Dampak Tebang Pilih Tanam Rumpang di Hutan Alam Tropika Potensi Rendah terhadap Kepadatan Tanah, Erosi dan Bahaya Kebakaran
Abstract
Hutan alam di Indonesia terbagi menjadi beberapa mosaik areal hutan dan
terus terdegradasi serta terdeforestasi. Salah satu upaya untuk memperbaiki kondisi
hutan di Indonesia adalah dengan menggunakan sistem silvikultur baru yang dapat
memperbaiki kondisi hutan yang masih tersisa. Sistem silvikultur Tebang Pilih
Tanam Rumpang (TPTR) adalah salah satu solusi yang dapat diterapkan di dalam
Multisistem Silvikultur di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
dampak ekologi berupa pemadatan tanah, erosi dan bahaya kebakaran hutan akibat
TPTR.
Rumpang yang dibuat pada penelitian ini adalah 16 rumpang yang terbagi
menjadi 8 kelas rumpang. Luas rumpang diukur dengan menggunakan sixten-gon
method. Digunakan uji beda ANOVA untuk melihat perbedaan antara kepadatan
tanah, erosi, perbedaan suhu dan intensitas cahaya di areal hutan alam, jalur tebas
dan jalur tanam.
Kepadatan tanah diukur dengan alat Cone Penetrometer. Kepadatan tanah
pada setiap kondisi hutan secara berurutan adalah jalur tanam (3.38 kgf/cm2) > jalur
tebas (3.23 kgf/cm2) > hutan alam (2.76 kgf/cm2). Rata-rata kepadatan tanah tersebut
tergolong pada kondisi yang sangat lepas. Uji beda ANOVA menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan kepadatan tanah pada rumpang kelas 1 dan kelas 6.
Erosi pada setiap kondisi hutan secara berurutan adalah hutan alam
(25.50 m3/ha atau 17.55 ton/ha) > jalur tanam (17.44 m3/ha atau 11.91 ton/ha) >
jalur tebas (6.58 m3/ha atau 3.79 ton/ha). Erosi diukur dengan metode peninjauan
lapang. Faktor yang memengaruhi besarnya erosi adalah perbedaan topografi,
kondisi hutan, fluktuasi curah hujan. Pengujian erosi per satuan luas kondisi hutan
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan.
Suhu diukur dengan menggunakan termometer dan intensitas cahaya diukur
menggunakan luxmeter LX-1010B. Suhu rata-rata di dalam rumpang adalah
28.9–33.3°C dan suhu di hutan alam berkisar antara 28.7–29.9°C. Intensitas cahaya
yang masuk ke dalam rumpang sebesar 8258–39 242 lux. Rata-rata suhu dan
intensitas cahaya di dalam rumpang cocok untuk pertumbuhan tanaman jabon
(Anthocephalus spp.). Tingkat KBDI tertinggi di dalam rumpang adalah tingkat 3.
Terdapat perbedaan yang nyata antara suhu dan intensitas cahaya di rumpang dan
di hutan alam. Sebaliknya tidak terdapat perbedaan yang nyata antara KBDI di
rumpang dan di hutan alam.
Rumpang dengan luas 1750–2000 m2 merupakan rumpang yang optimal
berbasis dampak ekologi. Berdasarkan nilai utilitas, luas rumpang yang optimal
untuk diterapkan di lapangan berkisar antara 250–1000 m2 dan 1250–2000 m2.
Collections
- MT - Forestry [1445]