dc.description.abstract | Kebutuhan akan jagung masih tergolong tinggi di Indonesia dan di sejumlah
negara di dunia karena jagung memiliki manfaat dalam pemenuhan kebutuhan
pangan, pakan ternak, dan industri. Perubahan iklim memiliki dampak yang besar
pada lingkungan pertanaman jagung karena curah hujan tinggi dapat menyebabkan
terjadinya banjir dan lahan tergenang. Genangan air dapat menjadi masalah besar
karena pada umumnya varietas jagung tidak toleran terhadap genangan air sehingga
produksi dapat mengalami penurunan. Perakitan jagung hibrida yang adaptif
terhadap cekaman genangan air merupakan solusi yang tepat dalam menghadapi
permasalahan cekaman tersebut saat ini. Genotipe MGOLD dan DKL adalah
genotipe hasil introduksi dari International Maize and Wheat Improvement Center
(CIMMYT) yang merupakan genotipe yang toleran terhadap genangan air.
Selanjutnya kedua genotipe tersebut disilangkan dengan genotipe-genotipe koleksi
Balai Tanaman Serealia dan Institut Pertanian Bogor untuk membentuk hibrida.
Beberapa varietas yang telah dirilis juga dilakukan pengujian terhadap cekaman
genangan air. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakter seleksi untuk
adaptabilitas terhadap cekaman genangan air berdasarkan nilai korelasi terhadap
hasil, mengidentifikasi hibrida jagung yang adaptif terhadap cekaman genangan air,
dan membuat model regresi linear berganda untuk menduga besarnya hasil pada
lingkungan genangan dan normal. Percobaan dilakukan di lapang dengan dua
lokasi. Lokasi pertama yaitu di Kebun Percobaan Balai Penelitian Tanaman
Serealia (Balitsereal) Maros, Sulawesi Selatan pada bulan April sampai dengan Juli
2017 untuk lingkungan normal. Lokasi kedua yaitu di Kebun Percobaan Sawah
Baru, Bogor, Jawa Barat pada bulan Juni sampai dengan September 2017 untuk
lingkungan normal dan cekaman genangan. Rancangan percobaan adalah alpha
lattice dengan tiga ulangan dan empat blok dalam tiap ulangan pada lingkungan
normal dan genangan. Data dianalisis menggunakan perangkat lunak SAS 9.0,
META-R, dan STAR.
Hasil penelitian di lapang menunjukkan bahwa karakter diameter tongkol
dan jumlah biji per baris merupakan karakter yang dapat digunakan untuk
menyeleksi genotipe jagung hibrida berpotensi hasil tinggi pada lingkungan normal
dan cekaman. Hal ini karena kedua karakter tersebut memiliki nilai heritabilitas
yang tinggi dan korelasi genotipik maupun fenotipiknya positif dan sangat nyata
terhadap hasil. Genotipe jagung hibrida yang adaptif berdasarkan karakter hasil
pada lingkungan cekaman genangan yaitu L15-1xMR14 dan L39-1xMR14,
sedangkan pada lingkungan normal yaitu MGoldx9, L15-1xMR14 dan L39-
1xMR14. Genotipe yang baik pada kedua lingkungan yaitu MGoldx8, MGoldx9,
MGoldx28, L15-1xMR14 dan L39-1xMR14. Hasil pipilan kering pada lingkungan
cekaman genangan dapat diduga berdasarkan model regresi yang melibatkan bobot
1000 biji, kadar air, panjang tongkol, diameter tongkol, jumlah biji per baris dan
rendemen (R2=0.77; P<0.01). Pada lingkungan normal, hasil dapat diduga dengan
model regresi yang melibatkan kadar air, panjang tongkol, diameter tongkol, jumlah
baris dan jumlah biji pada baris (R2=0.91; P<0.01). Hasil pada gabungan antar
lingkungan dapat diduga berdasarkan karakter panjang tongkol, diameter tongkol,
jumlah baris, jumlah biji pada baris, dan rendemen (R2=0.89; P<0.01).
Metode skirinig awal (early screening) fase vegetatif di rumah kaca
merupakan metode seleksi yang bermanfaat untuk menyeleksi genotipe tanaman
dalam jumlah banyak, dengan waktu seleksi relatif singkat dan biaya yang lebih
murah. Pengetahuan akan karakter seleksi yang tepat adalah komponen penting
yang harus diketahui sebelum melakukan seleksi. Penelitian ini bertujuan untuk
menentukan karakter seleksi yang dapat digunakan untuk melakukan skrining
genotipe toleran cekaman genangan, mengidentifikasi genotipe jagung yang adaptif
pada kondisi cekaman genangan dan menduga nilai respon terhadap seleksi tak
langsung terhadap hasil pada kondisi cekaman genangan. Percobaan dilaksanakan
pada dua lingkungan yaitu normal dan genangan. Seleksi dilakukan ketika tanaman
berada pada fase vegetatif V2. Percobaan dilaksanakan di Rumah Kaca Cikabayan,
Bogor, Jawa Barat pada bulan Desember 2017 sampai dengan Januari 2018.
Hasil dari percobaan skrining mengindikasikan bahwa karakter bobot
kering akar pada kondisi normal dapat dijadikan sebagai karakter seleksi untuk
memilih genotipe yang adaptif terhadap cekaman genangan air, karena memiliki
nilai heritabilitas yang tinggi dan nilai korelasi positif yang sangat nyata dengan
hasil pipilan kering. Seleksi 25% terhadap karakter bobot kering akar
mengidentifikasi lima genotipe yang adaptif terhadap lingkungan cekaman
genangan, yaitu DKLx30, DKLx11, MGoldx37, MGOldx41, dan IPB L15-1 x
MR14. Nilai duga respon terhadap seleksi tak langsung yang diperkirakan
berdasarkan nilai rata-rata hasil dari kelima genotipe adalah sebesar 0.57 ton ha-1..
Hal ini mengindikasikan kemungkinan penggunaan bobot kering akar untuk me | id |