Faktor Risiko Infestasi Serangga Pengganggu dan Potensinya sebagai Vektor Salmonellosis pada Kapal Laut di Pelabuhan Baubau Sulawesi Tenggara
View/Open
Date
2018Author
Supryatno, Adi
Hadi, Kusumawati
Murtini, Sri
Metadata
Show full item recordAbstract
Transportasi laut yang terdiri atas kapal penumpang dan kapal
barang/kontainer merupakan satu di antara sarana transportasi yang menjadi
kebutuhan sehari-hari masyarakat Indonesia untuk berpindah satu tempat ke tempat
yang lain. Kebutuhan transportasi yang tinggi dapat menimbulkan masalah
kesehatan, di antaranya adalah infestasi serangga pengganggu. Masuknya serangga
pengganggu biasanya melalui barang-barang angkutan yang merupakan tempat
perkembangbiakan serangga tersebut. Serangga pengganggu yang biasanya
dijumpai di dalam kapal laut adalah lipas, nyamuk, lalat, semut dan kutu busuk.
Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi faktor risiko infestasi serangga
pengganggu pada alat transportasi laut serta deteksi dan isolasi bakteri Salmonella
sp. pada lipas. Penangkapan serangga pengganggu dilakukan di Pelabuhan Baubau
pada bulan November sampai Desember 2017 pada kapal barang dan kapal
penumpang sebanyak 24 kapal. Kegiatan koleksi dilakukan pada malam hari pada
setiap ruangan kapal seperti dek, ruang kemudi, dapur, dan kamar mandi dengan
melibatkan 4 Enumerator. Serangga pengganggu ditangkap secara manual
kemudian dimasukkan ke dalam kantong sampel lalu diberi label per jenis kapal.
Prevalensi lipas diukur dengan menghitung persentasi jumlah yang tertangkap.
Identifikasi lipas sampai pada tahap spesies yang dilakukan di Laboratorium
Parasitologi dan Entomologi Kesehatan Fakultas Kedokteran Hewan Institut
Pertanian Bogor dengan menggunakan mikroskop stereo dan kunci identifikasi
Hadi dan Soviana (2013). Deteksi dan isolasi bakteri Salmonella sp. dilakukan di
Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor
dengan menggunakan medium Enrichment (Tetrationat Medium), medium
Salmonella Shigella Agar (SSA), subkultur dalam medium Tryptic Soy Agar (TSA),
pemeriksaan morfologi dengan pewarnaan Gram dan uji biokimia. Uji biokimia
yang dilakukan meliputi uji pada Triple Sugar Iron Agar (TSIA), urease, uji indol,
dan sitrat serta uji katalase, oksidase, motilitas, glukosa, laktosa dan sukrosa.
Sebanyak 24 jenis kapal (12 kapal barang dan 12 kapal penumpang) yang
diperiksa, didapatkan bahwa semua kapal terinfestasi serangga pengganggu. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa dari beberapa variabel faktor risiko (umur kapal,
lama sandar, kontruksi, suhu, kelembapan, pencahayaan, ventilasi, frekuensi
kebersihan dan frekuensi pengendalian) yang diukur, hanya variabel konstruksi
kayu, suhu, kelembapan, pencahayaan, ventilasi, dan frekuensi kebersihan yang
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap infestasi serangga pengganggu. Kapal
yang memiliki konstruksi kayu berpeluang 3.04 kali terinfestasi serangga
pengganggu dengan (p=0.02). Suhu di bawah 28°C pada ruang dek kapal
berpeluang 0.11 kali terinfestasi serangga pengganggu dengan (p=0.04), sedangkan
kelembapan di atas 70% berpeluang 6.75 kali terinfestasi serangga pengganggu
dengan (p=0.04). Pencahayaan di ruang kemudi dengan kondisi tidak ada cahaya
atau gelap berpeluang 0.06 dan 11.09 kali terinfestasi serangga pengganggu
(p=0.03) dan (p=0.04), dibandingkan pencahayaan yang terang. Ventilasi yang
terbuka pada ruang kemudi berpeluang 19 dan 17 kali terinfestasi serangga
pengganggu dengan (p=0.04), dibandingkan dengan ventilasi yang tertutup.
Frekuensi kebersihan di bawah 2 kali pada ruang kemudi berpeluang 0.02 kali
terinfestasi serangga pengganggu dengan (p=0.02), dibandingkan dengan frekuensi
kebersihan di atas 2 kali.
Pemeriksaan bakteri Salmonella sp. hanya dilakukan pada lipas yang
memiliki populasi spesies dalam jumlah banyak, seperti Periplaneta americana dan
Blattella germanica. Kapal yang paling banyak ditemukan Lipas yaitu kapal barang
sebanyak 11 kapal, sedangkan kapal penumpang sebanyak 10 kapal. Hasil isolasi
dan identifikasi lipas yang diambil dari kapal barang dan kapal penumpang
menunjukkan, dari 42 lipas yang diperiksa ditemukan 95.3% mengandung bakteri
Salmonella sp.. Banyaknya lipas yang ditemukan di dalam kapal barang
dipengaruhi oleh muatan yang beragam seperti sembilan bahan pokok masyarakat,
kopra, hasil perkebunan dan bahan bangunan yang menjadikan tempat yang
nyaman bagi lipas untuk berkembangbiak. Ditemukannya lipas dalam kapal
penumpang dikarenakan ruangan tersebut banyak terdapat sisa makanan dan
sampah berserahkan. Hal ini dapat di simpulkan bahwa kapal yang datang di
pelabuhan Baubau berpotensi tertular penyakit baik pada anak buah kapal dan
penumpang yang disebabkan oleh lipas.
Collections
- MT - Veterinary Science [934]