Show simple item record

dc.contributor.advisorHadi, Kesumawati Upik
dc.contributor.advisorSoviana, Susi
dc.contributor.advisorIrawati, Zubaidah
dc.contributor.authorRamadhani, Tri
dc.date.accessioned2019-01-17T07:22:41Z
dc.date.available2019-01-17T07:22:41Z
dc.date.issued2018
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/96028
dc.description.abstractPemberian Obat Massal Pencegahan (POMP) merupakan strategi program eliminasi filariasis limfatik global yang diprakarsai oleh WHO, dengan cara seluruh penduduk yang berada di daerah berisiko setiap tahun diharuskan minum obat anti filaria. Kota Pekalongan merupakan satu di antara daerah endemis filariasis limfatik yang telah melaksanakan POMP sejak tahun 2005-2010 khusus pada daerah dengan angka microfilaria rate (mf rate) > 1%, sedangkan tahun 2011-2015 cakupan pengobatan adalah seluruh wilayah Kota Pekalongan. Hasil evaluasi POMP menunjukkan angka mf rate >1 % dan cakupan kepatuhan minum obat < 65%, sehingga dilaksanakan kembali POMP putaran ke dua dari tahun 2017-2019. Angka mf rate > 1 %, berarti penularan filariasis masih berlangsung di Kota Pekalongan. Upaya POMP ternyata belum mampu menurunkan kasus filariasis, sehingga perlu didukung dengan pengendalian vektor. Pemanfaatan iradiasi gamma untuk aplikasi Teknik Serangga Mandul (TSM) adalah satu alternatif pengendalian vektor filariasis limfatik yang perlu dipertimbangkan. TSM adalah teknik pengendalian yang relatif baru di Indonesia dan telah dilaporkan merupakan cara pengendalian vektor ramah lingkungan, spesifik, tidak menimbulkan resistensi, efektif, dan lebih baik apabila dikombinasikan dengan pengendalian vektor lainnya. Pada prinsipnya, TSM dalam pengendalian vektor filariasis adalah pelepasan Cx. quinquefasciatus jantan mandul dalam jumlah besar ke area target. Cx. quinquefasciatus jantan mandul yang dilepaskan akan berkompetisi dengan nyamuk jantan lapangan untuk mengawini nyamuk betina lapangan. Hasil perkawinan antara Cx. quinquefasciatus jantan mandul dan betina lapangan diharapkan tidak menghasilkan keturunan, sehingga populasi Cx. quinquefasciatus di area tersebut akan menurun. Faktor penting untuk keberhasilan dalam aplikasi TSM adalah menjaga dan mengevaluasi parameter kualitas nyamuk jantan mandul yang akan dilepas ke area target. Penelitian pemanfaatan iradiasi gamma pada nyamuk Culex quinquefasciatus masih sedikit dilakukan di Asia Tenggara termasuk di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data dasar berupa dosis iradiasi optimum, kualitas nyamuk jantan mandul yang meliputi kemunculan menjadi nyamuk dewasa (emergence), umur, fekunditas, sterilitas, daya saing kawin (mating competitiveness) dan jarak terbang. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode quasi eskperimental yang meliputi kolonisasi massal nyamuk Cx. quinquefasciatus, produksi jantan mandul, proses iradiasi gamma, orientasi dosis, mengukur parameter kualitas jantan mandul dan uji jarak terbang. Iradiasi gamma Cobalt-60 dilakukan pada stadium pupa dengan dosis 0; 60; 65; 70; 75; dan 80 Gy. Hasil penelitian ini didapatkan dosis iradiasi gamma 70 Gy, merupakan dosis optimum yang dapat direkomendasikan pada aplikasi TSM skala lapang. Dosis 70 Gy dapat memandulan 98.19% dengan nilai daya saing kawin 0.53 (skala laboratorium) dan 0.38 (skala semi lapang). Iradiasi gamma tidak berpengaruh terhadap kemunculan menjadi nyamuk dewasa, umur, fekunditas dan daya saing kawin (p value > 0.05), akan tetapi berpengaruh terhadap sterilitas dan daya tetas telur (p value<0.05). Ada kecenderungan peningkatan sterilitas dan penurunan daya tetas telur dengan bertambahnya dosis iradiasi. Kemandulan akibat iradiasi gamma lebih disebabkan oleh mutasi letal dominan yang dibawa oleh nyamuk jantan mandul Cx. quinquefasciatus. Mutasi letal dominan merupakan penyebab kematian zigot yang telah berkembang (dibuahi) sehingga meningkatkan sterilitas dan menurunkan daya tetas telur. Nilai daya saing kawin nyamuk jantan mandul pada semi lapang lebih kecil dibandingkan dengan di laboratorium. Untuk mengatasi penurunan daya saing kawin di lapangan, strategi yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan rasio nyamuk jantan mandul Cx. quinquefasciatus. Iradiasi gamma tidak mempengaruhi jarak terbang nyamuk Cx. quinquefasciatus dengan arah pemencaran mengikuti pergerakan manusia. Hasil penelitian dapat direkomendasikan untuk aplikasi TSM pada skala lapang terbatas. Untuk keberhasilan aplikasi TSM pada skala lapang perlu dilakukan peningkatan rasio nyamuk jantan mandul minimal tiga kali dari jumlah populasi nyamuk di alam, interval waktu pelepasan minimal 2 minggu sekali, radius titik pelepasan maksimal 100 meter dan dilakukan pada saat kepadatan nyamuk Cx. quinquefasciatus menurun. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi dalam peningkatan efektivitas proses sterilisasi menggunakan iradiasi gamma pada program pengendalian populasi Cx. quinquefasciatus.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcAnimal Parasitesid
dc.subject.ddcDipteraqid
dc.subject.ddc2017id
dc.subject.ddcPekalongan, Jawa Tengahid
dc.titleProspek Pemanfaatan Serangga Mandul dengan Teknik Iradiasi dalam Pengendalian Culex quinquefasciatus (Diptera: Culicidae) Sebagai Upaya Menanggulangi Filariasis Limfatik di Kota Pekalongan.id
dc.title.alternativeIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordiradiasi gammaid
dc.subject.keywordteknik serangga mandul (TSM)id
dc.subject.keywordCulex quinquefasciatusid
dc.subject.keywordfilariasis limfatikid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record