Penetapan Rekomendasi Pemupukan P dan K melalui Uji Tanah pada Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) di Tanah Ultisol.
View/Open
Date
2019Author
Lestari, Indarti Puji
Susila, Anas Dinurrohman
Sutandi, Atang
Nursyamsi, Dedi
Metadata
Show full item recordAbstract
Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu komoditas
hortikultura yang banyak dikonsumsi masyarakat sebagai bahan campuran bumbu
masak setelah cabai. Meskipun bukan merupakan kebutuhan pokok, tetapi
penggunaan bawang merah di tingkat rumah tangga tidak bersubstitusi karena
hampir semua masakan membutuhkan bawang merah. Oleh karena itu kebutuhan
bawang merah akan meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk.
Proyeksi kebutuhan bawang merah hingga tahun 2019 akan terjadi peningkatan
yang menyebabkan penurunan surplus bawang merah, oleh karena itu harus tetap
diupayakan untuk meningkatkan produksi maupun produktivitas bawang merah
sebagai komoditi utama sub sektor hortikultura untuk memenuhi permintaan
bawang merah dalam negeri tanpa harus bergantung terhadap impor dari negara
lain.
Lahan-lahan yang ada di sentra bawang merah umumnya mempunyai jenis
tanah Inceptisol dan Vertisol. Di Indonesia, sebaran tanah Inceptisol mencapai
70.52 juta ha, namun sudah banyak dipergunakan untuk usaha budidaya tanaman.
Vertisol relatif sedikit berkisar 2.1 juta ha dan dalam penggunaannya harus
bersaing dengan komoditas lain. Selain itu saat ini kondisi lahan yang ada di
sentra bawang merah umumnya telah banyak mengalami degradasi lahan. Kondisi
ini akan mengakibatkan adanya ancaman penurunan luas panen bawang merah
dalam jangka panjang, sehingga kondisi ini memerlukan adanya perluasan areal
tanam dengan membuat sentra-sentra bawang merah yang baru. Di lain pihak
terdapat potensi lahan-lahan suboptimal yang belum banyak digunakan untuk
pertanian, diantaranya adalah Ultisol. Ultisol merupakan salah satu jenis tanah
mineral masam yang berpotensi sebagai perluasan dan peningkatan produksi
pertanian di Indonesia, karena merupakan bagian terluas dari lahan kering di
Indonesia yang belum banyak dipergunakan untuk pertanian (45.8 juta ha).
Namun tanah Ultisol umumnya mempunyai tingkat kesuburan yang rendah
bahkan sangat rendah, oleh karena itu diperlukan dukungan teknologi untuk
memperbaiki tingkat kesuburannya, salah satunya melalui pemupukan.
Tujuan penelitian menentukan rekomendasi pupuk P dan K bawang merah
di tanah Ultisol melalui uji tanah. Penelitian dilaksanakan ditanah Ultisol
kampung Kentrong, Desa Malangsari, Kecamatan Cipanas, Lebak, Provinsi
Banten dengan letak koordinat 6o 32’ 4.46396” Lintang Selatan, 106o 20’
44.30994” Bujur Timur dan ketinggian tempat 187 m di atas permukaan laut.
Penelitian dilakukan pada bulan November 2014 – Mei 2016 melalui pendekatan
lokasi tunggal (single location). Tahapan penelitian: 1) pembuatan status hara P
dan K tanah, 2) uji korelasi P dan K di rumah kaca, 3) uji kalibrasi P dan K di
lapangan, 4) penetapan rekomendasi pupuk P dan K.
Penelitian tahap 1, pembuatan status hara P dan K tanah menggunakan
Rancangan Acak Kelompok dengan jumlah ulangan 5. Pembuatan status hara P
menggunakan asam fosfat (H3PO4) dengan lima level P, yaitu: 0X, 1/4X, 1/2X,
3/4X, dan X. Nilai X sebesar 1033.3 kg P ha-1, setara dengan 2266.7 L H3PO4 ha-1.
Aplikasi P dari masing-masing level yaitu 0, 258.3, 516.65, 775, dan 1033.3 kg P
ha-1. Selanjutnya pupuk P diinkubasi selama tiga bulan. Pembuatan status hara K
tanah dengan pemberian pupuk KCl, dengan taraf : 0 X,1/4 X, 1/2X, 3/4X, dan X.
