Dinamika Spasial Genangan Air Permukaan dan Penurunan Tanah di Wilayah Pesisir Jakarta Menggunakan Penginderaan Jauh Multi-Sensor
View/Open
Date
2018Author
Asmadin
Siregar, Vincentius Paulus
Sofian, Ibnu
Jaya, Indra
Wijanarto, Antonius Bambang
Metadata
Show full item recordAbstract
Jakarta merupakan salah satu kota metropolitan di dunia yang paling
rentan terhadap penggenangan dan penurunan tanah. Tiga hal yang berpotensi
memperburuk risiko penggenangan air permukaan di wilayah pesisir Jakarta, yaitu
perubahan penurunan muka tanah yang makin buruk, kenaikan muka laut lokal
dan topografi lahan yang makin rendah di bawah permukaan laut. Tujuan
penelitian ini yaitu: (i) mengembangkan metode penginderaan jauh untuk
menganalisis dinamika spasial genangan air permukaan di Jakarta pada Mei-Juni
2016; dan (ii) mengembangkan metode penginderaan jauh untuk menganalisis
laju penurunan tanah di Jakarta selama periode tersebut dan menghitung laju
penurunan tanah rata-rata per tahunnya.
Penelitian ini menggunakan dua metode penginderaan juah system aktif
dan pasif untuk menilai genangan air permukaan dan penurunan permukaan tanah.
Genangan air permukaan Jakarta menggunakan citra multitemporal dari dua
sumber, yaitu c-band SAR Sentinel A1 (sistem aktif) dan Landsat 8 OLI (sistem
pasif) yang diakuisisi pada Mei-Juni 2016. Metode pemrosesan SAR sentinel 1A
berdasarkan sumberdata GRD dianalisis menggunakan InSAR dan radar
polarisasi. Penentuan nilai ambang batas menggunakan nilai koefisien backscatter
air. Analisis citra Landsat 8 menggunakan Indeks Air MNDWI, SAM dan DSWE.
Penentuan nilai ambang batas air untuk klasifikasi genangan dan bukan genangan
menggunakan nilai reflektansi air hasil klasifikasi algoritma MNDWI. Survey
secara langsung dan pengukuran pasut menggunakan MOTIWALI (Mobile Tide
Water Level Instrument) dilakukan untuk memverifikasi data akuisisi satelit di
stasiun BIG di Kolinlamil Jakarta. Perangkat lunak yang digunakan untuk
pemrosesan data citra tersebut yaitu QGIS dan SNAP. Selanjutnya penurunan
tanah di Jakarta menggunakan multi-temporal data SLC SAR Sentinel 1A yang
diakuisi untuk periode genangan (Mei-Juni 2016) dan periode tahunan (Maret
2015-April 2017). Tingkat penurunan tanah di Jakarta dihitung menggunakan
analisis Small BAseline Subset Sentinel 1A melalui perangkat lunak S1TBX
SNAP dan GMT5SAR. Penelitian sebelumnya dan beberapa penyebab penurunan
tanah, seperti tingkat pemanfaatan air tanah, urbanisasi, pembangunan
infrastruktur dan lain-lain di Jakarta dikumpulkan untuk memverifikasi hasil
penelitian ini.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi penginderaan jauh sistem
multi-temporal data Landsat 8 dan Sentinel 1A merupakan salah satu kombinasi
terbaik untuk memetakan dinamika spasial genangan air permukaan secara cepat
di Jakarta. Penerapan nilai reflektansi air dengan nilai threshold dan koefisien
backscaterring air masing-masing > 0.123 dan -19dB memetakan dengan baik
genangan air permukaan di sepanjang pantai, waduk, tanggul, ekosistem
mangrove dan lahan terbangun di wilayah pesisir Jakarta sejak akhir Mei 2016
hingga akhir Juni 2016.
iii
Hasil studi menunjukkan bahwa tingkat penurunan tanah mencapai
maksimum 2.05 cm per 24 hari di sepanjang pesisir dan garis pantai Koja dan
Clincing, pesisir Jakarta dan Cakung dan Makassar, Jakarta Timur. Laju
penurunan tanah rata-rata mencapai 17.00 cm per tahun terjadi di seluruh wilayah
Jakarta. Penurunan tanah terdistribusi pada: (i) seluruh kecamatan, Jakarta Utara,
(ii) Kecamatan Kalideres, Cengkareng, Kembangan, Kebun Jeruk dan
Pesanggrahan, Jakarta Barat, (iii) Kecamatan Cakung, Jakarta Timur, (iv)
Kecamatan Kemayoran, Jakarta Pusat, dan Kecamatan Pancoran, Cilandak,
Kebayoran Lama dan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Tidak semua wilayah di
Jakarta mengalami penurunan muka tanahnya, sebagian tanahnya mengalami
proses konsolidasi.
Selama tiga dekade terakhir, laju penurunan tanah rata-rata setiap tahun
memberi dampak lebih besar 96.40% (19 cm) dibandingkan kenaikan muka laut
rata-rata lokal yang relatif kecil 3.60% (0.71 cm). Selama tiga tahun terakhir
dampak penurunan tanah per tahun masih signifikan sebesar 96.00% (17.00 cm)
dibandingkan kenaikan muka laut lokal sebesar 4.00% (0.71 cm). Penurunan
tanah di Jakarta belum dapat dihentikan. Ancaman krisis air tanah bagi kebutuhan
domestic Jakarta dipengaruhi oleh kecepatan urbanisasi penduduk yang
bertambah besar >10 juta jiwa pada tahun 2017. Tingkat pertumbuhan penduduk
yang mencapai 3.22 % selama sepuluh tahun terakhir dengan pemanfaatan air
tanah tahun 2015 sebesar >9.1 juta m3 dari sumur air tanah yang aktif 4.473 buah.
Laju penurunan tanah dapat dihentikan dengan moratorium pemanfataan air tanah
dan pengelolaan secara optimal system perpipaan air baku.
Perubahan topografi wilayah Jakarta akibat penurunan tanah yang buruk
menyebabkan perubahan elevasi lahan berada di bawah permukaan laut, berisiko
penggenangan air permukaan akibat kenaikan muka laut Jakarta, mengancam
wilayah pesisir Jakarta dan sebagian wilayah Jakarta Barat dan Timur di masa
mendatang. Kenaikan muka laut rata-rata Jakarta hingga tahun 2025 dan 2030
mendatang diperkirakan relative kecil tidak melebihi tunggang pasut Jakarta
sebesar < 1 m.
Collections
- DT - Fisheries [733]