Model Pengendalian Pencemaran Merkuri Akibat Pertambangan Emas Rakyat di Sungai Poboya Kota Palu.
View/Open
Date
2019Author
Aswadi, Muhammad
Riani, Etty
Pramudya, Bambang
Kurniawan, Budi
Metadata
Show full item recordAbstract
Wilayah Sulawesi Tengah seperti di Kelurahan Poboya, Kota Palu memiliki
kandungan mineral logam emas yang cukup potensial. Mineral emas ini ditambang
oleh rakyat dengan menggunakan merkuri dan sianida. Wilayah ini memiliki
beberapa sungai, salah satu sungai yang cukup terkenal adalah Sungai Poboya. Sungai
Poboya mempunyai berbagai manfaat seperti untuk pemenuhan kebutuhan air bersih,
pertanian/perkebunan, peternakan, rumah tangga, namun juga dimanfaatkan untuk
kepentingan proses penambangan emas rakyat. Penambangan emas tersebut
didominasi teknik amalgamasi, berpotensi tercemar merkuri. Penelitian bertujuan
untuk melihat kondisi kualitas air di Sungai Poboya, sedimen sungai dan air tanah
yang berdekatan dengan sungai tersebut. Selain itu juga untuk memperoleh faktor
penting pengelolaan pertambangan emas di penambangan emas rakyat, Kelurahan
Poboya yang didasarkan pada urutan skala prioritas. Tujuan lainnya adalah untuk
membangun model pengendalian pencemaran merkuri akibat pertambangan emas
rakyat di Sungai Poboya, serta untuk mendapatkan strategi pengendalian pencemaran
merkuri dari pertambangan emas rakyat yang berkelanjutan.
Pada penelitian ini dilakukan analisis terhadap kualitas air di Sungai
Poboyadari hulu sampai ke muara yang terdiri dari 5 (lima) stasiun dan 1 (satu)
stasiun terletak di sumur/bak penampungan air bersih di perumahan Untad. Penelitian
dilakukan pada musim kemarau tahun 2016 dan musim hujan tahun 2017 serta
analisis sedimen. Parameter yang diamati diantaranya adalah untuk air sungai baik
pada musim kemarau maupun pada musim hujan dilakukan analisa terhadap
parameter suhu, TSS, TDS, kekeruhan, pH, DO, BOD5, COD, total fosfat, ammonia,
sulfat, klorida, kadmium, besi, timbal, air raksa, sianida, fluorida, total coliform dan
fecal coli. Pada air sumur diamati suhu, pH, air raksa (Hg), dan sianida (CN-). Pada
sedimen diamati pH, C organik, kadmium (Cd), timbal (Pb) dan merkuri (Hg). Selain
itu dilakukan wawancara terhadap stakeholder ahli yang dipilih secara purposive
dengan bantuan kuesioner. Pada penelitian ini digunakan teknik ISM (interpretatif
structural modeling) (Saxena et al. 1992) dan AHP (analytical hierarchy process).
Hasil penelitian membuktikan bahwa pada musim kemarau dan musim hujan
memiliki nilai kekeruhan, BOD, dan COD yang umumnya melebihi ambang batas
yang diperbolehkan, bahkan CODnya sangat tinggi. Logam berat Cd, Pb, dan Hg
terdeteksi pada semua stasiun. Kualitas air pada stasiun hulu umumnya lebih buruk
dari yang di hilir, dan hanya total coli dan coliform yang konsentrasinya lebih baik
dari bagian hilir. Kualitas air pada musim hujan cenderung lebih buruk, bahkan Cd
dan Pb pada musim hujan melebihi baku mutu yang diperbolehkan, dan sianida yang
tadinya hanya terdeteksi di stasiun 1 (hulu), saat musim hujan semua terdeteksi
adanya sianida, dan hanya total coli dan coliform yang konsentrasinya lebih rendah
pada musim hujan. Pada air sumur di musim kemarau terdeteksi ada Hg, namun pada
musim hujan tidak terdeteksi, namun sianida malah meningkat pada musim hujan.
Kondisi sedimen pada musim hujan, mengandung kadmium yang sudah jauh diatas
ambang batas, sedangkan merkuri dan timbal konsentrasinya sudah mendekati
ambang batas yang diperbolehkan
Prioritas dalam pengelolaan pertambangan emas rakyat di Kota Palu berturutturut
dari kepentingan paling tinggi ke kepentingan paling rendah adalah penambang
emas rakyat lebih mementingkan ekonomi pribadi dan tidak peduli terhadap
kerusakan lingkungan, penggunaan merkuri dan sianida yang berlebih dan sangat
merusak lingkungan, kurangnya sosialisasi dan penyadaran pada penambang emas
rakyat akan pentingnya kelestarian lingkungan, lemahnya penegakan hukum
terhadap pelanggar di lokasi kajian, memperbesar pengawasan terhadap penambang
rakyat, belum adanya sarana-prasarana yang baik untuk pengolahan limbah tambang
emas dan ketidakpedulian masyarakat terhadap lingkungan.
Berdasarkan hasil simulasi model pengendalian pencemaran merkuri dari
kegiatan pertambangan adalah terjadinya kerusakan pada lingkungan akibat adanya
kegiatan penambangan emas rakyat di DAS Poboya yang terus menerus meningkat
dari tahun ke tahun dan mengakibatkan terjadinya peningkatan pencemaran merkuri
dan pencemaran lainnya dalam air, terjadinya lahan kritis, menurunnya debit air serta
berbagai dampak lainnya, pada akhirnya mengakibatkan terjadinya kerugian
ekonomi, baik yang tangible (berwujud) maupun yang intangible (tidak berwujud.
Hasil penelitian menunjukan model pengendalian pencemaran merkuri,
sebaiknya dengan menggunakan pengelolaan moderat, yaitu melalui penegakan
hukum sehingga terjadi penurunan PETI 25% pertahun, pengalihan lapangan kerja
dari kegiatan PETI ke kegiatan lain 25% pertahun, biaya pemulihan lingkungan
(kualitas air sungai dengan IPAL dan reboisasi untuk penanggulangan lahan kritis)
meningkat 50% pertahun.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa faktor yang berpotensi dalam
pengendalian pencemaran merkuri, yakni kebijakan pemerintah terkait pengelolaan
penambangan emas yang implementatif, sarana dan prasarana yang mendukung serta
tingkat pendidikan masyarakat yang memadai. Stakeholder utama yang memegang
kendali idealnya adalah pemerintah (pemerintah daerah), penegak hukum dan
masyarakat yang tinggal di lokasi tersebut. Tujuan yang diutamakan hendaknya
mereduksi pencemaran, pemulihan ekosistem dan perluasan lapangan kerja. Strategi
yang sebaiknya dilakukan agar pengendalian pencemaran merkuri dari proses
pertambangan emas rakyat berhasil dan kegiatan pertambangan emas menjadi
berkelanjutan, idealnya adalah teknologi superminor yang memanfaatkan berat jenis
tanpa menambahkan bahan berbahaya dan beracun.