Nilai X sebesar 405.6 kg K ha-1
. Dosis masing-masing level 0, 101.4, 202.8,
304.2, dan 405.6 kg K ha-1. Analisis P tanah menggunakan metode ekstraksi Bray
I (0.025 N HCl + NH4F 0.03 N), Bray II (NH4F 0.03 N + HCl 0.10 N), Mechlich I
(0.0125 M H2SO4 + 0.05 M HCl), Morgan Wolf NaC2H2H3O2.3H2O; pH 4.8), dan
Truog (0.02 N H2SO4 + (NH4) 2SO4). Untuk analisis K tanah menggunakan
metode ekstraksi Bray I (larutan 0.025 N HCl + NH4F 0.03 N), Bray II (NH4F
0.03 N + HCl 0.10 N), Mechlich I (0.0125 M H2SO4 + 0.05 M HCl), HCl 25% dan
Olsen (NaHCO3 0.5 M, pH 8.5). Berdasarkan hasil analisis tanah, kadar P dan K
tanah meningkat setelah pupuk diinkubasi selama tiga bulan.
Penelitian tahap 2, uji korelasi P dan K di rumah kaca. Percobaan uji
korelasi menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan jumlah ulangan
lima. Media tanam diambil dari sepuluh titik sampel tanah pada setiap petakan
tanah yang sudah diinkubasi hara P maupun K. Pengambilan sampel tanah
dilakukan secara acak. Metode ekstraksi terbaik untuk hara P adalah Truog (r =
0.84) dan K adalah Mechlich I (r = 0.77).
Penelitian tahap 3, uji kalibrasi P dan K di lapangan. Percoban uji kalibrasi
menggunakan Rancangan Petak Terpisah (Split Plot Design) dengan jumlah
ulangan lima. Uji kalibrasi P, petak utama (main plot) status hara P tanah yang
didapatkan dari aplikasi asam fosfat (H3PO4) pada percobaan tahap 1. Anak petak
(sub plot) adalah perlakuan dosis pemupukan P dengan lima taraf yaitu 0X, 1/4X,
1/2X, 3/4X dan X. Pemupukan P pada anak petak menggunakan SP-36, dosis
pupuk P untuk anak petak adalah 0, 591.6, 1183.3, 1774.9, dan 2366.6 kg P2O5
ha-1. Jumlah kombinasi perlakuan sebanyak 25 dan jumlah satuan unit percobaan
sebanyak 125. Uji kalibrasi K, petak utama (main plot) adalah status hara K dari
sangat rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi (percobaan tahap 1).
Sebagai anak petak (sub plot) adalah dosis K menggunakan KCl dari sangat
rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi yaitu 0, 127.4, 255, 382.2, dan
509.6 kg K2O ha-1. Jumlah kombinasi perlakuan sebanyak 125 petak satuan
percobaan. Hasil percobaan uji kalibrasi diperoleh kelas ketersediaan hara P tanah
Ultisol untuk tanaman bawang merah adalah sangat rendah jika (< 1), rendah (1-
<9), sedang (9-<28.), tinggi dan sangat tinggi (≥ 28) ppm P. Kelas ketersediaan
hara K tanah Ultisol untuk tanaman bawang merah adalah sangat rendah jika
(<126), rendah (126-<225), sedang (225-<463), tinggi dan sangat tinggi (≥ 463)
ppm K.
Penelitian tahap 4, penetapan kebutuhan pupuk P dan K. Kebutuhan pupuk
P untuk mencapai hasil maksimum pada kelas ketersediaan hara rendah dan
sedang, masing-masing 1850 dan 1310 kg P2O5 ha-1. Kebutuhan pupuk P untuk
mencapai hasil optimum pada kelas ketersediaan hara rendah dan sedang adalah
1315 dan 765 kg P2O5 ha-1. Kebutuhan pupuk K untuk mencapai hasil maksimum
pada kelas ketersediaan hara rendah 390.4 dan 317.3 kg K2O ha-1. Kebutuhan
pupuk K untuk mencapai hasil optimum pada kelas ketersediaan hara rendah dan
sedang adalah 304 dan 231 kg K2O ha-1
Collections
- DT - Agriculture [756]