Show simple item record

dc.contributor.advisorAnwar, Syaiful
dc.contributor.advisorMurtilaksono, Kukuh
dc.contributor.advisorIndriyati, Lilik Tri
dc.contributor.authorParjono
dc.date.accessioned2019-04-30T01:37:19Z
dc.date.available2019-04-30T01:37:19Z
dc.date.issued2019
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/97138
dc.description.abstractPotensi tanah masam di Indonesia untuk pengembangan pertanian cukup luas namun dihadapkan pada berbagai kendala terkait kemasaman tersebut. Selain bahan induk, iklim khususnya curah hujan menjadi faktor utama proses pemasaman tanah di wilayah tropis. Intensitas curah hujan yang tinggi dalam waktu lama mengakibatkan kation basa (Ca, Mg, K, Na) tercuci intensif. Sebaliknya kation polivalen seperti Al, Fe, dan Mn akan terakumulasi dalam berbagai bentuk, termasuk bentuk dapat ditukar, hidrusoksida, dan/atau partikel baru. Berbagai bentuk kation polivalen ini dapat berinteraksi dengan hara fosfor (P) yang menyebabkannya menjadi bentuk tidak tersedia. Fosfor merupakan hara makro primer essensial selain N dan K, dengan fungsi utama transfer energi dalam proses metabolisme tanaman. Fosfor dalam tanah terdiri atas Porganik (Po) dan Pinorganik (Pi) dan dalam berbagai fraksi mencakup fraksi terlarut, labil, agak labil, dan residual. Sedangkan bentuk Al dalam tanah mencakup fraksi Al dapat ditukar (Al-dd), Al amorf (Al-amf), Al amorf organik (Al-amo), Al amorf organik berikatan lemah hingga sedang (Al-amls), Al amorf organik berikatan kuat (Al-amok), dan Al amorf inorganik (Al-ami). Sementara bentuk Fe dan Mn dalam tanah mencakup fraksi yang sama, yaitu fraksi dapat ditukar (dd), terekstrak asam acetat (asm), teroksidasi (oks), tereduksi (red), dan fraksi residual (res). Distribusi dan konsentrasi P dalam profil tanah dapat berbeda-beda atas berbagai faktor seperti: tingkat perkembangan tanah, kemasaman tanah, pengaruh kation polivalen, dan intensitas penggunaan lahan. Lahan dengan intensitas pengelolaan tinggi seperti tegalan memiliki konsentrasi dan distribusi P yang berbeda dengan lahan hutan, wanatani, maupun penggunaan lainnya. Pengetahuan tentang bentuk-bentuk spesifik atas P, Al, Fe, Mn, dan unsur lainnya dalam tanah sangat penting dilakukan karena berkaitan dengan kesuburan tanah. Kajian tentang hubungan fraksi Al, Fe, dan Mn dengan fraksi P pada profil tanah hutan, wanatani, dan tegalan perlu dilakukan terutama pada tanah-tanah masam dataran sehingga dapat dilakukan penanganan secara spesifik dan efisien. Contoh tanah di ambil dari 6 profil tanah yang digali dengan ukuran 1 m x 1 m x 1,5 m secara kolektif (setiap lahan terdiri dari 2 profil tanah dan 4 horizon tanah) di lereng bagian tengah pada kemiringan lereng 16-35o. Penentuan lokasi penelitian berdasarkan hasil overlay peta tanah, peta administrasi, lereng, dan peta tutupan lahan. Fraksionasi P dilakukan mengikuti metode Thiessen dan Moir tahun 1993 yang dimodifikasi, yaitu bentuk P resin tidak ditetapkan tetapi tercakup dalam bentuk labil dengan ekstrak NaHCO3 0,5 M. Fraksionasi Al mengikuti metode Alvarez et al., tahun 2002, sementara fraksionasi Fe dan Mn menggunakan metode Tessier et al., tahun 1979 dan Walna et al., tahun 2010. Kemudian analisis korelasi Pearson dilakukan dengan menggunakan Softwere SPSS 21. Hasil analisis penelitian menunjukkan P residual sangat mendominasi (> 99,5%), sementara total P labil dan agak labil hanya berkisar 0,19-0,48%. Secara berurutan, fraksi P labil dan P agak labil di hutan sebesar 0,25-0,45%, wanatani sebesar 0,35-0,48%, dan tegalan sebesar 0,19-0,31%. Konsentrasi fraksi Pi labil (NaHCO3) di hutan sebesar 0,03%-0,15%, wanatani 0,09-0,19%, dan tegalan sebesar 0,01-0,30%, sedangkan konsentrasi Po labil di hutan sebesar 0,64-2,35%, wanatani 0,04-0,41%, dan tegalan sebesar 0,004-1,66%. Sementara itu konsentrasi Pi agak labil (NaOH dan HCl) di hutan sebesar 2,03-2,51%, wanatani sebesar 0,53-1,27%, dan tegalan sebesar 1,50-3,51%, sedangkan Po agak labil di lahan hutan sebesar 0,03-0,41%, wanatani sebesar 