Analisis Potensi Penerapan Metode Penyesuaian Ulang Lahan (Land Readjustment) Dalam Pembangunan Perkotaan Di Indonesia. Studi Kasus: Peremajaan Kota Kampung Braga Bandung.
View/ Open
Date
2018Author
Wihadanto, Ake
Barus, Baba
Achsani, Noer Azam
Bratakusumah, Deddy S
Metadata
Show full item recordAbstract
Kampung Braga merupakan salah satu permukiman kumuh (slum settlement)
di kawasan pusat Kota Bandung yang membutuhkan transformasi atau penataan untuk
meningkatkan nilai kualitas kawasan dan kualitas hidup masyarakat yang tinggal di
dalamnya. Penyesuaian ulang lahan (land readjustment atau PUL) merupakan salah
satu alat intervensi partisipatif yang terencana dalam mentransformasi dan menata
kawasan terbangun (built-up area) yang kumuh melalui peremajaan kawasan kota
(urban renewal). Pendekatan ini mensyaratkan keterlibatan atau partisipasi masyarakat
penghuni secara intensif. Untuk itu dibutuhkan upaya untuk mengakomodasi preferensi
masyarakat terkait dengan penataan kawasan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk:
(1) mengidentifikasi karakteristik kawasan Kampung Braga dan tingkat
kekumuhannya; (2) menganalisis dan memformulasikan penerapan penyesuaian ulang
lahan (PUL) pada transformasi kawasan Kampung Braga, dan (3) memahami atau
memetakan preferensi masyarakat atas rencana penataan kawasan Kampung Braga
melalui pendekatan PUL.
Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder yang pengumpulannya
dilakukan pada Januari – Oktober 2016. Data primer yang digunakan mencakup persil,
rumah tangga, karakteristik hunian, sarana prasarana lingkungan, kelembagaan, dan
preferensi masyarakat. Analisis karakteristik kawasan menggunakan metode
berdasarkan pedoman dalam Permen PUPR No. 02/PRT/M/2016 tentang Peningkatan
Kualitas Terhadap Perumahan dan Permukiman Kumuh dan pengembangannya.
Analisis tingkat kekumuhan dilakukan dengan menyusun dan menghitung indeks
komposit kualitas kawasan. Analisis dan formulasi penerapan PUL dilakukan dengan
pendekatan kuantitatif dan teknis kualitatif yang mencakup: analisis nilai lahan
berbasis nilai jalan (street value); disain replotting ulang blok kawasan; analisis
kenaikan nilai lahan; penyusunan neraca penggunaan lahan pasca replotting; dan
menentukan kontribusi lahan. Analisis preferensi masyarakat dilakukan secara
deskriptif kualitatif. Sementara itu, analisis prospektif partisipatif digunakan untuk
memahami dan memetakan preferensi masyarakat secara lebih lanjut dalam konteks
melihat proses penataan kawasan kedepan.
Hasil analisis menunjukkan gambaran karakteristik dan kualitas kawasan: (1)
sebagian besar penghuni bekerja sebagai wiraswasta (pedagang), dengan tingkat
pendidikan dan kesejahteraan yang masih relatif rendah; (2) tingkat kepadatan hunian
yang tinggi dengan kondisi yang tidak layak huni; (3) sarana prasarana yang minim dan
kurang memadai; dan (4) kondisi bangunan cenderung tidak teratur dan dengan
sejumlah bangunan berada di sepadan sungai. Analisis tingkat kekumuhan
menunjukkan bahwa kawasan ini termasuk dalam kategori kumuh berat dengan indeks
kualitas kawasan kategori rendah. Penerapan PUL mengindikasikan terjadinya
perbaikan kualitas kawasan setelah dilakukan replotting yang tercermin dari
peningkatan nilai pada kawasan tersebut yaitu increase rate mencapai nilai 3.72.
Perbaikan kualitas kawasan juga dapat dilihat dari neraca penggunaan lahan (sebelum
dan sesudah replotting) yaitu peningkatan luasan lahan untuk jaringan jalan dan
prasarana pendukungnya serta peningkatan luasan lahan untuk ruang terbuka hijau
publik. Selain itu dari neraca penggunaan lahan setelah replotting dapat diketahui
luasan untuk lahan cadangan yang dapat digunakan sebagai pembiayaan. Hasil analisis
prospektif partisipatif menghasilkan beberapa skenario proses penataan ke depan.
Skenario-skenario ini berimplikasi secara strategis pada pencapaian variabel-variabel
penting dalam proses penataan. Untuk itu, diperlukan langkah antisipasi yang
diarahkan untuk menutup atau menghambat jalan bagi terciptanya skenario yang tidak
mendukung. Selain itu, mendorong pencapaian kondisi untuk terciptanya skenario
yang mendukung proses penataan, dan menjaga keberlangsungan kondisi tersebut
dengan menutup jalan bagi bergeraknya kondisi ke arah sebaliknya. Langkah-langkah
antisipasi tersebut diupayakan melalui aspek-aspek transparansi, komunikasi, dan
kelembagaan.