Pengembangan Model Pembangunan Berkelanjutan di Provinsi Kalimantan Timur.
View/Open
Date
2018Author
Margiyono
Fauzi, Akhmad
Rustiadi, Ernan
Juanda, Bambang
Metadata
Show full item recordAbstract
Dibalik tingginya IPM dan Indek kinerja lingkungan Provinsi Kalimantan
Timur saat ini mengalami pertumbuhan ekonomi yang minus, intensitas bencana
alam yang tinggi dan jumlah anak terlantar yang meningkat. Hal itu menunjukan
bahwa, Kalimantan Timur mengalami paradok kesejahteraan dan keberlanjutan,
karena itu penting dilakukan studi tentang keberlanjutan. Studi ini menggunakan
tiga pendekatan yaitu: Regional Sustainable Account (RSA), Benefit Cost Analysis
(BCA) dan System Dynamic Analysis (SDA). Ketiga pendekatan itu saling
memperkuat baik dalam aspek kewilayahan dengan aspek sectoral, dimensi masa
lalu, saat ini dan dimasa mendatang.
Hasil Analisis “RSA” menunjukan bahwa, dalam aspek kewilayahan tiga
kota yaitu; Balikpapan, Samarinda dan Bontang menuju unsustainable, bahkan
Balikpapan telah sampai pada kriteria cronic unsustainable, sementara tujuh
kabupaten cenderung masih sustainable kecuali Kutai Timur namun rata-rata
nilainya mengalami penurunan. Permasalahan keberlanjutan wilayah untuk dimensi
ekonomi dipengaruhi oleh, kemiskinan dan pengangguran; dimensi lingkungan
lebih oleh tingginya lahan kritis dan sektor pertambangan, kemudian dimensi
sosial, dakibatkan oleh tinggiya kecelakaan lalu-lintas dan perceraian.
Kemudian hasil Analisis “BCA” menunjukan bahwa Pembangunan di
Provinsi Kalimantan Timur mengalami tingginya “biaya” pembangunan hingga 83
persen dari PDRB, sedangkan rasio “Benefit” terhadap PDRB rata-rata mencapai
64 persen. Sumber biaya pembangunan terbesar adalah lahan kritis dan deplesi
sumberdaya alam non renewable, sementara benefit terbesar adalah net ekspor dan
personal expenditure . Hasil analisis BCA menempatkan Kalimantan Timur pada
kriteria “cronic unsustainable”, lebih lanjut berdasarkan hasil analisis SDA sampai
dengan 50 tahun yang akan datang (2019 – 2069) Provinsi Kalimantan Timur tetap
berada pada situasi unsustainable.
Simulasi Kebijakan dengan pendekatan parsial hanya dengan mengurangi
produksi batubara atau hanya mengurangi luasan lahan kritis sampai dengan 50
persen pertahun tidak mampu menciptakan Kalimantan Timur yang sustainable.
Berbeda jika dilakukan simulasi skenario simultan terbukti memberikan hasil yang
sustainable, simulasi skenario kebijakan simultan terbaik adalah mengurangi
luasan lahan kritis lebih besar dibanding mengurangi produksi batubara. Proporsi
pengurangan lahan kritis sampai degan 35 persen disertai menurunkan produksi
batubara hingga 32,5 persen terbuktu lebih sensitive untuk mencapai sustainability
meskipun pada tahun 2040, tentu pengurangan dengan proporsi lebih banyak akan
lebih sustainable dan sebaliknya.