Show simple item record

dc.contributor.advisorAdhi, Andriyono Kilat
dc.contributor.advisorFariyanti, Anna
dc.contributor.authorQalsum, Ummy
dc.date.accessioned2019-05-03T01:19:57Z
dc.date.available2019-05-03T01:19:57Z
dc.date.issued2019
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/97164
dc.description.abstractRumput laut merupakan salah satu komoditas perikanan yang potensial untuk dikembangkan karena didukung oleh kondisi alam Indonesia yang cocok untuk budidaya rumput laut. Volume ekspor rumput laut Indonesia tahun 2016 mencapai 188 298 ton dengan nilai sebesar US$ 161 801 974 (KKP 2016). Kabupaten Takalar merupakan salah satu daerah pengembangan komoditas rumput laut. Selama periode 2012-2016 terjadi peningkatan produksi setiap tahunnya di Kabupaten Takalar. Pengembangan daerah sentra komoditas sebaiknya tidak hanya fokus pada subsistem hulu yaitu peningkatan produksi tetapi sebaiknya ditunjang dengan suatu sistem rantai pasok yang efisien dan aktivitas yang dapat meningkatkan nilai tambah komoditi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis rantai pasok dan nilai tambah rumput laut di Kabupaten Takalar. Kajian meliputi gambaran mengenai kondisi rantai pasok rumput laut di Kabupaten Takalar melalui pendekatan Food Supply Chain Network (FSCN) untuk mengetahui sejauh mana optimalisasi rantai pasok rumput laut Kabupaten Takalar dan upaya perbaikan yang dapat dilakukan. Kerangka Food Supply Chain Network (FSCN) menguraikan secara deskriptif aspek-aspek dalam FSCN rumput laut diantaranya adalah sasaran pemasaran, anggota yang terlibat dalam pemasaran, proses bisnis, manajemen, sumberdaya, dan terakhir mengukur kinerja pemasaran sehingga mampu memenuhi kepuasan konsumen dan seluruh anggota yang berperan dalam pemasaran rumput laut. Kinerja pemasaran diukur dengan pendekatan efisiensi pemasaran operasional yang diukur dengan marjin pemasaran, farmer’s share, dan rasio keuntungan dan biaya. Pada aspek nilai tambah dianalisis menggunakan metode Hayami. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Mei 2018 menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara menggunakan kuesioner secara langsung dengan responden sebanyak 100 orang nelayan rumput laut yang dipilih secara purposive sampling serta pedagang rumput laut sebanyak 43 orang dengan metode snowbal sampling. Hasil penelitian menggunakan kerangka FSCN menunjukkan bahwa secara umum rantai pasok rumput laut di Kabupaten Takalar sudah memiliki sasaran pasar dengan target yang jelas namun terdapat permasalahan dalam sasaran pengembangannya yaitu nelayan tidak ditunjang dengan pengetahuan mengenai kualitas rumput laut yang baik sehingga masih perlu adanya pengembangan peningkatan kualitas serta kuantitas rumput laut. Struktur hubungan antar lembaga pemasaran terdiri dari nelayan, pedagang pengumpul, pedang besar, eksportir, dan industri pengolahan. Hubungan antar pelaku pemasaran sudah terstruktur, namun belum terkelola dengan baik ditinjau dari proses bisnis yang belum terintegrasi jangka panjang. Penerapan manajemen pemasaran yang ditetapkan pada dasarmya telah berjalan dengan baik namun belum optimal, terlihat dari kesepakatan kontraktual antara lembaga pemasaran masih dalam bentuk informal yaitu hanya melalui lisan dan belum dalam kontrak tertulis. Sedangkan pada sumberdaya rantai pasok masih ditemukan kendala, tertama pada sumberdaya modal dan sumberdaya fisik. Kendala modal hampir dirasakan oleh semua nelayan rumput laut sehingga harus tergantung pada pedagang pengumpul desa. Selain itu, kendala fisik masih dihadapi beberapa nelayan yaitu tidak memiliki perahu dan juga tempat penjemuran yang berakibat pada kualitas hasil rumput lautnya. Pemasaran rumput laut di Kabupaten Takalar terdiri dari lima saluran. Jika dilihat dari marjin pemasaran, farmer’s share dan rasio keuntungan terhadap biaya, maka saluran 4 relatif lebih efisien dibandingkan saluran lainnya dengan perolehan margin terendah dan farmer’s share tertinggi masing-masing sebesar 29.31 peren dan 70.69 persen dengan rasio keuntungan terhadap biaya tersebar merata yaitu total rasio keuntungan sebesar 5.50 persen. Hasil nilai tambah olahan rumput laut menunjukkan bahwa tepung karagenan memiliki rasio nilai tambah dan tingkat keuntungan lebih besar dibandingkan rumput laut kering yaitu sebesar Rp 13 335.22 dengan rasio yang tergolong tinggi sebesar 44 persen. Rekomendasi saran sebagai bahan pertimbangan dari hasil penelitian ini yaitu diperlukan adanya perbaikan pada rantai pasok rumput laut dengan cara pembentukan kelembagaan di tingkat pasca panen seperti koperasi yang dibentuk dari insiatif nelayan. Kelembagaan dapat berperan dalam melakukan pemantauan terhadap nilai dan standar mutu rumput laut, membantu dalam akses permodalan, melakukan koordinasi antar seluruh lembaga pada rantai dan menyampaikan informasi secara terbuka mengenai hal-hal yang terkait dengan pengembangan rumput laut. Selain itu, dalam rangka meningkatkan nilai tambah rumput laut, perlu upaya pemerintah untuk mengembangkan industri pengolahan rumput laut khususnya industri karagenan.id
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcAquacultural Economicsid
dc.subject.ddcAdded Valueid
dc.subject.ddc2018id
dc.subject.ddcSulawesi Selatanid
dc.titleRantai Pasok dan Nilai Tambah Rumput Laut Olahan di Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatanid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordFood Supply Chain Network (FSCN)id
dc.subject.keywordFarmer’s Shareid
dc.subject.keywordMargin Pemasaranid
dc.subject.keywordNilai Tambahid
dc.subject.keywordRumput Lautid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record