dc.description.abstract | Masa remaja merupakan periode transisi yang ditandai dengan perubahan
individu dalam segala aspek baik fisik, sosial, psikologi, dan mental. Selama
periode ini, kebutuhan remaja untuk mengekspresikan diri dan bersosialisasi
dengan teman-teman sebayanya berkembang pesat. Di masa ini, komunikasi
keluarga berperan penting dalam proses perkembangan remaja. Komunikasi
keluarga yang efektif dapat membangun hubungan yang positif antar-anggota
keluarga, menyampaikan pengetahuan, mengubah perilaku, dan memecahkan
masalah. Keluarga diharapkan dapat memberikan suasana yang kondusif bagi
perkembangan intelektual dan emosional remaja. Demikian pula sekolah, sebagai
rumah kedua bagi remaja, dituntut dapat memberikan suasana belajar yang
nyaman.
Namun demikian, komunikasi remaja dengan orang tua dan guru-guru di
sekolah tidak selalu berjalan harmonis. Remaja sering mengalami hambatan
komunikasi karena orang tua dan guru tidak memahami kebutuhannya. Akhirnya,
remaja lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman sebayanya. Beberapa
kasus menunjukkan bahwa teman sebaya lebih banyak memberikan pengaruh
yang negatif kepada perkembangan remaja. Hal ini menunjukkan pentingnya
penelitian yang mengangkat masalah komunikasi remaja dengan keluarga,
sekolah, dan teman sebaya, serta pengaruhnya terhadap kecerdasan emosional dan
prestasi belajar.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Menganalisis perbedaan pola komunikasi
remaja perempuan dan laki-laki dengan ayah dan ibu, serta hubungan karakteristik
remaja dan karakteristik keluarga dengan pola komunikasi remaja-ayah dan
remaja-ibu, (2) Menganalisis pengaruh pola komunikasi remaja dengan keluarga,
sekolah, dan teman sebaya terhadap kecerdasan emosional dan prestasi belajar,
(3) Menganalisis tipologi pola komunikasi remaja perempuan dan laki-laki dengan
keluarga dan teman sebaya, dan (4) Menganalisis tantangan komunikasi keluarga
di era digital.
Penelitian menggunakan metode campuran, yaitu menggabungkan
pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Lokasi penelitian di 6 SMA yang tergolong
SMA favorit di Kota Bogor, yaitu 4 SMA negeri dan 2 SMA swasta. Waktu
penelitian berlangsung selama enam bulan, mulai Februari hingga Juli 2014. Total
responden sebanyak 372 siswa dengan usia berkisar 15 sampai 18 tahun. Data
kuantitatif dikumpulkan dengan menyebar kuesioner sebagai alat pengumpulan
data. Data kualititatif diperoleh dari hasil diskusi kelompok terpimpin (focus
group discussion/FGD) bersama 60 siswa dari enam SMA yang sama. Analisis
statistik yang digunakan adalah: (1) analisis deskriptif, (2) korelasi Pearson, (3)
independent sample t-test, (4) Structural Equation Modeling (SEM), dan (5)
analisis isi untuk pendekatan kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang sangat nyata
pada pola komunikasi remaja perempuan dan laki-laki dengan ayah dan ibu.
Remaja perempuan berkomunikasi lebih terbuka, lebih lama, dan lebih sering
dengan orang tuanya, terutama ibu, dibandingkan remaja laki-laki. Pada pola
komunikasi remaja dengan ayah, hampir setengah remaja perempuan termasuk
kategori sedang, remaja laki-laki setengahnya termasuk kategori rendah. Pola
komunikasi remaja dengan ibu menunjukkan bahwa lebih dari 50 persen remaja
perempuan dan laki-laki termasuk kategori sedang. Pola komunikasi remaja
dengan ayah memperlihatkan hubungan nyata positif antara uang saku remaja
dengan topik pembicaraan remaja–ayah dan media komunikasi yang digunakan.
Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi uang saku remaja, semakin besar
kemungkinannya digunakan untuk media komunikasi dengan ayah.
Temuan lain memperlihatkan hubungan nyata negatif antara usia ayah
dengan topik pembicaraan dan hubungan nyata positif antara pendapatan keluarga
dengan media komunikasi yang digunakan. Hal ini dapat diartikan bahwa semakin
tinggi usia ayah, semakin sedikit topik yang dibicarakan remaja dengan ayah.
Semakin besar pendapatan keluarga, semakin besar pula uang saku remaja yang
berdampak langsung terhadap penggunaan gawai (gadget). Penelitian juga
menemukan hubungan nyata negatif antara urutan lahir remaja dan umur ibu
dengan topik pembicaraan dan media komunikasi yang digunakan. Temuan ini
dapat dimaknai bahwa ibu lebih memberikan perhatian kepada anak-anak yang
lebih kecil. Semakin tinggi usia ibu, semakin sedikit pula topik yang dibicarakan
remaja dengan ibu.
Hasil analisis SEM memperlihatkan pengaruh nyata antara pola komunikasi
remaja dengan keluarga terhadap kecerdasan emosional dan prestasi belajar. Pola
komunikasi remaja dengan sekolah juga berpengaruh nyata terhadap kecerdasan
emosional dan prestasi belajar. Pola komunikasi remaja dengan teman sebaya
berpengaruh nyata terhadap kecerdasan emosional, tetapi tidak berpengaruh nyata
terhadap prestasi belajar. Kecerdasan emosional juga berpengaruh nyata terhadap
prestasi belajar.
Tipologi pola komunikasi remaja dengan keluarga dan teman sebaya
terbanyak pada Tipe 3, yaitu remaja yang pola komunikasi dengan keluarganya
menengah-rendah dan pola komunikasi dengan teman sebayanya juga menengahrendah.
Berdasarkan gender, remaja perempuan lebih banyak masuk Tipe 4, yaitu
remaja yang pola komunikasi dengan keluarganya menengah-rendah namun pola
komunikasi dengan teman sebayanya tinggi.
Penelitian juga menemukan bahwa pola komunikasi remaja dengan keluarga
berkontribusi lebih besar terhadap prestasi belajar daripada kecerdasan emosional.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa orang tua lebih mengedepankan aspek akademik
remaja dan kurang memberi perhatian kepada pengembangan emosinya. Ke
depan, tantangan komunikasi keluarga semakin besar. Temuan memperlihatkan
bahwa remaja sudah dapat mengelola emosinya dengan benar dan mampu
membina hubungan baik dengan orang lain, namun kemampuan empati dan
kesadaran emosinya masih perlu dikembangkan. Oleh karena itu, orang tua perlu
memerhatikan aspek kecerdasan intelektual dan emosional remaja secara
seimbang, terutama yang berkaitan dengan kemampuan empati dan kesadaran
emosi diri. | id |