Model of Increasing Village Role in the Management of Raw Water Resources (Case Study of Ciliwung Hulu Basin, Bogor Regency).
View/Open
Date
2018Author
Susanto, Agus
Purwanto, M. Yanuar J.
Widiatmaka
Kusmana, Cecep
Metadata
Show full item recordAbstract
Selama ini peran desa belum difungsikan, sehingga kurang mandiri,
karena konsep perdesaan terkesan masih dipandang dengan perspektif sempit.
Fungsi desa hanya sebatas pelayanan administrasi seperti pengurusan Kartu Tanda
Penduduk (KTP), pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), surat nikah dan
lain-lain. Potensi desa kurang diberdayakan. Setelah diberlakukan UU No. 6 tahun
2014 tentang desa, maka peran desa mulai difungsikan. Akibat kebijakan masa
lalu tersebut, maka berdampak pada penyediaan air di perdesaan (termasuk desadesa
yang berada di DAS Ciliwung Hulu). Desa-desa yang ada di DAS Ciliwung
Hulu dalam penyeediaan air masih mengandalkan ketersediaan alam seperti air
sungai, mata air atau sumur, setu/embung, sehingga akses terhadap air bersih
masih rendah yaitu sebesar 47.8%, dan yang sudah terlayani dengan pipanisasi
baru mencapai 8.60%. Akibat kondisi tersebut adalah posisi masyarakat perdesaan
terhadap ketersediaan air relatif rawan, baik dari segi potensi maupun akses.
Selain itu, pengembangan infrastruktur air perdesaan seperti bak penampung
air, embung, sumur resapan belum dilaksanakan dengan baik. Akses air yang
masih rendah tersebut salah satunya diakibatkan oleh peran desa belum
dioptimalkan, karena terkendala dengan kualitas sumberdaya manusianya. Untuk
itu, diperlukan upaya peningkatan kapasitas SDM melalui sosialisasi yang
berupa: pelatihan, penyuluhan dan pendampingan.
Tujuan dari penelitian ini adalah: (a) analisis ketercukupan air temporal
masing-masing sub DAS di DAS Ciliwung Hulu, (b) membangun model peran
antar kelembagaan desa dalam penyediaan air baku melalui paradigma kepedulian
air, (c) membangun model peningkatan peran desa dalam pengembangan
infrastruktur air perdesaan untuk penyediaan air baku melalui paradigma
kepedulian air, dan (d) menyusun strategi kebijakan penyediaan air baku melalui
paradigma kepedulian air.
Penelitian dilaksanakan di DAS Ciliwung Hulu, Kabupaten Bogor yang
meliputi 6 sub DAS, yang mencakup 30 desa, dan tiga kecamatan. Pendekatan
yang digunakan adalah verifikasi, dan analisis data meliputi: (a) analisis
ketercukupan air temporal menggunakan indeks ketercukupan air, (b) analisis
hubungan antar kelembagaan menggunakan ISM, (c) membangun model peran
desa dalam penyediaan air baku menggunakan sistem dinamik, (d) membuat
skenario penyediaan air baku dengan simulasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (a) Dengan pendekatan indeks
ketercukupan air temporal terlihat bahwa: desa-desa yang berada dalam sub DAS
terindikasi kekurangan sumber air baku atau status kurang cukup air, namun
secara keseluruhan ketercukupan air DAS Ciliwung Hulu statusnya adalah
sedang, (b) kelembagaan desa yang terlibat dalam penyediaan air baku meliputi:
ketersediaan infrastruktur, kualitas SDM, partisipasi masyarakat, sosialisasi,
aparatur desa, dan LSM, (c) model system dinamik mampu menjelaskan peran
kelembagaan desa dalam membangun infrastruktur untuk penyediaan
ketercukupan air di masa yang akan datang, yaitu melalui: peran aktif masyarakat
dan aparatur desa yang telah dilatih dan dibina dengan penyuluhan, dan
pendampingan oleh instansi terkait untuk membangun dan mengelola infrastruktur
air. Hasil akhir adalah penyediaan air baku meningkat dari 10 tahun menjadi 61
tahun yaitu pada tahun 2076 sebesar 7.7 x 105 m3.
Strategi kebijakan yang dapat diterapkan di Desa Bendungan, yaitu: (a)
Membanguan Instalasi Pengolah Limbah Domestik (IPLD), yaitu masing-masing
RT dibangun 1 IPLD, sehingga berjumlah 48 (jumlah RT 48). Sistem yang
digunakan adalah off site, dengan dimensi: panjang 3 m, lebar 3 m, dan kedalaman
2.0 m, (b) Pengembangan embung (retention pond), dimana setiap RW
membangun satu embung, sehingga jumlahnya 11 buah, dengan dimensi: panjang
20 m, lebar 10 m, dan kedalaman 2 m, sehingga mampu menampung 400 m3. dan
(c) pengembangan instalasi recycle limbah industri rumah tangga (IPLI), dengan
pendekatan: (1) industri sejenis, yaitu dengan membangun IPLI komunal, dan (2)
industri yang tidak sejenis dengan membangun IPLI sendiri. Dimensi disesuaikan
dengan jumlah produksi.