. Remaja rentan berperilaku yang berisiko sehingga perlu memiliki resiliensi atau kemampuan untuk menghadapi tantangan, perubahan, maupun situasi sulit yang seringkali ditemui dalam kehidupan manusia. Resiliensi didukung oleh adanya faktor protektif tetapi dihalangi oleh faktor ancaman. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh faktor ancaman dan faktor protektif terhadap resiliensi remaja di Kota Bogor.
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Lokasi penelitian dilakukan di empat sekolah yaitu, dua Sekolah Menengah Atas (SMA negeri dan swasta) dan dua Sekolah Menengah Kejuruan (SMK negeri dan swasta) yang dipilih secara purposive. Populasi penelitian adalah seluruh siswa dari empat sekolah yang terpilih di Kota Bogor. Contoh penelitian ini adalah siswa kelas sepuluh SMA dan SMK yang berasal dari keluarga utuh. Contoh dipilih secara acak disproposional berjumlah 240 siswa. Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan sekunder. Data primer yang dikumpulkan meliputi karakteristik remaja, karakteristik keluarga, faktor ancaman, faktor protektif, dan resiliensi. Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan metode self report dibantu dengan kuesioner terstruktur. Data sekunder adalah data yang tersedia di dinas dan sekolah terkait. Pengolahan dan analisis data yang dilakukan meliputi analisis deskriptif, uji beda t-test, uji kolerasi pearson dan uji regresi linear berganda.
Usia remaja pada penelitian ini berkisar 15-18 tahun dengan rata-rata usia 16 tahun. Urutan kelahiran remaja sebesar 41.7 persen merupakan anak pertama. Rata-rata usia ibu dan ayah remaja berada pada usia 44.6 dan 48.6 tahun. Rata-rata lama pendidikan ibu remaja selama 12.9 tahun, sementara rata-rata lama pendidikan ayah remaja selama 14.2 tahun. Pekerjaan ibu remaja sebagai ibu rumah tangga sebesar 77.5 persen, sedangkan sebesar 33.3 persen pekerjaan ayah remaja sebagai pegawai swasta. Besar keluarga remaja terkategori keluarga sedang (5-7 orang) dengan rata-rata 5 orang per keluarga. Pendapatan keluarga remaja sebesar 85.4 persen terkategori tidak miskin (>Rp416.779,00) dengan rata-rata pendapatan Rp1.332.000,00.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan indeks faktor ancaman yang dihadapi remaja sebesar 14.4. Faktor Ancaman terbesar remaja berasal dari keluarga sebesar 30.7, sementara faktor ancaman terkecil berasal dari masyarakat sebesar 5.0. Hasil uji beda menunjukkan bahwa remaja laki-laki menghadapi ancaman yang lebih tinggi daripada remaja perempuan. Remaja yang bersekolah di SMK menghadapi ancaman yang lebih tinggi daripada remaja yang bersekolah di SMA. Sementara, remaja yang bersekolah di negeri menghadapi ancaman yang lebih tinggi daripada remaja yang bersekolah swasta.
Faktor protektif dalam penelitian ini terdiri atas faktor protektif internal dan faktor protektif eksternal. Rataan indeks faktor protektif internal sebesar 91.1 dan rataan indeks faktor protektif eksternal sebesar 64.2. Hasil uji beda menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan faktor protektif internal antara remaja laki-laki dan perempuan. Remaja yang bersekolah di SMA memiliki faktor protektif internal yang lebih tinggi daripada remaja SMK, sedangkan remaja yang bersekolah di swasta memiliki faktor protektif internal yang lebih tinggi daripada remaja yang bersekolah di negeri. Pada faktor protektif eksternal tidak terdapat perbedaan signifikan antara remaja laki-laki dan perempuan, baik yang bersekolah di SMA dan SMKmaupun antara remaja yang bersekolah di negeri dan swasta. Remaja laki-laki memiliki resiliensi yang lebih tinggi daripada remaja perempuan. Berdasarkan jenis sekolah dan status sekolah resiliensi remaja tidak terdapat perbedaan signifikan.
Berdasarkan hasil uji hubungan menunjukkan bahwa faktor ancaman memiliki hubungan negatif dengan resiliensi remaja. Faktor ancaman yang berasal dari keluarga memiliki hubungan negatif signifikan dengan resiliensi. Faktor protektif internal memiliki hubungan positif signifikan dengan resiliensi. Setiap dimensi faktor protektif internal (kerjasama dan komunikasi, self efficacy, empati, problem solving, self awareness, serta tujuan dan aspirasi) juga memiliki hubungan positif signifikan dengan resiliensi. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa faktor protektif eksternal baik secara total maupun dimensi (keluarga, sekolah, masyarakat, dan teman sebaya) memiliki hubungan positif signifikan dengan resiliensi remaja.
Analisis uji regresi pada penelitian ini menggunakan enam model. Model 1 dan 4 berdasarkan variabel utama menunjukkan bahwa faktor protektif memiliki pengaruh positif signifikan terhadap resiliensi remaja. Berdasarkan Model 2 dan 5 yaitu faktor ancaman dan faktor protektif yang dibagi menjadi 2 yaitu faktor protektif internal dan eksternal menunjukkan bahwa faktor protektif internal dan eksternal memiliki pengaruh positif signifikan terhadap resiliensi remaja. Model 3 dan 6 menggambarkan pengaruh berdasarkan dimensi setiap variabel. Hasil menunjukkan bahwa faktor internal (empati, self awareness, serta tujuan dan aspirasi) dan faktor protektif eksternal (keluarga, masyarakat, dan teman sebaya) memiliki pengaruh positif signifikan terhadap resiliensi remaja. Hasil uji regresi menunjukkan bahwa jenis kelamin remaja dan pendidikan ayah memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap resiliensi remaja (Model 4, 5, dan 6).
Orangtua dan keluarga diharapkan dapat meningkatkan ketahanan keluarga untuk memenuhi peran, fungsi, dan tugas keluarga didalamnya termasuk tugas perkembangan anak dan membangun lingkungan pertetanggaan dan masyarakat juga sekolah yang membangun. Masyarakat diharapkan dapat meningkatkan kepedulian terhadap anak-anak di lingkungan, dan mencegah masuknya hal-hal yang dapat meningkatkan keterpaparan anak terhadap situasi yang membahayakan, Pemerintah perlu membangun jejaring dan sinergitas antara orangtua, keluraga, sekolah dan masyarakat melalui program pendidikan dan pembangun keluarga agar fungsi-fungsi keluarga optimal.
Collections
- MT - Human Ecology [2247]