0,31-0,60%, dan tegalan sebesar 1,30-2,11%. Fraksi Al didominasi oleh Al-amf, pada hutan > 58,61%, wanatani > 54,45%, dan tegalan > 89%, dengan distribusi menurun dengan kedalaman horizon di hutan dan wanatani, tetapi sebaliknya meningkat pada tegalan. Fraksi Al-dd merupakan fraksi terendah, rata-rata < 0,2% di hutan, < 0,54% di wanatani, dan < 0,006% di tegalan, dengan distribusi menurun dengan kedalaman horizon di wanatani dan tegalan, sebaliknya meningkat pada hutan. Secara umum konsentrasi fraksi Al-amo lebih rendah dari fraksi Al-ami di setiap penggunaan lahan. Pola distribusi fraksi Al-amo meningkat dengan kedalaman horizon di hutan dan wanatani, sebaliknya Al-ami menurun. Pada tegalan konsentrasi fraksi Al-ami rata-rata > 80,41%, lebih tinggi dari Al-amo (< 9%), dengan distribusi meningkat dengan kedalaman horizon. Sementara itu konsentrasi fraksi Al-amls rata-rata < 1,82% di hutan, < 3,09% di wanatani, dan < 0,87% di tegalan. Konsentrasi Al-amok di hutan dan wanatani > 24,53%, sementara di tegalan < 9,41%. Konsentrasi Fe didominasi oleh Fe-res, rata-rata 83,3% di hutan, 90,6% di wanatani, dan 87,2% di tegalan, dengan distribusi meningkat dengan kedalaman horizon di hutan dan wanatani, sebaliknya menurun di tegalan. Konsentrasi fraksi Fe secara berurutan yaitu: Fe-dd < Fe-asm < Fe-red < Fe-oks < Fe-res. Konsentrasi Fe-dd rata-rata tertinggi di tegalan 0,012%, dan di hutan dan wanatani 0,010%. Fraksi Fe-asm rata-rata tertinggi di tegalan 0,048%, di hutan 0,041%, dan di wanatani 0,026%. Konsentrasi Fe-red rata-rata tertinggi di tegalan 2,66%, di hutan 1,65%, dan di wanatani 1,16%. Sementara fraksi Fe-oks rata-rata tertinggi di hutan 15,0%, di tegalan 10,08%, dan di wanatani 8,19%. Konsentrasi fraksi Mn didominasi oleh Mn-oks, rata-rata 64,07% di hutan, 55,65% di wanatani, dan 43,97% di tegalan, dengan distribusi menurun dengan kedalaman horizon di hutan dan tegalan, sebaliknya meningkat di wanatani. Konsentrasi fraksi Mn secara berurutan yaitu: Mn-dd < Mn-asm < Mn-red < Mn-oks > Mn-res di setiap lahan. Konsentrasi Mn-dd rata-rata tertinggi di wanatani 1,8%, di hutan 0,58%, dan di tegalan 0,22%. Fraksi Mn-asm rata-rata tertinggi di wanatani 2,52%, di hutan 0,95%, dan di tegalan 0,80%, dengan distribusi menurun dengan kedalaman horizon di semua penggunaan lahan. Fraksi Mn-red rata-rata tertinggi di tegalan 25,32%, di hutan 18,37%, dan di wanatani 13,77%, dengan distribusi meningkat dengan kedalaman horizondi lahan hutan dan tegalan, sebaliknya menurun di wanatani. Sementara konsentrasi Mn-res rata-rata tertinggi di tegalan 29,7%, di wanatani 26,2%, dan di hutan 16%, dengan distribusi meningkat dengan kedalaman horizon di setiap penggunaan lahan. Analisis korelasi menunjukkan terdapat dinamika kompleks hubungan antara fraksi Al, Fe, dan Mn dengan fraksi P di setiap penggunaan lahan. Intensitas pengelolaan lahan, penambahan bahan organik, pemupukan P serta aktivitas antropogenik lainnya berperan dalam distribusi dan ketersediaan P dalam tanah. Pada lahan hutan terdapat korelasi positif sangat nyata antara fraksi Mn-dd dengan fraksi P tersedia organik (NaHCO3-Po) dan P agak tersedia inorganik (HCl-Pi). Pada lahan wanatani terdapat korelasi positif nyata antara fraksi Mn-dd dengan fraksi P agak tersedia inorganik (NaOH-Pi) dan berkorelasi negatif antara fraksi Fe-dd dengan NaOH-Pi. Pada lahan tegalan terdapat korelasi positif sangat nyata antara fraksi Al-dd dan Mn-dd dengan fraksi NaHCO3-Po dan NaOH-Pi, serta berkorelasi negatif nyata dengan NaHCO3-Pi dan NaOH-Po.id
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcSoil Sciencesid
dc.subject.ddcForest Landid
dc.subject.ddc2018id
dc.subject.ddcBogor, Jawa Baratid
dc.titleHubungan Fraksi Al, Fe, dan Mn dengan Fraksi Fosfor pada Profil Tanah Hutan, Wanatani, dan Tegalanid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordakumulasiid
dc.subject.keywordkorelasiid
dc.subject.keywordpemupukanid
dc.subject.keywordpenggunaan lahanid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record