Efektivitas Model Edukasi Gizi dengan Kartu Monitoring Makanan dan Biskuit MP-ASI terhadap Pertumbuhan dan Status Anemia pada Anak Gizi Kurang Usia 6-23 bulan di Aceh.
View/ Open
Date
2018Author
Ahmad, Aripin
Madanijah, Siti
Dwiriani, Cesilia Meti
Kolopaking, Risatianti
Metadata
Show full item recordAbstract
Gangguan pertumbuhan dan defisiensi gizi mikro pada anak usia 6-23 bulan masih menjadi permasalahan di Indonesia terutama di Provinsi Aceh. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas model edukasi gizi dengan kartu monitoring makanan dan Biskuit MP-ASI terhadap pertumbuhan dan status anemia pada anak gizi kurang usia 6-23 bulan, dilaksanakan pada bulan Mei 2016 sampai Mei 2017 di Kabupaten Aceh Besar provinsi Aceh. Desain cross-sectional dengan jumlah sampel 392 anak usia 6-23 bulan dilakukan untuk studi formatif dan desain Cluster Randomized Control Trial terhadap 166 sampel untuk studi intevensi.
Hasil studi formatif menunjukkan praktik pemberian MP-ASI pada anak usia 6-23 bulan masih sangat rendah. Berdasarkan indikator infant and young child feeding (IYCF) (WHO 2012), hanya 39.0% anak diberi ASI ekslusif, 49.7% diberi MP-ASI tepat waktu (timely introduction of CF), 74.4% memenuhi standar minimum meal frequency (MMF), 49.7% memenuhi standar minimum dietary diversity (MDD) serta hanya 39.8% yang memenuhi kriteria minimum acceptable diet (MAD). Hasil penelitian ini juga menunjukkan hanya sebagian kecil ibu yang mempunyai pengetahuan, sikap dan motivasi tentang praktik pemberian MP-ASI dengan kategori baik, yaitu 20.2%, 8.7% dan 33.3%. Prevalensi anemia, defisiensi besi pada anak gizi kurang usia 6-23 bulan sangat tinggi, yaitu 50.7% anemia, 27.3% menderita iron deficiency dan 19.7% menderita iron deficiency anemia (IDA).
Hasil penelitian studi intervensi didapatkan rata-rata persentase kepatuhan konsumsi biskuit adalah 75.7±19.9%, kepatuhan ibu mengisi kartu monitoring makanan sebagai alat evaluasi praktik pemberian MP-ASI 95.9±9.9% serta skor praktik pemberian makanan menggunakan KMM didapatkan rata-rata 9.2±1.5 dari 12 skor maksimal selama intervensi. Hasil studi implementasi terdapat perbedaan rerata skor pengetahuan sikap dan motivasi, norma sosial, persepsi kontrol perilaku, niat ibu untuk berperilaku setelah intervensi (p=0.029, p=0.019, p=0.000, p=0.001, p=0.001, p=0.000). Hasil analisis uji lanjut dengan post hoc test menunjukkan edukasi gizi efektif meningkatkan pengetahuan sikap dan motivasi, norma sosial, persepsi kontrol perilaku, niat ibu untuk berperilaku. Hasil penelitian ini juga didapatkan peningkatan signifikan indikator frekuensi konsumsi pada bulan ke 3 sampai ke 6, keragaman pada bulan kedua intervensi dan indikator minimum acceptable diet pada bulan ke 6 intervensi.
