Analisis Permintaan Pangan Hewani di Beberapa Provinsi di Indonesia
View/Open
Date
2019Author
Suryana, Esty Asriyana
Martianto, Drajat
Baliwati, Yayuk Farida
Metadata
Show full item recordAbstract
Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang permintaannya terus meningkat seiring dengan perkembangan jumlah penduduk dan peningkatan kualitas hidup masyarakat. Pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi erat kaitannya dengan upaya peningkatan kualitas kesehatan masyarakat, sehingga akan diperoleh kualitas sumber daya manusia yang mempunyai daya saing yang tangguh dan unggul. Status gizi merupakan salah satu refleksi dampak jangka panjang dari kebijakan, yaitu merupakan keluaran dari beberapa faktor terkait seperti akses terhadap pangan, ketersediaan layanan kesehatan dan alokasi pangan dalam anggota rumah tangga (Khan dan Raza 2014). Asupan zat gizi diperoleh dengan mengonsumsi aneka ragam pangan dari berbagai jenis kelompok pangan dalam jumlah yang cukup dan seimbang sehingga dapat saling melengkapi kekurangan zat gizi diantara jenis makanan yang dikonsumsi (Hardinsyah et al. 2002).
Perilaku konsumsi pangan rumahtangga termasuk pangan hewani sangat erat kaitannya dengan faktor sosial ekonomi demografi (Susanti 2014). Peningkatan pendapatan akan mendorong masyarakat untuk mulai memperhatikan pangan tidak hanya sebagai alat pemenuhan kebutuhan pangan pokok secara kuantitas, namun mulai memperhatikan pangan dari segi zat gizi, kualitas dan keragaman. Dengan kata lain, perubahan dari faktor sosial ekonomi akan berpengaruh terhadap pola konsumsi di masa yang akan datang. Berdasarkan hal tersebut, informasi mengenai estimasi permintaan konsumsi pangan hewani diperlukan oleh pemerintah dalam merumuskan strategi kebijakan mengenai target pilihan jenis komoditas sumber protein hewani yang akan dikembangkan dalam rangka menyeimbangkan konsumsi pangan. Tujuan dari penelitian ini adalah 1. Menganalisis tingkat partisipasi konsumsi dan tingkat konsumsi pangan hewani per kapita berdasarkan kelas pendapatan, dan wilayah (kota/desa) 2. Menganalisis elastisitas permintaan pangan hewani menurut kelas pendapatan dan wilayah (kota/desa) 3. Melakukan estimasi konsumsi terhadap masing-masing jenis pangan hewani tersebut untuk tahun 2020-2025.
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berasal dari BPS. Data yang digunakan untuk menganalisis permintaan pangan hewani berupa data pengeluaran konsumsi pangan hewani untuk rumah tangga hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2014 tingkat nasional. Besaran sampel Susenas dalam penelitian ini mencakup 285.574 rumah tangga (122.079 rumahtangga wilayah kota dan 163.495 rumahtangga wilayah desa) yang tersebar di seluruh provinsi di Indonesia. Analisis permintaan menggunakan model Linear Aproximation/Almost Ideal Demand System (LA/AIDS) yang pertama kali diformulasikan oleh Deaton dan Muellbauer (1980). Analisis estimasi permintaan menggunakan persamaan regresi linear. Model estimasi tersebut menggunakan konsumi per kapita pada tahun 2014. Beberapa parameter lain yang diperlukan dalam model estimasi adalah: elastisitas pendapatan tahun 2014 yang diperoleh dari AIDS model, pertumbuhan pendapatan dihitung dari sasaran pertumbuhan
PDB berdasarkan data yang dikeluarkan Kementerian Keuangan, serta perkiraan laju pertumbuhan penduduk dan proyeksi jumlah penduduk diperoleh dari data proyeksi penduduk Indonesia.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipasi konsumsi pangan hewani masyarakat Indonesia didominasi oleh komoditas telur dan ikan segar, baik secara nasional maupun di beberapa provinsi di Indonesia. Komposisi konsumsi protein hewani dan protein nabati masih belum seimbang dan belum merata baik secara nasional maupun di beberapa provinsi, ditunjukkan oleh rendahnya tingkat konsumsi protein hewani yang belum mencukupi kecukupan protein hewani 22 gr/kapita/tahun. Pola konsumsi pangan hewani masyarakat Indonesia baik secara kelas pendapatan maupun wilayah relatif sama. Ikan segar merupakan sumber konsumsi pangan hewani terbanyak, kemudian daging ayam dan telur. Konsumsi daging sapi masyarakat Indonesia sangat rendah bahkan untuk masyarakat dengan kelas pendapatan yang tinggi. Ikan segar merupakan penyumbang protein hewani terbesar baik secara nasional maupun di beberapa provinsi di Indonesia. Konsumsi protein dari ikan di wilayah Sulawesi Selatan dan Maluku telah memenuhi kecukupan protein dari ikan 15 gram/kapita/tahun. Semakin tinggi pendapatan konsumsi pangan hewani semakin meningkat. Penduduk di wilayah kota umumnya mengkonsumsi pangan hewani lebih beragam dibanding wilayah desa. Komoditas pangan hewani bersifat responsif terhadap perubahan harga dan pendapatan. Sehingga jika terjadi perubahan harga pada komoditas pangan hewani yang banyak dikonsumsi masyarakat seperti ikan segar, daging ayam dan telur, maka masyarakat akan cenderung menghilangkan pangan hewani dalam menu konsumsinya. Pada tahun 2025 diperkirakan terjadi peningkatan konsumsi permintaan pangan hewani seiring dengan pertumbuhan pendapatan dan pertumbuhan penduduk di masing-masing kelompok provinsi.
Collections
- MT - Human Ecology [2273]