Terjadi penurunan prevalensi defisiensi besi yang signifikan setelah intervensi (p=0.003) pada anak gizi kurang yang menderita defisiensi, penurunan defisiensi besi tertinggi pada kelompok intervensi biskuit (MNB), yaitu 100%, diikuti kelompok kombinasi edukasi dan biskuit MP-ASI (KMM+MNB), yaitu 60.0% dan kontrol 40,0% penurunan terkecil pada kelompok edukasi saja (KMM), yaitu 28.6%. Demikian juga hasil analisis pada sampel yang menderita anemia sebelum intervensi (pre-test) menunjukkan terjadi penurunan prevalensi
anemia pada semua kelompok intervensi, penurunan tertinggi pada kelompok intervensi biskuit saja (MNB), yaitu 64.3%, diikuti kelompok kontrol (40.6%), kelompok KMM+MNB (35.0%) dan kelompok KMM (18.2%) akan tetapi perbedaan tersebut tidak signifikan (p=0.120). Artinya intervensi biskuit MP-ASI efektif menurunkan prevalensi defisiensi pada anak yang menderita defisiensi sebelum intervensi tetapi tidak signifikan terhadap penurunan prevalensi anemia.
Hasil penelitian didapatkan terjadi penurunan signifikan prevalensi gizi kurang dari 100% pada awal intervensi (baseline) menjadi 45.2% pada kelompok KMM+MNB, 63.3% pada kelompok KMM, 64.5% pada kelompok MNB dan 69.0% pada kelompok kontrol, artinya terjadi perubahan status gizi dari gizi kurang menjadi gizi baik 36.7% (kelompok KMM), 54.8% (KMM+MNB), 35.5% (MNB) dan 31.0% (kontrol). Penurunan gizi kurang tertinggi terjadi pada kelompok intervensi kombinasi edukasi gizi dan biskuit (KMM+MNB).
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut; (1) Praktik pemberian MP-ASI pada anak usia 6-23 bulan masih rendah terutama indikator praktik ASI ekslusif, pemberian MP-ASI tepat waktu, minimum dietary diversity dan minimum acceptable diet, (2) Pengetahuan ibu tentang praktik pemberian MP-ASI sesuai rekomendasi masih rendah, semantara sikap dan motivasi ibu sebagian besar sudah pada kategori sedang, (3) Model edukasi gizi dengan KMM dapat digunakan sebagai media edukasi dan evaluasi praktik pemberian makanan pada anak usia 6-23 bulan, (4) Intervensi edukasi gizi dengan KMM efektif meningkatkan pengetahuan sikap motivasi, norma sosial, persepsi kontrol perilaku dan niat ibu untuk berperilaku, serta meningkatkan praktik pemberian MP-ASI, (5) Intervensi biskuit MP-ASI dan kombinasi KMM+MNB lebih efektif menurunkan prevalensi defisiensi pada anak gizi kurang dengan status defisiensi besi, sementara intervensi biskuits MP-ASI juga lebih efektif menurunkan prevalensi anemia, (6) Intervensi edukasi dan biskuit (KMM+MNB) lebih efektif menurunkan prevalensi gizi kurang.
Untuk itu diperlukan; (1) Intervensi edukasi gizi yang berkesinambungan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan motivasi ibu melalui program edukasi yang spesifik dan terstruktur oleh petugas kesehatan, (2) Perlu aplikasi lebih lanjut model edukasi dengan KMM sebagai salah satu alternatif strategi edukasi gizi di Puskesmas/posyandu atau keluarga, (3) Perlu penelitian lanjut untuk aplikasi edukasi KMM sebagai alat monitoring dan menilai praktik pemberian makanan melalui kegiatan posyandu sebagai edukasi bersifat preventif pencegahan gizi kurang pada anak usia 6-23 bulan serta folow up studi untuk mengetahui dampak intervensi terhadap praktik pemberian makanan, pertumbuhan, status anemia pada usia balita, (4) Perlu pengembangan KMM menjadi KMM digital menggunakan aplikasi komputer dan aplikasi media sosial untuk mempermudah penggunaan dan memperluas sasaran edukasi, (5) Perlu integrasi edukasi gizi dengan edukasi pencegahan penyakit infeksi untuk meningkatkan efektivitas intervensi gizi dalam pencegahan dan penanggulangan gizi kurang.
Collections
- DT - Human Ecology [567]